Wahyuningtyas Sri Banardani, Perancang Busana yang Meminimalkan Limbah pada Setiap Karyanya

Bagi Wahyuningtyas Sri Banardani, biasa akrab disapa Tyas, hidup ini mengalir begitu saja dan dinikmati selagi bisa. Ia mensyukuri apa saja yang telah di berikan Tuhan kepadanya, termasuk bakat dan talentanya.

Kepada kagama.id yang mewawancarainya di workshopnya di Desa Sidorejo, Kec. Godean, perempuan alumnus Fakultas Pertanian UGM angkatan 2000 itu menceritakan kisah perjalanan hidupnya, sejak meraih gelar sarjananya sekitar 17 tahun yang lalu sampai saat ini menekuni dunia fashion.

Liku-liku panjang pekerjaannya diawali seusai diwisuda pada tahun 2006, saat ia bekerja pada sebuah lembaga survey di Yogyakarta. Namun pekerjaan sebagai surveyor hanya dijalaninya selama setahun.

Selanjutnya pada periode 2007-2009 Tyas bekerja di perusahaan asuransi. Setahun berikutnya ia menjalani pekerjaan sebagai asisten kepala toko pada sebuah perusahaan retail.

Pada tahun 2011, Tyas mencoba peruntungannya ke Jakarta, dengan bekerja di surat kabar Media Indonesia. Tapi hanya sebentar saja karena ada tawaran kerja yang menariknya, yaitu menjadi guru pada sebuah sekolah dasar di Jakarta.

Tahun 2014 Tyas menikah. Setahun berikutnya, ia dan suami memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta. Sekembalinya ke kampung halaman, ia mengisi hari-harinya dengan menyibukkan dirinya berbisnis kerajinan.

Tahun 2018 Tyas mencoba belajar shibori dan ecoprint bersama kawan-kawan Kagama Shibori & Ecoprint (KSE). Saat itu KSE sering menggelar workshop dan pelatihan di berbagai tempat, salah satunya di Dalem Mangunsudiran sebagai titik kumpul teman-teman Kagama. Itu adalah awal mula Tyas bersentuhan dengan dunia desain pada media kain.

Lalu mendadak datanglah pandemi Covid-19 yang luar biasa dampaknya di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Meskipun di negara kita merebaknya Covid-19 baru pada awal tahun 2020, namun menjelang akhir 2019 dunia sudah merasakan efeknya. Semua sektor terpukul, termasuk sektor perekonomian.

Pengaruhnya ke Tyas adalah ia menjadi sulit menjual produk shibori dan ecoprintnya. Akibatnya kain polos yang sudah telanjur dibelinya menumpuk dan Tyas bingung mau dipakai buat apa.

Agar kainnya bisa terpakai, Tyas tiba-tiba punya ide untuk ikut pelatihan menjahit kelas basic di BLK Provinsi DIY. Selama 33 hari ia ikut teori dan ujian negara. Lalu dilanjut dengan magang selama sebulan. Semua itu membuat kemampuan Tyas menjahit dan memotong pola semakin terasah.

“Sebenarnya dunia jahit menjahit bagi saya sudah saya kenal dari kecil. Karena dulu ibu saya biasa menjahit untuk keperluan sendiri, jadi saya sering ikut memperhatikan,” kenang Tyas.

Pelan-pelan kemampuan menjahitnya mulai dikenal di kalangan sekitar. Pada masa pandemi dan berlaku aturan PPKM, ada berkah tak terduga bagi Tyas, yaitu ia menerima order pembuatan masker dalam jumlah yang lumayan banyak.

Kemudian, keahlian Tyas mulai dilirik oleh sebuah perusahaan butik online yang berkantor di daerah Godean. Ia dikasih order menjahit pakaian anak dan wanita sesuai pesanan khusus atau istilahnya custom made.

Meski sudah bisa menghasilkan rejeki dari kemampuan menjahitnya, namun Tyas belum puas akan pencapaiannya. Sehingga ia memutuskan mengikuti pelatihan tingkat lanjutan di BLK Provinsi DIY juga, yaitu kursus menjahit kebaya pada tahun 2020, dan kursus desain fashion pada bulan Juni 2021 selama sebulan.

Keputusannya tersebut ternyata sangat tepat. Kursus terakhir yang diikutinya itulah yang nanti di kemudian hari mengantarnya menjadi seorang perancang busana handal.

Adalah LKP Asmat Pro Jogjakarta, penyelenggara kursus modeling dan dunia fashion, yang pertama kali melirik bakat Tyas. Selama ini Asmat Pro secara rutin menggelar sebuah ajang fashion show bertajuk Jogja Fashion Parade (JFP).

Pada JFP #6 yang dihelat bulan Oktober 2021, karya rancangan Tyas terpilih untuk ditampilkan di video teaser sebagai media promosi acara. Panitia memilihnya karena melihat ada hal yang unik dan istimewa dari karyanya, yaitu menggunakan teknik membuat pakaian dengan penempatan pola yang efektif sehingga tidak banyak menghasilkan limbah, atau biasa disebut zero waste pattern.

“Segala sesuatu tidak akan menjadi sampah, sampai kita membuangnya,” ucap Tyas.

