Konsep Jogo Tonggo Diterapkan Lewat Gerakan Canthelan

oleh: Arum Titisari

Kenapa saya ikut bikin aksi canthelan? Iya, awalnya baca postingan Mbak Ardiati Bima yang dishare rekan Kagama, Mbak Ekan Ns & Mbak Heni Widodowati kalau nggak salah. Ajakan untuk “Jogo Tonggo” (Jaga Tetangga) di masa pandemi ini. Seperti yang kita ketahui bersama, efek dari pandemi ini nggak cuma di bidang kesehatan, tapi juga dampak ekonominya luar biasa.

Banyak warga miskin baru karena di PHK atau sektor usahanya lumpuh total. Berhubung secara data sensus termasuk warga sejahtera, maka pada umumnya warga miskin baru ini luput dari bantuan-bantuan baik dari pemerintah maupun CSR perusahaan, karena biasanya yang disasar adalah warga pra sejahtera menurut data sensus atau data penduduk di tiap RT/RW.

Untuk itulah canthelan hadir. Siapa saja yang membutuhkan boleh ambil satu bungkus per KK dan siapa saja yang mau berdonasi boleh ikut ‘nyanthelke’. Cukup fair menurut saya. Tidak akan ada tumpukan bantuan di keluarga-keluarga tertentu karena berkali-kali dapat sumbangan, sementara yang lain yang juga terdampak, sama sekali tidak dapat apa-apa. Melalui canthelan ini bantuan bisa lebih merata. Isian canthelan yang sederhana (bisa apa saja) memungkinkan untuk membuat banyak bungkusan dalam sehari.

Dengan alasan tersebut, saya tidak terlalu selektif terhadap para pengambil canthelan. Mau naik sepeda, jalan kaki, atau naik motor bagus ya nggak papa. Lha siapa tahu kredit motor bagus buat ngojek, kredit belum lunas kena efek pandemi, sementara ojol ya sepi.

Canthelan yang saya buat sudah berlangsung sekitar 18 hari dan sudah nyanthelke sekitar 320-an bungkus. Donasi yang masuk selain berupa sembako, mie instant, tempe, serai, dan wedang uwuh, juga berupa uang tunai sebanyak 11.140.000.

Ke depannya dengan sisa donasi yang ada saya ingin sedikit merubah tampilan canthelan menjadi sebentuk Omah Pangan Warung Ikhlas. Jadi bahan pangan tidak ditata dalam satu kali kebutuhan masak untuk satu keluarga, tapi akan diletakkan begitu saja (bentuk prasmanan kali ya). Warga yang membutuhkan bisa milih mau ambil apa saja. Jadi tidak harus komplit seperti biasanya. Hal ini saya lakukan supaya dapat lebih banyak menjangkau keluarga yang membutuhkan.

Untuk lokasinya tetap di rumah saya yang sementara ini kosong dulu (tidak disewakan) sampai akhir tahun. Harapan saya selain bisa untuk bikin Omah Pangan juga bisa untuk tempat pelatihan atau produksi makanan olahan kering yang bisa dikirim ke luar kota dan bisa dijual secara online untuk membantu warga yang kehilangan pekerjaan supaya tetap berdaya.

Maturnuwun sanget untuk para donatur, suporter, dan orang-orang baik. Terima kasih banyak yang sudah berkenan membantu kami. Lemah teles, Gusti Allah sing mbales. Semoga selalu sehat jiwa raga serta dompetnya, bahagia selalu dan selalu lembut hati penuh welas asih terhadap sesama.

Avignam Jagat Samagram

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*