Lewat Produk Ecoprint, Andriana Memberdayakan Sesama Perempuan

Banyak di antara kita yang bekerja di dunia yang tidak ada sangkut pautnya dengan background pendidikan kita. Salah satunya adalah Andriana (FH UGM ’88). Berlatar belakang pendidikan hukum, namun pekerjaannya saat ini adalah menggeluti dunia ecoprint berbahan baku kulit.

Ketika diwawancarai Kagama.id, Andriana bercerita panjang lebar kisah perjalanan hidupnya, bagaimana ia bisa sampai seperti saat ini. Andriana bercerita mulai saat ia diwisuda, yang mana waktu itu ia tidak mencari pekerjaan seperti teman-teman lainnya. Ia lebih menyibukkan diri pada pekerjaan sosial, khususnya yang berhubungann dengan kaum perempuan. Hal itulah yang mengantarkan perkenalannya dengan Koalisi Perempuan Indonesia pada tahun 2000. Selanjutnya ia semakin fokus pada issue-issue seputar perempuan.

Sekitar 10 tahun Andriana benar-benar concern pada pemberdayaan perempuan. Sekitar tahun 2010 ketika aktifitas sosialnya mulai berkurang, entah mengapa ia mulai tertarik mendesain tas dan sepatu sendiri. Alasannya sederhana, Andriana ingin apa yang dikenakannya semuanya eksklusif, sehingga ia tidak mau membeli barang jadi di toko.

Tas karya Andriana diperagakan model

Maka mulailah Andriana mendesain tas sendiri dengan bahan baku kulit sapi, dipadukan dengan ornamen batik dan tenun. Ia memakai kulit nabati atau vegetable tanned leather, yaitu jenis kulit sapi yang disamak dengan menggunakan bahan-bahan alami dari ekstrak pepohonan seperti kulit pohon, kayu, buah-buahan, dan akar sehingga limbah yang dihasilkan aman bagi lingkungan.

Beda dengan kulit sapi yang disamak menggunakan bahan-bahan kimia, kulit nabati memiliki ciri khas warna yang dihasilkan. Warna ini seringkali disebut warna kulit natural. Seiring waktu, dompet dan tas kulit sapi biasanya berubah warna karena berbagai faktor, seperti kelembapan tangan, suhu, juga paparan sinar matahari terhadap produk kulit.

Contoh tas polosan

Sinar matahari biasanya akan memudarkan dan mengusamkan warna kulit yang disamak dengan bahan-bahan kimia, tetapi untuk kulit nabati justru akan semakin menguatkan karakter warnanya. Dalam kasus tertentu kadang ekstrak nabati yang digunakan untuk menyamak kulit akan muncul sehingga mempengaruhi variasi warna kulit. Membuatnya lebih unik, dan berkarakter.

Selain memakai kulit nabati, sebagai kombinasinya Andriana juga menggunakan kulit premium, yaitu kulit yang diproses lebih lanjut di pabrik. Jadi kualitasnya di atas kulit nabati.

Contoh tas ecoprint

Tidak disangka, hasil karya Andriana mulai disukai teman-teman dekatnya. Beberapa mulai ada yang pesan, dan lama-lama mulai dikenal luas ke lingkungan kawan-kawannya. Akhirnya, melihat peluang pasar yang terbuka luas, pada akhir tahun 2010 Andriana dengan penuh percaya diri melabeli karyanya dengan merk Pinasthi.

Begitu brand Pinasthi diproklamirkan, maka Andriana tidak bisa lagi menganggapnya sebagai hobi. Ia harus melakukannya secara full time, karena memang pesanan yang masuk semakin banyak. Rumahnya di Kranon Nitikan, Sososutan, Umbulharjo, Yogyakarta disulapnya jadi tempat workshop.

Tas dengan ornamen tempel jahit

Tahun 2015, Andriana mengganti nama brandnya menjadi Ngremboko, yang artinya berkembang. Alasannya nama Pinasthi sudah ada yang mendaftarkan lebih dulu di HAKI meski dengan produk yang berbeda. Dan momen pergantian nama itu menjadi titik balik Andriana pelan-pelan mulai meninggalkan ornamen batik serta tenun. Ia mulai memperkenalkan produk kulit polosan, lalu membuat tas kulit dengan teknik gunting, tempel jahit dulu sebelum akhirnya memulai bereksperimen ecoprint di media kulit.

