Webinar PP Kagama – Kafispolgama: Tantangan, Kesempatan dan Peran Masyarakat Indonesia dalam Presidensi G20

Jumat (17/12/2021), PP KAGAMA bersama KAFISPOLGAMA menyelenggarakan webinar melalui Zoom Meetings dan disiarkan langsung di kanal Youtube Kagama Channel. Webinar yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan dalam Rakernas Kagama Tahun 2021, mengambil judul “Presidensi G20 Indonesia: Tantangan, Kesempatan dan Peran Masyarakat Indonesia”. Webinar menghadirkan 3 narasumber, yaitu Muhsin Syihab (Staf Ahli bidang Hubungan Antarlembaga Kementerian Luar Negeri), dan Dr. Poppy Sulistyaning Winanti (Wakil Dekan Fisipol UGM), dan Wafa Taftazani (Co-Chair Indonesia Youth Diplomacy 2018-2020). Dr. (H.C) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., IPU., Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dan Retno Marsudi, S.I.P., LL.M., Menteri Luar Negeri RI, berkenan memberikan keynote speech. Jalannya acara dipandu oleh Razi Sabardi sebagai moderator dan Lilik Kurniawati Uswah sebagai MC.

Dr. (H.C) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., IPU., Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Airlangga Hartarto yang merupakan Ketua I Sherpa Track G20 Indonesia mengatakan, pada tahun 2021 Indonesia menjadi presidensi dalam pertemuan G20. G20 merupakan forum pertemuan negara-negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia. Presidensi G20 berpotensi meningkatkan konsumsi dalam negeri sebesar 1,7 triliun rupiah dan penambahan PDB sebesar 7,47 triliun rupiah serta pelibatan tenaga kerja langsung sebanyak 33 ribu jiwa di berbagai sektor industri hospitality.

“Indonesia dengan prinsip musyawarah dan mufakat dalam keanggotaannya di ASEAN diharapkan menjembatani fasilitas kerja antar-kelompok di G20. Keberagaman merupakan prinsip yang didorong dalam G20. Slogan “unity in diversty” sangat cocok dengan Bhineka Tunggal Ika. Di saat bersamaan kondisi pandemi yang masih merebak dan munculnya varian baru yang juga menjadi isu bersama di dalamnya. Selain membahas target SDGs 2030 yang sedikit meleset dari perkiraan. Indonesia mengajak negara-negara G20 mendorong prinsip wawasan luas dan zona inklusif untuk kepentingan bersama. Literasi digital menjadi kunci agar masyarakat bisa terus mengikuti tanpa ketinggalan. Peningkatan UMKM dan transisi energi karbon menuju energi hijau terbarukan,” pungkas Airlangga.

Retno Marsudi, S.I.P., LL.M., Menteri Luar Negeri RI

Berikutmya, Retno Marsudi mengatakan aktivitas politik luar negeri Indonesia selalu menjadi solusi dari tantangan yang sedang dihadapi di dunia terutama pandemi Covid-19. Akses terhadap vaksin dan dapat menjalankan vaksinasi menjadi problematika dibanyak negara di dunia. Terdapat 41 negara yang belum melaksanakan vaksinasi akibat keterbatasan akses dan kepemilikan vaksin. Isu kesehatan menjadi isu utama yang menjadi fokus perhatian dalam pertemuan G20. G20 sebagai negara-negara yang menguasai 75 persen perdagangan dunia.

“Varian baru covid-19 yakni omicron menjadi momok yang memperlihatkan kesenjangan dan ketidak merataan dalam penanggulangan pandemi. Melebarnya “gap” pembangunan antarnegara. Indonesia membawa prinsip inklusivitas dalam kepemimpinan G20 yang berarti tidak ada satupun negara yang tertinggal dan diabaikan. Tiga prioritas utama Indonesia dalam presidensi G-20 antara lain penguatan arsitektur kesehatan global, transisi energi, dan transformasi digital,” pungkas Retno.

Muhsin Syihab, Staf Ahli bidang Hubungan Antarlembaga Kementerian Luar Negeri

Narasumber pertama, Muhsin Syihab memfokuskan signifikansi Indonesia dalam presidensi G20 tahun 2022. “Recover Together, Recover Stronger” menjadi tema G20 yang dihadirkan Indonesia. Presidensi G20 Indonesia akan menyelenggarakan 157 pertemuan sepanjang tahun 2022. Jika dihitung secara prorata kurang 2 atau 3 hari akan ada pertemuan G20 yang membahasa isu-isu tertentu. Hal tersebut menggambarkan sibuknya aktivitas politik luar negeri Indonesia.

“Indonesia memberikan solusi pemulihan pandemi dan pasca pandemi dengan mendorong enabling environment yang positif untuk pemulihan pasca pandemi. Indonesia memberikan “lead by example” dengan track record kepemimpinan dalam forum internasional. Inklusifitas dan global partnership kunci dalam sinergi regional dan multilateral,” ujar Muhsin mengakhiri paparannya.

Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, Wakil Dekan Fisipol UGM

Narasumber kedua, Dr. Poppy Sulistyaning Winanti menjelaskan mengelola ekspektasi dalam Presidensi G20 Indonesia. Keuntungan ekonomi dapat diraih dalam penyelenggaraan dan pertemuan G20 di Indonesia. Indonesia dapat menentukan agenda setting. Tiga prioritas yang dicanangkan Indonesia yakni, transformasi sistem kesehatan global, transformasi ekonomi dan digital serta transisi energi yang terbarukan.

“Investasi vs realisasi proyeksi benefit harus diperkirakan agar dapat memberikan keuntungan dalam penyelenggaraannya. Kiprah dan sumbangsih Indonesia dalam politik luar negeri harus beriringan dalam meraih keuntungan ekonomi,” pungkas Poppy.

Wafa Taftazani, Co-Chair Indonesia Youth Diplomacy 2018-2020

Narasumber terakhir, Wafa Taftazani menjelaskan tantangan yang dihadapi Indonesia saat menjadi presidensi G20. Ada tiga fokus utama dalam institusi global seperti G20 di antara ekonomi digital, keuangan digital dan new financial.

“Desentralisasinya sektor-sektor ekonomi ke dalam hub-hub yang semakin mengecil dan tidak mampu dibendung bahkan sekalipun dilarang oleh beberapa negara di dunia. Massifnya perkembangan dunia digital dan kemunculan financial digital  harus menjadi isu yang turut diperbincangkan dalam presidensi G20 di Indonesia,” demikian pungkas Wafa. [arma]

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*