Endro Kristanto Alumni Psikologi yang Paham Filosofi Kopi

Endro Kristanto dilahirkan di Surakarta, 19 Mei 1979. Masa pendidikan dari bangku SD sampai dengan SMA ia tempuh di tanah kelahirannya. Selepas SMA Negeri 4 Surakarta pada tahun 1997 ia melanjutkan studinya dengan mengambil kuliah di Fakultas Psikologi UGM. Lima tahun kemudian, pada tahun 2002 ia berhasil meraih gelar kesarjanaannya.

Tahun 2003 Endro diterima menjadi dosen tidak tetap di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Namun pada tahun 2007 ia mengundurkan diri untuk bergabung dengan sebuah LSM bernama Oxfam GB dan terlibat proyek pemulihan bencana tsunami Aceh. Sejak saat itu pekerjaanya cenderung tidak menetap di sebuah kantor tapi dari proyek ke proyek. Seperti saat ini ia memegang jabatan sebagai kepala tim untuk studi kelayakan kredit sanitasi masyarakat pada Water.org sampai dengan Agustus 2020. Lalu sebagai evaluator APS Program, University for Peace Costa Rica juga sampai Agustus 2020, dan sebagai Koordinator Konsultan Teknis proyek pertanian pada ISED Project, GIZ sampai Desember 2020.

Di sela-sela kesibukan pekerjaannya, Endro masih sempat menekuni dunia yang menjadi passionnya yaitu kopi. Awal mula perkenalannya dengan kopi terjadi pada tahun 2007 saat ia terlibat penanganan tsunami di Aceh. Setap sore sehabis pulang kantor, menyempatkan diri ngopi dengan teman-teman kantor di “Warkop Chek Yukee”. Lalu tahun 2008 ketika ia meneruskan kuliah S2-nya mempelajari International Peace di University for Peace Costa Rica, ketertarikannya kepada kopi semakin bertambah karena penduduknya sangat gemar minum kopi tiap hari. Endro rajin membaca artikel tentang kopi di internet dan juga banyak membaca buku.

Berdasarkan apa yang dipelajarinya, Endro jadi tahu perbedaan kopi arabika dan robusta. Dalam hal kandungan kafein, kopi robusta memiliki kadar kafein lebih tinggi dari kopi arabika. Akibatnya, robusta lebih mudah menstimulasi syaraf agar kita terjaga. Kafein yang tinggi juga membuat tanaman robusta lebih tahan penyakit dan hama. Ini yang menyebabkan Belanda mengganti menanam arabika dengan robusta pada masa kolonial, karena tanaman arabika terkena penyakit secara masif. Dalam hal rasa, robusta lebih pahit dan harsh sedangkan arabika lebih manis dan kaya rasa. Dalam hal bentuk biji, robusta cenderung bulat dan garis di tengah cenderung lurus sedangkan arabika cenderung oval dan garis di tengah cenderung berlekuk.

Indonesia adalah negara eksportir kopi terbesar nomer tiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Perlu dicatat bahwa pemeringkatan ini berdasarkan volume keseluruhan robusta dan arabika. Untuk Indonesia, 75% dari kopi yang diekspor adalah robusta. Untuk arabika, kopi Indonesia yang populer di pasar internasional di antaranya Kopi Gayo, Kopi Toraja dan Kopi Mandheling. Dalam 5 tahun terakhir, permintaan kopi arabika meningkat pesat di dalam negeri. Kebun-kebun kopi baru pun bermunculan, termasuk di daerah-daerah yang sebelumnya tidak atau sangat sedikit menghasilkan arabika. Industri hilir perkopian seperti roastery dan coffee shop juga meningkat secara drastis.

Sepengetahuan Endro, Indonesia lebih banyak menghasilkan kopi jenis robusta, sama seperti di sebagian besar negara penghasil kopi. Sebagai perbandingan, kopi robusta di Indonesia sekitar 83% sedangkan di Vietnam sampai sekitar 95%. Namun yang membuat Endro heran adalah nilai ekspor kopi Vietnam secara total (robusta + arabika) lebih besar dibanding Indonesia, meski secara volume produksi arabikanya lebih kecil dan kualitasnya secara umum masih kalah daripada indonesia. Endro yang pernah ke Vietnam selama seminggu dan tiap hari pindah dari satu coffee shop ke coffee shop lain, termasuk merasakan egg coffee yang terkenal di sana, bisa membandingkan bahwa kopi arabika indonesia jauh lebih oke dibanding produk Vietnam.