Semua hasil kerja Tyas sangat minim sampah atau limbahnya. Jika ada kain sisa atau perca oleh Tyas diolah lagi menjadi karya baru. Usahanya yang bernama Omah KreaShe Banardani mempunyai tagline “Peluk Bumi Cintai Negeri”, manyiratkan makna ia tidak ingin memproduksi banyak sampah yang bisa membebani bumi pertiwi.

Keikutsertaan Tyas di JFP #6, serta karyanya terpilih untuk video teaser, membuat namanya mulai dikenal di kalangan pelaku fashion. Dalam waktu relatif singkat popularitasnya terus menanjak. Sampai saat ini ia telah beberapa kali sukses menggelar fashion show, baik tunggal maupun berkolaborasi dengan desainer lain.

Diawali pada awal Desember 2021, Tyas ikut Surabaya Fasion Designer Award, dan terpilih sebagai 20 finalis dari 100 peserta. Lalu, ia mengikutsertakan 1 karyanya pada Asmat Pro Talent di Rumah Kreatif Sleman, Gedung Disperindag Sleman, Januari 2022. Berikutnya ia ikut memamerkan 3 koleksinya pada Jogja Muslim Fashion Parade di Sleman City Hall, 8-11 April 2022.

Selanjutnya, Agustus 2022 ia diajak Disperindag Sleman mengikuti Jogja Fashion Week dan memamerkan kreasi stagen serta selendang lurik. Disusul pada Oktober 2022 Tyas menggelar fashion show tunggal berkolaborasi dengan 16 pembatik, pada event bertajuk “Gebyar Batik Sleman” di Sleman City Hall.

November 2022 Tyas mengikuti fashion show berlabel “Jogja Art Fashion Festival” di Jogja Nasional Museum. Terakhir, Desember 2022 ia menjadi desainer tamu pada sebuah event bertajuk “Nakaamgo” yang digelar oleh Universitas Negeri Yogyakarta, dan Tyas untuk pertama kali memamerkan karyanya baju-baju untuk pria.

Seiring dengan reputasinya yang semakin terkenal, Tyas juga mulai menangguk rezeki dari keahliannya sebagai perancang busana. Karya-karyanya mulai laku dipesan pembeli dari berbagai kalangan.

Untuk pembeli orang kebanyakan, biasanya memesan sejenis kimono. Yang dari kalangan publik figur atau seniman, seperti MC, pemain musik tradisional, pelukis, dll, request busana tertentu untuk mendukung performance mereka saat tampil di depan publik.

Yang menarik, ada pula order dari beberapa anggota Kagama yang istilahnya mengajak berkolaborasi. Bahan kain batik, shibori, atau ecoprint dari mereka, sedangkan Tyas yang mendesainnya menjadi kostum jadi.

Atas segala pencapaiannya selama ini, Tyas bersyukur sekali karena merasa selalu dimudahkan jalannya oleh Tuhan. Sebagai rasa syukurnya, ia merasa wajib mendarmabaktikan tenaganya kepada sesama.

Di tengah-tengah kesibukannya berkarya, pada bulan Januari 2023 Tyas menyempatkan diri berbagi ilmu kepada ibu-ibu pembatik di tempat tinggalnya, Desa Sidorejo, Godean. Ia mengajarkan shibori, tanpa menarik bayaran serupiah pun. Hanya bahan berupa kain, peserta menyediakannya sendiri. Melihat atensi ibu-ibu yang sungguh luar biasa, rencana ke depannya sebulan sekali ia akan memberi pelatihan shibori dengan pewarna alami.

Sebelumnya, pada awal tahun 2022 Omah KreaShe Banardani miliknya terlibat kerja sosial dengan Komunitas Sumba Bisa, Yayasan Labda Radmila Agrapana, dan Surge. Proyek nirlaba tersebut berawal dari sobat masa kecilnya bernama Monica Anitya Darumurti, alumnus Psikologi UGM angkatan 2001 pengelola Komunitas Sumba Bisa, minta bantuan Tyas.

Dari Monica, Tyas jadi tahu di daerah Waihibur, Sumba Tengah, mengalami permasalahan tingkat sanitasi yang rendah. Penduduk wanita di sana rata-rata kesulitan untuk mendapatkan pembalut. Monica minta tolong Tyas mengirim bahan bakunya yang banyak tersedia di Jogja.

Selanjutnya menjadi tanggung jawab Monica. Ia memberikan pelatihan dan paket Stater Kit Do it Yourself (DIY) kepada remaja-remaja putri pada sekolah-sekolah di Sumba untuk memprosesnya menjadi pembalut kain.

Selama 2022 ratusan bahan pembalut sudah dikirimkan ke Sumba sebanyak 3 kali, dan sangat membantu masyarakat di sana. Tyas merasa sangat bahagia apa yang dikerjakannya bisa memberi manfaat buat sesama.

Di akhir wawancara, Tyas menitipkan pesan kepada kawan-kawan yang akan memulai sebuah usaha atau binis, “Dalam berusaha kita harus berani nggetih bahasa Jawanya. Tapi ingat harus tetap telaten dan konsisten. Karena hasil pastinya tidak akan mengkhianati usaha.”