Kagama Singapura Berbagi Cinta

Oleh: Re Reynilda

Berbagi Inspirasi di Masa Pandemi“, adalah tema yang diangkat KAGAMA Singapura Sabtu [12/06/2021] pada pertemuan daring lewat Zoom Meeting. Komunitas Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada yang bermukim di Singapura yang baru dibentuk tersebut, mengadakan pertemuan perdana secara daring dengan menghadirkan dua narasumber. Mengangkat topik seputar kesehatan dan bisnis di masa pandemi, anjangsana dimoderatori oleh Nino Moutton, seorang founder edtech startup Playbook, yang menyediakan aplikasi pemetaan skill dan platform pembelajaran bagi generasi muda Indonesia.

NIno Moutton

Inge Sanitasia Kusuma, International Oncology Director Astra Zaneca sebagai narasumber pertama, memaparkan perkembangan teknologi dalam dunia kesehatan sekaligus informasi tentang penanganan Covid-19 di Asia Tenggara khususnya. Ia mengatakan bahwa Singapura adalah negara dengan penanganan pandemi terbaik di dunia bersama New Zealand. Singapura adalah negara yang dengan cepat menutup perbatasannya ketika wabah pertama kali merebak. Aplikasi Trace Together yang wajib dimiliki seluruh warganya, selalu melacak setiap kasus baru yang muncul, sehingga dengan cepat dapat ditangani oleh pemerintah setempat. Singapura juga dikenal sangat ketat memberlakukan social distancing, pemakaian masker, dan merupakan negara yang pertama kali melakukan vaksinasi.

Inge Sanitasia Kusuma

Inge juga menyatakan kekagumannya atas penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, hingga menempatkan vaccination rate-nya di atas negara-negara Asia Tenggara lainnya. Wanita cantik ini juga berbagi tentang bagaimana teknologi pada dunia kesehatan semakin berkembang, melalui penggunaan Artificial Inteligence pada Onkologi yang merupakan bidang yang telah ditekuninya selama 25 tahun terakhir sejak lulus dari MM UGM.

Preventive dengan deteksi dini, hidup sehat, nutrisi yang benar, tidur cukup, olahraga, dan vaksinasi dapat mencegah beberapa penyakit akibat kanker,” ujar Inge menutup paparannya.

Narasumber berikutnya adalah pasangan pengusaha di bidang Food and Beverage. Benhard Ambarita, alumnus Tehnik Elektro UGM, dan sang istri Friska Pangaribuan, alumnus Fakultas Hukum UGM, yang telah menjadi pemegang lisensi restoran cepat saji terkenal Subway, sejak tahun 2007. Mengawali karir dari bidang telekomunikasi lalu melanjutkan kuliah di Inggris, membuka pandangan dan merubah pola pikir Benhard untuk melihat kehidupannya di 25 tahun ke depan. Hingga ia memutuskan untuk banting setir menjadi pengusaha restoran, dan telah memiliki enam outlet pada beberapa lokasi di Singapura hingga saat ini.

Benhard Ambarita & Friska Pangaribuan

Pasangan pengusaha tersebut menceritakan jatuh bangunnya mengawali bisnis di bidang F & B, dan apa saja strategi mereka menghadapi pandemi yang membawa perubahan besar pada sektor bisnis di seluruh dunia. Mereka juga berbagi kiat mengatasi penjualan yang turun sementara sewa tempat terus berlaku, serta menghadapi sulitnya mencari pekerja setelah Singapura dan Malaysia menutup akses perbatasan kedua negara. Mengingat banyak pekerjanya berasal dari negara tetangga. Tentu saja pasangan suami istri pengusaha ini juga membagi banyak tips bagi siapa saja yang ingin terjun ke bisnis F & B.

Start in the end. If you plan to fail, then you fail to plan. Perencanaan adalah yang utama, raih momentum, dan ambil kesempatan,” ujar Benhard menutup diskusinya dengan para peserta.

Acara ditutup dengan penyerahan donasi sejumlah Rp. 16 juta rupiah untuk program canthelan yang diserahkan pada koordinator wilayah Yogyakarta, untuk diteruskan ke beberapa titik yang tersebar di seluruh Indonesia. Tanda cinta KAGAMA Singapura ini merupakan wujud sumbangsih pada almamater tercinta melalui Kagama Care, sekaligus membantu masyarakat sekitar yang terdampak Covid-19.

Dari Singapura kami berbagi inspirasi di masa pandemi, dan untuk Indonesia kami berbagi cinta untuk semua. Salam sehat dan bahagia!

1 Comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*