Lalu berdasarkan yang diketahuinya, Endro mengatakan ada yang unik di Costa Rica. Secara tradisional Costa Rica hanya menghasilkan arabika, setidaknya sampai tahun 2018 karena pemerintahnya melarang penanaman robusta. Namun baru-baru ini mereka mencabut larangan tersebut karena daerah-daerah yang lebih rendah atau panas lebih cocok ditanam robusta. Sebenarnya, apa yang terjadi di Costa Rica ini merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim. Karena bumi lebih panas, maka hama, jamur, penyakit lebih berpotensi menyerang tanaman arabika yang ditanam di ketinggian di atas 1000 meter di atas permukaan laut. Akibatnya, dalam 10-20 tahun ke depan, di negara manapun menanam arabika akan lebih banyak tantangannya karena iklim semakin panas.

Sebagai akibat mendalami seluk beluk kopi, tanpa sadar hal itu mempengaruhi Endro yang dari semula hanya sebagai penikmat, lama-lama tergerak untuk ikut terjun dalam dunia pengolahan kopi. Tahun 2014 Endro membeli grinder manual dan elektrik untuk pertama kalinya, buat mencoba menggiling kopi sendiri. Pelan-pelan ia berproses belajar mengolah kopi secara otodidak, mulai dari membaca buku dan artikel, nonton Youtube, dan ngobrol-ngobrol menyerap ilmu dari mereka yang sudah melakukannya. Kalau untuk roasting benar-benar hanya berdasarkan membaca dan sesekali menonton penjelasan teknis di Youtube.

Setelah ilmunya dirasa cukup pada tahun 2019 Endro membeli mesin roasting kopi. Menurut Endro alat roasting kopi relatif mahal, namun untungnya sudah banyak produsen mesin roasting di Indonesia sehingga roaster bisa membeli mesin yang lebih terjangkau. Ini adalah hal yang baik, karena dengan demikian kegiatan roasting tidak hanya eksklusif milik pemodal besar. Kalau soal kualitas, tentunya ada perbedaan kualitas, namun roaster dengan mesin dalam negeri tidak perlu minder dengan kualitas kopi yang disangrainya. Pada dasarnya ‘the man behind the gun’ juga penting. Apalagi ‘the man’ bukan hanya memproduksi kopi, namun bisa juga memproduksi cerita dan nilai tambah lain pada kopi yang dijualnya.

Endro menambahkan, pada tingkat dasar ilmu kopi relatif mudah. Pada tingkat yang lebih tinggi, ilmunya lebih tinggi. Orang di level keahlian sangat tinggi pun juga sedikit. Seperti kebanyakan fenomena, kopi mengikuti kurva normal statistik. Yang eksepsional atau expert mestinya hanya sedikit, yang biasa-biasa saja yang banyak.

“Bagi mereka yang ingin menekuni kopi, pesan saya adalah terus melakukan eksplorasi, jangan berhenti belajar. Kedua, jangan hanya menekuni kopi karena uang lalu jor-joran membeli peralatan kopi yang super mahal atau membuka warung kopi yang besar. Berproses lebih penting daripada ‘menjadi sesuatu’. Saat menikmati proses belajar kopi, kita akan menemukan siapa diri kita dalam perkopian dan bahkan dalam hidup. Itu lebih penting daripada kita memiliki peralatan apa atau menghasilkan laba berapa.” ucap Endro memberi masukan buat mereka para pemula yang mau menggeluti dunia kopi.

Berawal dari hanya sekedar hoby menyeruput kopi, Endro akhirnya menjadi wirausaha kecil-kecilan berjualan produk kopi olahan. Produknya ia beri merk ‘Ignite’. Endro menjelaskan alasan pemilihan nama tersebut, “Saya ingin bisnis kopi saya menjadi media untuk ikut mencerdaskan masyarakat. Nama ‘Ignite’ bukan hanya kopi mampu memantik syaraf agar segera fokus dan terjaga. ‘Ignite’ juga berarti memantik pikiran. Jadi saya ingin menyelipkan diskusi saat ngopi atau menjual kopi. Saat ini, saya mempromosikan kopi ‘Ignite’ melalui ‘peripheral route to persuasion’, artinya mempersuasi orang untuk membeli kopi saya secara tidak langsung karena merk saya dipandang sebagai brand yang cerdas dan mencerdaskan. Contohnya, memberikan review dan rekomendasi tentang novel kelas dunia yang dapat dibaca sambil ngopi.”

Saat ini produk olahan Endro sudah mulai dikenal khalayak luas, bahkan sudah menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan di Surabaya di mana Endro menjadi supplier kopi yang sudah disangrai. Atas pencapaiannya tersebut, Endro sudah merasa cukup puas namun ia sadar masih tantangan yang menghadang di depan. Ia merasa justru tantangannya adalah bagaimana mempertahankan bisnis kopi sebagai hobi yang menghasilkan uang, bukan sebagai sebuah beban untuk menghasilkan uang. Harapannya ke depan, sambil menunggu pandemi corona berlalu, ia ingin punya warung kopi sendiri atau ada warung kopi yang bisa bekerja sama dengan ‘Ignite’ yang sama-sama menguntungkan.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*