Bagi Isma Kurnia & Ulie Rakhmawati Sekolah Tinggi Bukan Berarti Tidak Membumi

Di tengah penyebaran pandemi Covid-19 yang masih mengancam ini, kawan-kawan yang tergabung dalam Kagama Care (KC) sungguh selalu ada pekerjaan yang tak henti-hentinya mereka lakukan setiap harinya. Produksi hand sanitizer memang sudah dihentikan sejak tanggal 3 April yang lalu karena semakin langkanya bahan baku & dana diutamakan pengalokasiannya untuk pembuatan APD. Sekarang teman-teman KC lebih fokus ke pengadaan APD & pendistribusiannya.

Ada 2 orang dari tim pembuat hand sanitizer yang kemudian ikut membantu packing & mengirimkan paket APD ke seluruh wilayah di Indonesia. Mereka adalah Isma Kurnia & Ulie Rakhmawati yang sama-sama alumnus Fakultas Biologi. Isma angkatan 1997 sementara Ulie 4 tahun di bawahnya. Kedua perempuan tangguh itu hampir setiap hari keluar rumah dengan resiko terpapar Covid-19 tentu saja, untuk meracik hand sanitizer di Dalem Mangunsudiran (salah satu lokasi pusat aktifitas KC) & berlanjut mengurusi pendistribusian APD di Villa Terakota, Jambon.

Isma mempersiapkan paket APD yang mau dikirim ke alamat penerima di Villa Terakota (Foto: istimewa)

Isma yang merupakan doktor lulusan ITB itu saat ini tercatat sebagai staf pengajar di UIN Sunan Kalijaga, sedangkan Ulie masih menempuh kuliah program doktoral di UCAS (University of Chinese Academy of Sciences) Beijing, China. Alasan Isma bersedia membantu produksi hand sanitizer & distribusi APD karena kegiatan perkuliahan online, jadi ia lebih punya banyak waktu luang. Selain itu ia senang bisa memberikan manfaat buat orang lain.

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain. Yang saya lakukan barangkali hanyalah sesuatu yang kecil, namun semoga bisa bermanfaat.” demikian ujar Isma.

Ulie bersama Ekan NS sedang memproduksi hand sanitizer di Dalem Mangunsudiran (Foto: Tom Blero)

Sementara alasan Ulie mungkin agak aneh. Ceritanya pada tanggal 16 Januari kampusnya libur & ia mudik ke Yogyakarta. Rencana bulan Februari ia balik ke Beijing namun rupanya wabah corona membuat China lockdown. Akhirnya ia bergabung dengan KC untuk mengisi waktu luang, selain memang ia senang bisa ikut membantu penanganan corona.

“Intinya adalah ‘do something even though just a small thing’. Selain juga untuk memanfaatkan waktu luang.” kata Ulie.

Keduanya awalnya tergabung dalam tim pembuatan hand sanitizer bersama Ekan NS & Ika Andreyo. Mereka pertama kali melakukan produksi massal pada tanggal 20 Maret 2020, dengan formula berdasar rujukan dari WHO yaitu berbasis alkohol. Namun sebelumnya oleh Isma dilakukan pengujian terlebih dulu di lab milik UIN, sehingga hasilnya benar-benar sudah teruji secara higienis. Di tengah kelangkaan bahan baku, selama sekitar 2 minggu sampai akhir masa produksi mereka mampu menghasilkan lebih dari 300 liter HS.

Saat ini keduanya tidak canggung ikut membantu pendistribusian APD di Villa Terakota. Mereka membantu mencatat barang yang datang dari supplier APD, mengepak barang & mengirimkan ke alamat penerima lewat jasa cargo. Dari keduanya kita bisa belajar banyak, bahwa sekolah tinggi bukanlah alasan untuk membuat kita tidak membumi. Karena hidup bukanlah melulu urusan gengsi. Dan juga pada dasarnya tujuan kita kuliah setinggi apapun seharusnya ilmunya dikembalikan lagi untuk kepentingan masyarakat.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*