Lewat Sekolah Beternak Gratisnya, Vita Krisnadewi Cetak 1000 Lebih Entrepreneur Muda dalam Waktu 3 Tahun

Umumnya profesi peternak identik dengan laki-laki, karena kesannya kotor dan bau. Meski begitu tidak sedikit wanita yang mau menekuninya. Salah satu di antaranya adalah Vita Krisnadewi, alumnus Fakultas Peternakan UGM angkatan 1994. Vita yang dulunya adalah seorang staff pengajar di Fakultas Peternakan Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, kini bahkan sukses menjadi peternak domba.

Kepada kagama.id yang mewawancarainya di peternakannya, Vita bercerita mengapa ia melepaskan pekerjaan sebagai dosen berstatus ASN dan beralih mengurusi domba. Dulu Vita adalah dosen di Universitas Mulawarman, Kaltim, tapi ketika tahun 2014 anak sulungnya jatuh sakit, ia sering meninggalkan pekerjaanya dan setia mendampingi anaknya dalam proses pengobatan di RS Sardjito. Karena harus fokus mengurusi anaknya, akhirnya Vita memutuskan mengundurkan diri dari kantornya.

Pada tahun 2016 anaknya mulai pulih, meskipun belum sembuh total, sehingga intensitas Vita ke RS sudah jauh berkurang. Hal itu membuatnya jadi punya banyak waktu luang di rumah. Vita mulai berpikir mencari kesibukan baru untuk mengisi hari-harinya. Tapi ia belum punya ide kegiatan apa yang akan dilakukannya.

Vita kemudian berdiskusi dengan suaminya, Muhammad Rozai, alumnus Fisipol UGM angkatan 1994. Atas saran suaminya, Vita sebaiknya mengaktualisasikan ilmunya yang dipelajarinya semasa kuliah dulu, baik saat ambil S1 maupun S2 yang ditempuhnya di Magister Ilmu dan Industri Peternakan UGM.

Dengan bermodalkan Rp. 50 juta, ibu dari empat anak tersebut memulai usaha beternak kambing Etawa di daerah Cangkringan, Sleman. Namun tidak sampai setahun usaha peternakannya gulung tikar. Vita mengakui hal itu karena kesalahannya sendiri, di mana pengelolaannya diserahkan kepada orang lain. Sebuah pembelajaran yang sangat berguna buatnya, yaitu tidak boleh terlalu percaya kepada orang lain meski orangnya sangat ahli di bidangnya.

Kegagalan tidak membuat Vita surut semangatnya. Alih-alih menyerah kalah, ia bahkan bertekad kuat ingin membuka usaha peternakan lagi. Vita menceritakan konsepnya kepada suaminya, yaitu ia ingin mengusung peternakan yang memberdayakan masyarakat, khususnya pemberdayaan anak muda.

Suami Vita tentu saja sangat mendukung idenya. Cuma satu kendalanya, untuk merealisasikannya dibutuhkan lahan yang luas, sementara Vita tidak memilikinya. Vita berpikir ia harus menyewa lahan desa yang nganggur.

Kemudian ia mempresentasikan idenya tentang integrated farm ke beberapa kepala desa. Sampai akhirnya ada salah satu perangkat Desa Harjobinangun yang tertarik dengan konsepnya, dan menawarkan lahan seluas 6.000 m2 di Dusun Dero Wetan, Harjobinangun, Pakem, Sleman, untuk dikelola Vita selama 10 tahun.

Vita sedang memberi makan ternaknya di Sinatria Farm

Akhirnya pada tahun 2018 Vita berhasil mewujudkan kembali usaha peternakannya di Dero Wetan yang diberi nama “Sinatria Farm”. Kali ini ia tidak mau mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya, yaitu pengelolaan tidak diserahkan kepada orang lain, namun langsung ditangani sendiri.

Vita sengaja memilih hanya khusus beternak domba. Alasannya pasarnya masih terbuka luas dan permintaan di Yogya masih sangat tinggi. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan di pasar Yogya sendiri masih harus mendatangkan dari luar kota.

Awal memulai “Sinatria Farm” hanya ada satu kandang. Seiring berjalanya waktu, peternakanannya berkembang pesat, dan sampai saat ini kandang sudah bertambah menjadi 5 dengan kapasitas total 200 domba. Jumlah pegawai tetap ada 4, semuanya anak-anak muda.

Ketika ditanya kagama.id mengapa sebagai wanita Vita tidak canggung berurusan dengan hewan ternak, jawabannya selain background pendidikannya memang kuliah di peternakan, ternyata saat masa kecilnya di Srandakan, Bantul, ia sudah akrab dengan ternak. Kedua orangtuanya dahulu meski profesinya guru berstatus PNS, namun bekerja sampingan sebagai peternak sapi yang hasilnya lumayan besar. Bahkan boleh dikata ia bisa kuliah dari hasil orangtuanya beternak.

Sebagai keturunan keluarga peternak, Vita merasa punya kewajiban moral untuk menularkan ilmunya kepada generasi millenial sehingga akan bermunculan banyak peternak muda ke depannya. Vita ingin mengajak anak muda tidak malu menjadi peternak. Ini agar terjadi regenerasi dalam bidang peternakan.

