Jumat (14/5/201) KAGAMA Pengda Jawa Timur menggelar lebaran secara online, diikuti oleh segenap pengurus Kagama Jatim, serta seluruh cabang Kagama yang berada di Jawa Timur, mulai dari wilayah paling timur, Banyuwangi sampai paling barat. Turut berkenan hadir dari kaum akademisi mewakili ITS, Dr. Amin Widodo dan Dr. Wahyudi, dari Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Nur Hidayat dan Dr. Setiyono Yudo Priasmoro, serta Dr. Choliqul Hadi dan Dr. Gitadi dari UNAIR. Juga ikut serta AH. Thony, Wakil Ketua DPRD Surabaya. Acara berlangsung secara meriah dipandu oleh Suko Widodo, dosen Universitas Airlangga dan Pipin Satria GP, Sekretaris Kagama Jatim.
Selain sebagai ajang silaturahmi, memang lebaran online tersebut dimaksudkan untuk membahas beberapa hal penting yang bersifat kekinian, seperti persoalan yang ditimbulkan oleh pandemi dan gempa yang baru saja mengguncang Malang. Bervariasinya hal yang dibahas karea keanggotaan Kagama Jatim memang sangat berwarna. Anggotanya terdiri dari pejabat publik, politisi, birokrat pengusaha, dosen, dll. Banyak akademisi dari pergurutan tinggi ternama di Jatim adalah alumni UGM, yang tersebar di berbagai universitas negeri seperti Universitas Brawijaya, UNAIR, ITS, Universitas Jember, serta banyak lagi yang mengabdikan ilmunya di PTS.
Dalam kata sambutannya, Ketua Kagama Jatim Arif Afandi menyatakan sudah setahun lebih Kagama Jatim tidak bisa melakukan pertemuan / gathering secara fisik karena pandemi Covid-19. Namun, bukan berarti Kagama Jatim stagnan tidak ada kegiatan. Kagama Jatim sejak awal pandemi ikut serta dan aktif dalam membantu penanganan pandemi melalui berbagai kegiatan sosial.
Sangat banyak jumlahnya warga Jatim yang terdampak pandemi, khususnya rakyat kecil. Mohammad Fadil, mantan pejabat Pemkot Surabaya, mengungkapkan kesulitan para petani ketela selama pandemi ini. Menurutnya, harga ketela pada musim panen tahun ini merosot luar bisa, dari Rp. 1.500 menjadi hanya Rp. 200 per kilogramnya. Ia bersama-sama dengan berbagai pihak yang peduli, berupaya agar petani tetap bersedia menanam ketela, dengan cara menggerakkan pembelian ketela dengan harga Rp. 1.000 per kilogram.
Dari masukan Moh Fadil tersebut kemudian berkembang diskusi tentang upaya mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi. Di antaranya dengan membuat terobosan untuk memperkuat UMKM yang sebetulnya menjadi soko guru perekonomian di Indonesia.
Pemandu acara, Suko Widodo mengatakan “Pemerintah tidak bisa dibiarkan sendiri mengatasi pandemi ini. Karena itu, menjadi kewajiban moral Kagama Jatim untuk ikut ambil bagian dengan mengerahkan berbagai sumber daya alumni dari berbagai bidang. Kagama harus betul-betul migunani untuk bangsa Indonesia.”
Selain membahas dampak pandemi, juga dibicarakan gempa yang belum lama ini mengguncang Malang. Kagama Malang dengan sigap ikut membantu penanganan gempa di Malang Selatan, yang terjadi beberapa waktu lalu. Mereka ikut memberikan bantuan kepada korban gempa yang sebagian besar mengalami kerusakan tempat tinggalnya.
Wakil dari ITS, Dr. Wahyudi, yang merupakan ahli geologi mengusulkan perlunya sosialisasi cara pembuatan rumah sederhana tahan gempa. “Rata-rata bangunan yang ambruk karena pembangunannya tidak memperhitungkan kemungkinan gempa. Padahal itu bisa didesain dengan sederhana,” ucapnya.
Lebaran online Kagama Jatim yang berlangsung hangat dan meriah selama sekitar 3 jam, akhirnya bukan hanya menjadi ajang silaturahmi semata, namun juga menghasilkan beberapa rekomendasi bermanfaat yang menjadi pekerjaan rumah untuk dikerjakan bersama.
Leave a Reply