Oleh: Dariah Suhaedi
Sudah 3 bulan pandemi covid-19 menggempur kehidupan kita, menjungkirbalikkan tata cara hidup kita. Dan parahnya lagi, banyak jalan rejeki yang biasa mampu jadi sumber kehidupan banyak orang menjadi sempit bahkan banyak yang tutup. Meski iya, peluang aktivitas ekonomi digital meningkat tapi bagaimana dengan para pekerja harian yang selama ini hidup bergantung pada keringat, dan peluang itu mendadak tak ada.
Mbak Heni Widodowati adalah yang memperkenalkan program Kagama Canthelan kepada saya dan mengajak terlibat. Awalnya sempat mikir bagaimana tidak, kondisi ekonomi saya pun belum bagus, masih tertatih-tatih, tapi bismillah saya niatkan terlibat.
“Siap-siap banjir air mata setiap pagi.” kata mbak Heni. Dan benar saja, selama 5 hari ini saya setiap pagi beratatapan dengan wajah getir yang mencoba bertahan dan sedikit tersenyum ketika ada kesempatan mendapatkan sebungkus sayuran dan telur yang saya beli dari dana titipan Kagama Care.
Saya tinggal di perkampungan, ada 5 kontrakan di sekeliling saya. Awalnya hanya 7 canthelan, dan ketemu ibu ibu di warung bertanya, “Ibu , ada pembagian sayuran gratis saya boleh ikut ambil, saya butuh.” Insya Allah bisa, jawab saya. Dan setelah ngobrol dengan bu RW tentang bagaimana mengelola kegiatan Kagama Canthelan ini, diaturlah menjadi 4 shift, minimal satu minggu mereka sekali bisa terima sayuran dan lauk, kadang telur, ikan atau tempe/tahu.
Saya berencana menambah canthelan agar seminggu ibu-ibu tersebut bisa terima minimal 2 kali, syukur syukur 3 kali. Saya mencoba mencari dana dengan lelang lukisan anak saya Aina dan semua dananya akan saya alokasikan untuk kegiatan canthelan. Barangkali ada yang bersedia membeli & syukur-syukur berkenan menjadi donatur tetap.
Semoga niatan saya ini diberkahi Gusti Allah. Amin.
Leave a Reply