
Oleh: Humas Kagama UIR
Komunitas Keluarga Alumni Gadjah Mada Universitas Islam Riau (KAGAMA UIR) bersama Komunitas Kotak Baca menyelenggarakan kegiatan pembelajaran lapangan bertajuk literasi ketahanan air dan pangan yang dilaksanakan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik PT PP Tirta Madani, Pekanbaru, Minggu (18/5). Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat peran komunitas dalam pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan edukatif yang bersentuhan langsung dengan proses pengolahan air sebagai sumber kehidupan.
Kegiatan dimulai dengan diskusi terbuka yang dipandu oleh dosen Teknik Sipil Universitas Islam Riau sekaligus Ketua KAGAMA UIR, Dr. Ir. Muchammad Zaenal Muttaqin, ST., M.Sc. Dalam paparannya, Muttaqin menyampaikan pentingnya memahami peran komunitas sebagai aktor utama dalam menjaga ketahanan air dan pangan.

Menurutnya, di tengah tantangan perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan keterbatasan akses air bersih, komunitas memiliki potensi besar untuk menghadirkan solusi kreatif dan berkelanjutan. Ia mencontohkan bagaimana urban farming di perkotaan dan pemanfaatan air permukaan dari PDAM, yang tidak lagi bertumpu pada air tanah, bisa menjadi bagian dari gerakan kolektif menjaga ketersediaan dan kualitas air di masa depan.
“Ketahanan air tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Perlu keterlibatan aktif masyarakat, terutama generasi muda, dalam mengelola dan mempertahankan sumber daya secara adil dan berkelanjutan,” tegasnya.
Seusai diskusi kemudian dilanjutkan dengan kunjungan langsung ke dalam instalasi pengolahan air PT PP Tirta Madani. Di sinilah peserta yang sebagian besar merupakan anggota komunitas Kotak Baca mendapatkan pemahaman konkret mengenai proses penjernihan air dari Sungai Siak menjadi air yang siap untuk dikonsumsi masyarakat.
Manajer Operation & Maintenance PT PP Tirta Madani, Budi Santosa memberikan pemaparan sistematis mengenai tahapan pengolahan air, mulai dari proses koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, hingga desinfeksi. Penjelasan ini membuka wawasan para peserta bahwa untuk menghasilkan air bersih membutuhkan sistem teknologi dan pengawasan yang ketat sesuai standar nasional dan internasional.
Kunjungan lapangan yang dipandu langsung oleh M. Alfian Ramadhani, ST selaku Manajer Operasi Tirta Madani menjadi pengalaman berharga bagi para peserta. Mereka tidak hanya menyaksikan proses secara teknis, tetapi juga dapat berdialog langsung tentang sistem kontrol mutu, efisiensi operasional, serta tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan air bersih di kota besar seperti Pekanbaru. Melalui sesi ini, para peserta semakin menyadari bahwa air bersih yang selama ini digunakan sehari-hari merupakan hasil dari proses panjang yang menuntut komitmen terhadap kualitas dan keberlanjutan.
Ketua Komunitas Kotak Baca, Dea Gita menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat bermakna bagi komunitasnya. Biasanya komunitas Kotak Baca menggelar kegiatan keliling kota dalam program “Sisir Kota” untuk mempromosikan literasi membaca di ruang publik. Namun kali ini, aktivitas berubah menjadi “menyusuri proses air” dengan mengedukasi diri tentang sumber air bersih dan proses penjernihannya.
“Pengalaman ini memperkaya perspektif komunitas tentang pentingnya mengintegrasikan isu lingkungan dan keberlanjutan dalam agenda literasi yang dijalankan,” ujarnya.
Data yang turut disampaikan dalam kegiatan ini menegaskan urgensi pembelajaran literasi air. Berdasarkan laporan GoodStats (2023), Indonesia memiliki potensi sumber daya air terbarukan terbesar di Asia Tenggara, namun pada saat yang sama kualitas sanitasi dan akses terhadap air minum masih menghadapi tantangan besar.
Bahkan, sekitar 18% masyarakat Indonesia belum memiliki akses terhadap sumber air minum yang layak. Di sisi lain, ketahanan pangan nasional pun masih menghadapi empat masalah utama, yakni ketersediaan, stabilitas pasokan, aksesibilitas, dan kualitas. Kedua aspek ini — air dan pangan — sangat berkaitan erat, dan keduanya tidak mungkin bisa dicapai tanpa sistem pengelolaan air yang baik.
Sebagai penutup kegiatan, Muttaqin menyampaikan bahwa program seperti ini menjadi bagian dari komitmen KAGAMA UIR dalam menjalankan pengabdian kepada masyarakat sebagai bagian dari tridarma perguruan tinggi. Selain pendidikan dan penelitian, community service yang membumi dan menyentuh persoalan nyata masyarakat menjadi pilar utama pergerakan KAGAMA UIR.
“Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilanjutkan dan diperluas, baik oleh komunitas mahasiswa, lembaga pendidikan, maupun instansi pemerintah dan swasta,” pungkasnya.
Kegiatan ini bukan hanya memberi pemahaman teknis mengenai air, tetapi juga menjadi pengingat bersama bahwa sumber daya air adalah warisan kolektif yang harus dijaga secara kolaboratif. Generasi muda diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang membawa isu-isu ketahanan air dan pangan ke ruang-ruang diskusi, kebijakan, dan aksi sosial secara aktif. Seperti yang disampaikan Muttaqin, “Air adalah kehidupan, dan komunitas adalah penjaganya. Bila komunitas bergerak, maka ketahanan akan tumbuh dari bawah.”