
Pesantren dan Misi Pembangunan Nasional: Dari Tradisi keransformasi
Oleh: Redaksi
Di tengah arus modernisasi dan tantangan global, pesantren tetap berdiri kokoh sebagai benteng spiritual dan sosial masyarakat Indonesia. Namun kini, lembaga pendidikan Islam tradisional ini tidak lagi hanya menjadi tempat tafsir kitab kuning dan pembinaan akhlak. Dalam sebuah webinar bertajuk “Penguatan Pesantren untuk Membangun Bangsa: Kolaborasi Strategis untuk Pemberdayaan Berkelanjutan”, wacana baru pun mengemuka: pesantren sebagai simpul pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045.

Dian Nur Amalia – MC Acara
Diselenggarakan oleh PP Kagama, webinar ini menghadirkan para pemikir dan penggerak pembangunan dari berbagai latar belakang. Mereka sepakat bahwa pesantren memiliki potensi luar biasa untuk menjadi motor penggerak transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Wahyudi Djafar – Moderator Acara
Dari Pinggiran ke Pusat Pembangunan
Didik Darmanto, Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Bappenas, membuka diskusi dengan menyampaikan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045, pesantren akan diintegrasikan sebagai simpul ekosistem pembangunan. “Pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tapi juga laboratorium sosial yang mampu melahirkan solusi lokal untuk tantangan global,” ujarnya.

Dr. Amin Muzakir dari Kemenko PMK menyoroti ketimpangan tersebut. “Secara politik, pesantren diakui. Tapi dalam perencanaan dan pendanaan, mereka masih termarjinalkan. Padahal banyak pesantren berada di wilayah miskin dan seharusnya menjadi bagian dari strategi pengentasan kemiskinan nasional,” tegasnya.

Kagama dan Gerakan Kolaboratif
PP Kagama, sebagai organisasi alumni Universitas Gadjah Mada, mengambil peran aktif dalam mendorong transformasi pesantren. Gus Mustafid, Ketua Departemen Pemberdayaan Pesantren PP Kagama, menyampaikan bahwa pesantren memiliki jaringan sosial yang sangat luas—lebih dari 90 juta keluarga santri. “Ini adalah kekuatan sosial dan ekonomi yang luar biasa. Kagama siap menjadi mitra strategis dalam penguatan tata kelola, kurikulum integratif, dan transformasi digital pesantren,” ujarnya.

Ia juga mengusulkan pengembangan kurikulum yang menggabungkan ilmu agama dengan sains, teknologi, dan kewirausahaan. “Pesantren harus menjadi pusat pembelajaran yang relevan dengan tantangan zaman, bukan hanya tempat tafsir kitab kuning,” tambahnya.
Ekopesantren dan SDGs
Sulastama Raharja, yang membuka webinar, menekankan bahwa pesantren telah berkontribusi nyata terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). “Dengan lebih dari 42.000 pesantren dan jutaan santri, kita memiliki kekuatan akar rumput yang luar biasa. Pesantren telah berkontribusi pada pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, hingga pelestarian lingkungan melalui gerakan ekopesantren,” tuturnya.

Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor, termasuk alumni perguruan tinggi dan komunitas lokal, untuk memperkuat peran pesantren sebagai agen perubahan. “Kita tidak bisa membiarkan pesantren berjalan sendiri. Mereka butuh dukungan struktural, pendampingan, dan akses terhadap sumber daya,” tambahnya.
Perempuan Pesantren: Pilar yang Terlupakan
Salah satu isu yang mencuat dalam diskusi adalah peran perempuan dalam pesantren, khususnya Ibu Nyai. Meski memiliki kontribusi besar dalam pendidikan dan pemberdayaan komunitas, mereka sering kali terpinggirkan dalam kebijakan dan program pembangunan.
“Perempuan pesantren adalah penjaga nilai, pendidik, dan pemimpin komunitas. Tapi mereka jarang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Ini harus diubah,” tegas Gus Mustafid.
Menuju Indonesia Emas 2045
Webinar ini bukan sekadar diskusi akademik, melainkan panggilan untuk aksi kolektif. Dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, pesantren diyakini mampu menjadi motor penggerak perubahan sosial menuju Indonesia yang lebih adil, makmur, dan berdaya saing di tingkat global.
Transformasi pesantren bukan hanya soal modernisasi, tapi tentang mengembalikan mereka ke posisi strategis dalam pembangunan bangsa. Dari pinggiran, pesantren kini melangkah ke pusat panggung pembangunan nasional.