Endah Palupi Memberdayakan yang Tidak Berdaya dengan Nasi Bungkus

Bagi Endah Palupi, warga Kagama alumnus FIB Jurusan Sastra Nusantara angkatan 1989, bersedekah sudah biasa dilakukannya sejak lama. Setiap Jumat warung kepunyaannya Sega Boran Bedhog di daerah Soboman, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, dipercaya oleh kakak perempuannya untuk membuat makanan berat yang ditujukan untuk bersedekah buat warga yang membutuhkan. Makanan itu disalurkan ke masjid di sekitar warung dan di program Sedekah Jumat yang dimotori oleh Cak Lis, yang merupakan salah satu anggota Paguyuban Putro Wayah Pamong Taman Siswa. Sedekah Jumat diadakan secara rutin untuk “nguri-uri” atau melanjutkan kembali kebiasaan Ki Hajar Dewantara yang selalu menyediakan makanan gratis setiap hari Jumat untuk kaum papa.

Ketika social distancing mulai diberlakukan, dan “stay at home” sudah menjadi gerakan, otomatis donasi makanan itu tidak bisa tersalur seperti biasanya. Mungkin bagi yang sudah berkecukupan tinggal di rumah bukan masalah besar, tapi bagi orang kecil yang pendapatannya harian dan pas-pasan bisa kehilangan mata pencaharian, dan buntutnya tidak bisa makan.

Akhirnya Endah memutuskan untuk membuat nasi bungkus setiap hari. Kakaknya pun setuju kalau donasinya dialihkan dalam bentuk nasi bungkus. Mulai 27 Maret 2020 Endah mulai membuat 20 nasi bungkus setiap hari. Pada waktu itu disebar ke tukang becak, pemulung, dan buruh harian di sekitar warung Sega Boran Bedhog.

Jalan beberapa hari tiba-tiba Endah ingin memotret deretan nasi bungkus yang berjajar rapi di meja. Ia memang ingin membuat lebih banyak nasi bungkus agar lebih banyak yang terbantu. Akhirnya foto deretan nasi bungkus diposting di WAG kelas SMP. Tanpa diduga beberapa teman menghubungi & menyatakan ingin menyumbang. Program gerakan donasi nasi bungkus 10 hari atau Endah menyebutnya satu periode akhirnya mulai berjalan sejak 31 Maret 2020.

Mengalirnya donasi dari teman-teman dan kemudian meluas kepada kawannya teman-teman membuat donasi yang masuk semakin besar. Mengingat beberapa bisnis beberapa temannya yang terpuruk bahkan mandeg tak bisa bergerak, akhirnya Endah memutuskan membuat sebuah program yang di dalamnya bermuatan pemberdayaan. Mulai 8 April 2020, berawal dari 2 teman yang warungnya tutup Endah menyalurkan donasi yang diperolehnya kepada 2 temannya tersebut. Masing-masing diwajibkan membuat 20 bungkus nasi @7000 setiap hari selama 10 hari untuk dibagikan kepada orang di sekitar yang betul-betul membutuhkan. Masing-masing dikasih sebesar Rp. 1,4 juta bayar di muka, tujuannya agar bisa mengelola dana tersebut secara efisien.

“Multilevel ngamal” akhirnya terjadi di sini. Program ini ditangkap oleh beberapa teman dari komunitas lain dan akhirnya turut “nyengkuyung”. Akhirnya melalui program ini ada 6 teman yang dialiri donasi. Untuk Endah sendiri dibantu 3 karyawannya kapasitas produksi hariannya saat ini minimal 100 nasi bungkus. Hari Jumat (22/5/2020) adalah hari terakhir melakukan donasi nasi bungkus di bulan puasa. Setelah lebaran rencana akan dilanjut lagi sampai barangkali akan berakhir apabila pandemi Covid-19 sudah berlalu. Dan semoga itu tidak akan lama lagi.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*