Obituari untuk Prof. Iwan Prahastho: Waktu yang Akan Menyelesaikan

Oleh: R Yuli Kristyanto

Senja temaram tiba di gedung Radioputro yang baru didirikan, jauh lewat pukul lima sore ketika praktikum Farmakologi terakhir semester itu dibubarkan, tujuh belas tahun silam. Riuh selasar perlahan menghening dan menggelap saat lampu-lampu dimatikan. Namun di satu ruang itu, cahaya bersikukuh tak menutup mata. Ruangmu, dan engkau masih di sana. Lilin pengetahuan dan pengabdian yang masih berusaha menerangi hingga penghujung senja, saat yang lain sudah lelap dalam peluk cengkerama keluarga. Dan engkau rupanya tak sendiri, sosok kecil itu, putrimu, belajar di meja kerja, mengajarinyalah engkau sembari terus bekerja. Layar monitor menyala, gegunung proposal penelitian, soal-soal ujian, materi-materi kuliah, surat-surat akademik masih berserakan, dan engkau menerima, tertawa bahagia, saat setumpuk lembar jawaban tes dan laporan praktikum ditambahkan. Malam sudah menjelang, segeralah pulang, pesanmu. Dan untuk gegunung plus setumpuk tugas dan berkas itu, hanya waktu yang dibutuhkan, engkau mencoba meyakinkan. Waktu yang akan menyelesaikan.

Dan tujuh belas tahun kemudian, ribuan berkas dan tugas berserak dan terus-menerus berdatangan. Engkau larut di kedalaman palung samudera angka, diantara nilai, diantara rerata, diantara metode, diantara sampel, diantara hasil, diantara uji, diantara ribuan wajah yang datang dan pergi. Engkau yang selalu berusaha senyawa dengan berkas dan tugas itu. Berkasmu adalah lukisan ilmu, seindah-indahnya, agar anak didikmu membawanya sepanjang masa dan membaginya dengan pasien dan orang sekitarnya sehingga mereka semua berbahagia. Tugasmu adalah raksasa, tempat anak didikmu berdiri menginjak bahumu, setinggi-tingginya untuk menatap dan mencari penjuru yang lebih jauh dan jauh lagi dari terbatasnya jarak tatapmu. Berulang dan berulang, tanpa bosan, engkau ingatkan bahwa pengabdian adalah membumikan bukti, bukan asumsi; dan “docere” bukanlah menyembuhkan, melainkan mengajarkan.

Tujuh belas tahun berlalu, waktu juga yang akhirnya menyelesaikan. Menyelesaikan seluruh berkas dan tugas yang terserak di mejamu. Engkau adalah satu dari ratusan yang baru saja berpamitan, dan ribuan yang telah menantimu di ruang kerja baru yang cahayanya akan terus menyala selepas senja. Engkau tentu sadar, ratusan, ribuan, jutaan itu semata angka belaka, semata sampel diantara populasi yang selalu engkau ajarkan, dan engkau hanya salah satu subyek yang variabelnya mungkin tak terlalu mempengaruhi hasil akhir penelitian. Namun, ingatkah engkau, dalam catatan kaki di setiap akhir berkasmu, engkau selalu menyertakan pesan bahwa setiap satu atau setiap angka dari subyek tak seberapa itu, mungkin telah banyak mempengaruhi dunia. Bahwa setiap satu mungkin telah mempengaruhi seorang asisten praktikum yang terlambat mengumpulkan lembar jawaban tes dan laporan di suatu sore temaram. Bahwa setiap satu mungkin telah mempengaruhi seorang anak yang begitu berbahagia dapat belajar di ruang kantor bersama ayahnya. Bahwa setiap satu mungkin telah mempengaruhi setumpuk berkas yang masing-masing lukisannya akan menghiasi senyum atas ringannya penderitaan dari ribuan manusia. Bahwa setiap satu mungkin telah mempengaruhi luasnya cakrawala yang dapat diraih oleh mereka yang berdiri di atas pengorbanan nyawa sang raksasa.

Selamat bekerja di ruang milik-Nya, Prof. Iwan Dwiprahasto dan para dokter, selamat melanjutkan tugas, mengajarkan dalam keabadian.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*