Peserta sekolah peternak gratis sedang menyimak penjelasan Vita

Maka pada tahun 2019 Vita mulai membikin program semacam kelas atau sekolah beternak gratis kepada umum, dengan sasaran utama generasi millenial. Peserta diberi kesempatan belajar di “Sinatria Farm” selama 3 hari, Selasa, Rabu & Kamis, dengan durasi 4 jam per hari dari jam 08.00 s/d 12.00 WIB.

Materinya, hari pertama diajarkan masalah perencanaan memulai peternakan, perhitungan serta strategi bisnisnya, dan resiko-resikonya apa saja. Pada materi ini, Vita menegaskan menjadi peternak memang tidak mudah. Ia meminta peserta didik jangan membayangkan yang manis-manis saja, namun kemungkinan pahitnya harus diantisipasi juga. Ia memberikan contoh dirinya sendiri yang pernah kehilangan puluhan juta karena gagal dalam beternak.

Lalu materi hari kedua dijelaskan tentang komoditas ternak serta semua hal yang berhubungan dengan ternak, seperti pakan dan penyakit. Kemudian ditutup hari terakhir dengan mengikuti praktik di kandang.

Selanjutnya setelah mengikuti kelas singkat selama 3 hari, peserta diberi alternatif mengikuti magang 7 hari atau 30 hari. Mereka yang memilih magang seminggu biasanya hanya sekedar pingin tahu saja seluk beluk mengelola peternakan.

Yang memilih magang sebulan adalah peserta serius yang kemungkinan besar akan menjadi entrepreneur di dunia peternakan. Ilmu yang diperoleh lengkap, sehingga ketika menyelesaikan magangnya mendapatkan sertifikat kompetensi dari P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian.

Vita sendiri yang mengajarkan praktik kepada peserta magang

“Pada saat magang peserta disuruh praktik mulai dari mencari pakan, memberi makan, sampai membersihkan kotoran. Ini menjadi semacam tes kesungguhan buat peserta. Sebab banyak yang awalnya bersemangat menjadi peternak, namun setelah praktik langsung di Sinatria Farm kemudian merasakan capeknya sendiri menjadi peternak terus semangatnya memudar. Kalau merasa bukan passionnya, ya jangan dipaksakan menjadi peternak,” jelas Vita.

Vita menambahkan, selama ini peserta kelasnya tidak hanya tidak hanya datang dari DIY saja, namun dari Sabang sampai Merauke. Ada juga yang berasal dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Turki, dll. Selama 3 tahun ini jumlah total pesertanya mencapai sekitar 3.000 orang, dan yang terlaporkan menjadi entrepreneur atau membuka peternakan sendiri lebih dari 1.000 orang. Dari angka tersebut sekitar 90% adalah anak-anak muda generasi millenial.

“Yang menarik yang menjadi entrepreneur belum tentu mendirikan peternakan, namun ada juga yang spesial menggeluti pakannya saja. Dan hasilnya juga lumayan besar. Saya sangat senang setiap kali ada yang lapor telah mampu membuka usaha sendiri dan berhasil,” ucap Vita bangga.

Mereka yang sudah membuka usaha sendiri di seluruh penjuru nusantara dibuatkan komunitasnya oleh Vita, untuk membentuk jejaring dan mencari problem solutions jika ada masalah yang timbul. Vita memotivasi mereka untuk berbagi apa saja yang bermanfaat dari peternakan mereka di kanal YouTube, seperti yang sudah “Sinatria Farm” lakukan selama ini. Tujuannya agar orang lain bisa ikut belajar dan syukur-syukur menduplikasinya, sehingga akan semakin menambah lebih banyak lagi usaha peternakan.

Dekan Fakultas Pertanian UNS, Prof. Dr. Samanhudi menandatangani PKS dengan Sinatria Farm

Di akhir wawancara, Vita mengatakan untuk memberikan arti “Sinatria Farm” kepada masyarakat luas, selain membuka kelas peternak gratis untuk umum, ia juga telah melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan banyak perguruan tinggi, seperti UGM, UNS, UNDIP, UNSOED, UNPAD, UNIBRAW, UNILA, UNAIR, UIN Sunan Ampel Surabaya, Poltek Banyuwangi, dll. Realisasi kerja samanya yaitu melakukan penelitian bersama. Kemudian menjadikan “Sinatria Farm” sebagai ajang Merdeka Belajar Kampus Merdeka, tempat PKL / magang mahasiswa, dan tempat deseminasi hasil penelitian kampus.

“Kerja sama dengan perguruan tinggi yang salah satunya menyediakan Sinatria Farm sebagai ajang magang mahasiswa, sebenarnya tujuannya tak beda jauh dengan diadakannya kelas gratis. Yaitu sama-sama menarik minat generasi millenial untuk menekuni usaha peternakan, sehingga akan tercipta banyak entrepreneur muda di bidang peternakan,” pungkas Vita.