Seiring dengan kesadaran masyarakat dalam ikut menjaga kelestarian alam lingkungan, dan background Andriana yang mengambil jurusan Hukum Tata Lingkungan saat kuliah dulu, pada tahun 2016 mulailah Andriana mengembangkan motif ecoprint dalam setiap karyanya. Ia tertarik dengan dengan konsep yang diusung ecoprint karena menggunakan warna alami, bukannya bahan kimia yang dapat mencemari air tanah. Motifnya juga natural yakni dari daun-daunan, batang daun dan bunga-bunga.

Andriana biasa memakai daun jati, jarak kepyar, pepaya jepang, palem, ketepeng, genitri, dll. Untuk beberapa jenis daun bisa ia dapatkan di kebunnya sendiri. Untuk pewarna di luar warna alami daun, Andriana seringnya menggunakan secang, kunyit, dan temulawak, bahkan juga teh serta kopi.

Andriana sangat menyukai ecoprint karena hasilnya pasti unik, tidak ada satu sama lain sama persis motifnya. Menurutnya yang paling bikin penasaran dan membuat hati berdebar-debar adalah saat membuka “lontong” atau gulungan kulit yang dikukus. Jangan-jangan warnanya tidak sesuai yang diinginkan pemesan. Ketidakpastian itu semakin lama membiasakannya untuk selalu bersabar dalam berproses. Semakin sering bereksplorasi akan semakin mempertajam “rasa” untuk mampu “niteni”, agar keindahan yang tercipta tidak meleset jauh dari perkiraan semula.

“Dalam ecoprint, jam terbang sangat penting. Banyak tutorial pembuatan ecoprint bisa disaksikan di Youtube, namun jangan harap kita langsung bisa bikin bagus tanpa sering mencoba-coba sendiri.” ujar Andriana memberi sedikit tips.

Produk satu paket berisi tas, dompet, topi dan sepatu

Andriana sengaja membidik pasar segmen atas, karena umumnya sudah tahu kualitas dan harga. Produk Ngremboko 100% handmade dan customized. Jadi setiap konsumen bisa memilih ukuran tas, model dan warna sendiri, sesuai keinginan masing-masing. Pembeli bisa order satu jenis barang saja, namun juga bisa memesan satu paket berupa tas, dompet, topi dan sepatu dengan motif yang matching.

Ngremboko menawarkan 3 pilihan jenis kulit yaitu sapi, kambing atau domba. Andriana menjamin tas Ngremboko semuanya berbahan kulit kualitas premium. Bahkan untuk inner atau pelapis dalamnya menggunakan suede, yaitu bahan yang berasal dari kulit bagian dalam sapi/kambing yang memiliki tekstur lembut dan lentur seperti beludru.

Contoh produk sepatu

Saat ini selain membuat tas sebagai produk andalan, Ngremboko juga memproduksi dompet, sepatu, sandal, topi, dan sabuk. Andriana memasarkannya lewat akun sosmed miliknya, mulai dari WA Story, Facebook sampai Instagram.

Yang menarik apa yang dilakukan oleh Andriana dalam bisnisnya, bukan sekedar mencari uang saja namun ada unsur pemberdayaan perempuan di situ. Sejak saat mengawali bisnis dengan merk Pinasthi, Andriana selalu mempekerjakan para perempuan. Ketika brand berubah menjadi Ngremboko, kebiasaan itu tetap dilakukan. Karena semenjak bergabung dengan Koalisi Perempuan Indonesia pada tahun 2000, Andriana sudah komitmen untuk peduli kepada kaum perempuan.

Contoh produk dompet

Saat ini yang membantu pekerjaan Andriana semuanya perempuan, dengan status sebagian besar single parent. Mulai dari pekerja yang membantu membuat ecoprint, tukang potong pola, tenaga penjahit, sampai ke tenaga kurir yang mengantar produk pesanan kepada pembeli di seputaran Yogyakarta.

“Harapan saya adalah Ngremboko akan bertumbuh semakin besar dengan inovasi-inovasi baru. Saya bangga Ngremboko bisa ikut menghidupi para perempuan tangguh yang pada dasarnya mereka ikut membantu membesarkan usaha saya.” demikian ujar Andriana mengakhiri wawancaranya dengan Kagama.id.

1 Comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*