Wanita sedikit tomboy itu bernama Riris Purbasari. Dia dulu pernah mengenyam pendidikan di Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM, masuk pada tahun 1992 & lulus tahun 1998. Sejak tahun 2000 dia meniti karier di kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng. Saat ini jabatannya adalah Pamong Budaya Madya.
Pekerjaan utama sehari-hari Riris adalah berhubungan dengan tanggung jawab menjaga pelestarian cagar budaya di seluruh wilayah Jawa Tengah, mulai dari zaman pra sejarah sampai dengan masa kolonial. Jika benar-benar ada sesuatu yang mengancam keberadaan sebuah cagar budaya ia tidak segan-segan untuk turun langsung sendiri ke lapangan.
Riris berujar selama ini masih banyak masyarakat yang tidak memahami pentingnya kelestarian objek-objek bangunan kuno. Mereka hanya melihat sebagai sebuah bangunan mati yang tidak ada nilainya sama sekali. Bahkan yang miris & sangat krusial adalah ada juga pihak oknum pemangku kebijakan yang dengan alasan tertentu justru menyetujui ‘pemusnahan’ sebuah cagar budaya penting.
Riris juga mengatakan bahwa bangunan candi-candi justru relatif lebih aman karena masyarakat semakin teredukasi bahwa bangunan pra sejarah haruslah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga kelestariannya. Yang lebih dikhawatirkan adalah obyek bangunan peninggalan masa kolonial atau yang sudah dipengaruhi asing yang letaknya di perkotaan. Karena riuh rendah pembangunan & silang sengkarut berbagai kepentingan bisa mengancam eksistensinya. Untuk itu ia berpesan kepada seluruh masyarakat dan juga pemerintah selaku pengambil keputusan bahwa deru modernisasi pembangunan sebisa mungkin jangan sampai merusak cagar budaya.
Leave a Reply