Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) merupakan organisasi terpelajar berbasis alumni Universitas Gadjah Mada, sebuah perguruan tinggi pertama yang lahir setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Organisasi persatuan alumni ini mulai digagas pada tahun 1956 oleh para alumni generasi pertama Universitas Gadjah Mada untuk memberikan kontribusi mencari jalan keluar atas permasalahan bangsa yang saat itu mendera Bangsa Indonesia dalam berbagai sektor.

Setelah melalui berbagai pertemuan-pertemuan yang melibatkan alumni berbagai fakultas, dalam peringatan Dies Natalis UGM tahun 1958 Ir. Suwarno (alm.) didorong oleh Panitia Dies Natalis Dewan Mahasiswa UGM untuk mengambil inisiatif pertama menyelenggarakan musyawarah para alumnus UGM pertama dengan mengundang alumni dari berbagai kota tanggal 18 Desember 1958 di Yogyakarta. Berdasarkan musyawarah ini lahirlah organisasi “Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada” disingkat KAGAMA dan tanggal 18 Desember 1958 ditetapkan sebagai hari lahirnya KAGAMA.

KAGAMA memiliki visi dan misi yang tidak bisa dipisahkan dengan Visi dan Misi Universitas Gadjah Mada, yaitu menjadi organisasi para cerdik pandai berbasis alumni perguruan tinggi yang dikelola dengan standar organisasi modern yang inovatif dan unggul, serta senantiasa mengabdi pada kepentingan bangsa dan kemanusiaan dijiwai nilai-nilai budaya bangsa berdasarkan Pancasila. Sampai dengan tahun 2001, terdapat semacam tradisi atau konvensi bahwa Rektor UGM ex-officio menjadi Ketua Umum PP Kagama. Pada Munas IX Kagama yang diselenggarakan pada bulan Juli 2001 di Balikpapan muncul inisiatif untuk mengubah sistem tersebut, bahwa posisi Ketua Umum PP Kagama tidak harus dari Rektor UGM. Tanggung jawab Rektor memimpin UGM tidak perlu lagi ditambahi dengan tanggung jawab memimpin KAGAMA. Hal lain yang disepakati sebagai bentuk transisi adalah adanya jabatan Ketua Harian yang ketika itu terpilih Bapak Bambang Kesowo. Hal ini didasari atas semangat reformasi dalam membangun KAGAMA yang lebih demokratis bahwa setiap anggota KAGAMA, dengan profesi apapun dapat dicalonkan menjadi ketua umum KAGAMA.

Kiprah KAGAMA melalui kontribusi anggota dan organisasi kepada masyarakat dan negara harus selaras dengan nilai-nilai ke-Universitas Gadjah Mada-an, kemandirian, kepimpinan dan komitmen kebangsaan yang kuat dan berakar. KAGAMA juga harus selalu siap menangkap dan berkontribusi mengatasi problematika yang dihadapi oleh rakyat Indonesia. KAGAMA harus dapat menjadi pelopor pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa Indonesia agar warga masyarakat Indonesia menjadi insan yang berbudi luhur dan berwawasan kebangsaan.

Era revolusi industri generasi 4.0 menuntut KAGAMA melakukan perubahan-perubahan besar melalui transformasi organisasi yang modern agar dapat menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat dan negara ditengah era inovasi teknologi disruptif ini. Perkembangan teknologi telah menyebabkan model pengelolaan organisasi berbasis alumni secara tradisional tidak lagi cocok dengan kondisi kekinian, sehingga perlu melakukan terobosan-terobosan yang mendasar agar KAGAMA tetap relevan dan migunani. Optimalisasi peran alumni, penguatan jaringan antara alumni, sinergi alumni dengan almamater merupakan hal penting yang dapat dikontribusikan dalam rangka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk mensejahterakan rakyat dan memperkokoh kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai organisasi alumni yang mempunyai anggota kurang lebih lima ratus ribuan anggota yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, yang berasal dari delapan belas fakultas dan dua sekolah tentu membutuhkan integrasi dan kolaborasi yang terpadu antara proses penguatan kapasitas anggota, penguatan kolaborasi antara alumni, penguatan kolaborasi alumni dan almamater, dan tidak kalah penting adalah peran alumni dalam pengabdian masyarakat maupun memberikan kontribusi pemikiran terkait dengan kebijakan pemerintah baik yang dilakukan dalam satu profesi maupun antar profesi.