KAGAMA Scholarship Series #1: Teman-teman yang Melanjutkan Studi ke Belanda Berbagi Cerita

Sabtu (20/2/2021) pukul 14:00 – 17:00, Pengurus Pusat (PP) Kagama berkolaborasi dengan I am StuNed mengadakan webinar bertema KAGAMA Scholarship Series melalui aplikasi Zoom Meetings. Webinar tersebut merupakan rangkaian kegiatan webinar terkait beasiswa studi lanjut ke luar negeri, dan seri pertama mengangkat tema Study in Holland: How to Winning Scholarships, yang disiarkan langsung di kanal Youtube Kagama Channel. Turut hadir tiga narasumber yaitu Immanuel Hutasoit (The Hague University, StuNed Awardee), Novita Rudiany (University of Groningen, StuNed Awardee), dan Ari Susanti (Twente University and Utrectht, NFP and NOW-KNAW Awardee). Berkenan memberikan opening speech adalah Anwar Sanusi, Ph.D (Wakil Ketua Umum II PP Kagama), serta Ade Siti Barokah (ISS Erasmus University of Rotterdam, StuNed Awardee) sebagai moderator.

Anwar Sanusi, Wakil Ketua Umum II PP Kagama

Anwar Sanusi mengawali sambutan dengan mengapresiasi kegiatan Kagama Scholarship Series PP Kagama dengan memberikan informasi beasiswa studi lanjut di luar negeri. Seluk-beluk kehidupan di negara tujuan studi juga harus dipersiapkan oleh para calon dan penerima beasiswa. Persiapan yang cukup harus diperhatikan terutama pada urusan administrasi, program studi yang ingin ditujukan juga perlu kesiapan fisik maupun mental. “Berani bermimpi studi ke luar negeri tentunya juga harus berani mempersiapkan dan mewujudkannya” ujar Anwar Sanusi menutup sambutannya.

Immanuel Hutasoit

Narasumber pertama, Immanuel Hutasoit menjelaskan program beasiswa StuNed. StuNed (Studeren in Nederland) merupakan kerja sama bilateral pemerintah Belanda dengan Indonesia yang bertujuan untuk peningkatan kulaitas sumber daya manusia Indonesia yang berdaya saing global. Program StuNed sudah berjalan selama 21 tahun tepatnya sejak tahun 2000. Melanjutkan studi di Belanda dimudahkan karena bahasa Inggris sudah menjadi bahasa populer dan StuNed merupakan program beasiswa khusus untuk warga negara Indonesia. Home away from home ujar Immanuel menggambarkan kondisi kehidupan di Belanda.

Menurut Immanuel ada dua tipe universitas di Belanda yakni Universitas Riset (Research University) dan Universitas Aplikasi Terapan (Applied of Sciences University). Tipe universitas tersebut harus diketahui oleh calon penerima beasiswa. Mencari informasi pada StudyFinder dan Situs Resmi Universitas menjadi langkah pertama dalam mengawali mempersiapkan studi lanjut di luar negeri. Berbagai macam dokumen harus dipersiapkan diantaranya Formulir Pendaftaran Beasiswa, Akreditasi Universitas Studi Sebelumnya, Ijazah dan Transkrip Nilai, Sertifikat Kemampuan Bahasa Inggris, Curriculum Vitae (CV), Motivation Statement dan Surat Rekomendasi. Waktu yang diperlukan dalam mempersiapkan hal tersebut sekitar 6 s.d 12 bulan sebelum studi lanjut. Pemerintah Belanda menyediakan beragam program beasiswa diantaranya StuNed, Orange Tulip Scholarship, Holland Scholarship, Orange Knowledge Programme dan sebagainya.

Immanuel yang juga Kepala Hubungan Internasional di Mahkamah Konstitusi menambahkan Program beasiswa StuNed memprioritaskan beasiswa pada studi Kewirausahaan Berkelanjutan – Ekonomi Sirkular, Keamanan dan Penegakan Hukum, Agro-pangan dan Hortikultura serta Pengelolaan Air. Beasiswa StuNed meliputi biaya kuliah, biaya hidup, ausransi, kelengkapan srudi, biaya transportasi (domestik dan internasional), visa dan biaya riset. Persyaratan untuk mendapatkan beasiswa StuNed diantaranya WNI, Pendidikan terakhir SI/D4 minimal IPK. 3.00, CV, TOEFL IBT 90 / IELTS 6,5, diutamakan pelamar dengan pengalaman kerja 3-4 tahun dan berusia maksimal 40 tahun serta telah mendapatkan Letter of Assessment dari universitas tujuan studi di Belanda.

Kemudian Tahapan seleksi memperhatikan nilai IPK dan skor tes bahasa Inggris, prestasi akademik dan non-akademik yang pernah diraih. Jadwal pendaftaran beasiswa StuNed terakhir disubmit pada bulan Maret setiap tahunnya dan pengumuman bisa dilihat pada bulan Mei. Terkait detail dan informasi selengkapnya dapat menghubungi Nuffic Neso Indonesia dalam berbagai platform media daring.

“Studi ke luar negeri merupakan perjalanan untuk mempelajari diri sendiri, sejauh mana bisa bertahan, berkembang dan berdampak bagi orang lain,” tutup Immanuel mengakhiri paparannya.

Vita Rudiany

Narasumber kedua, Vita Rudiany menceritakan kisah dan pengalamannya dalam meraih beasiswa StuNed. Kisahnya berawal pada masa lulus kuliah di tahun 2015, Vita yang freshgraduate memberanikan dirinya untuk mendaftar StuNed pada tahun 2016 dengan dokumen yang telah dipersiapkannya. Alasan klise “belum pernah merantau” menjadi motivasi Vita untuk mendaftar pada program StuNed. Persyaratan berkas-berkas yang dipersiapkan diantaranya, Ijazah, Transkrip nilai, CV, Skor tes TOEFL dan IELTS, Bukti prestasi yang pernah diraih dan rancangan studi serta LoA sudah didapatkan.

Vita membagikan tips persiapan untuk mendaftar beasiswa studi ke luar negeri yang dimulai dari menentukan studi apa yang akan diambil dan universitas tujuannya. Beberapa program beasiswa melihat motivation letter sebagai bagian penting dalam melihat potensi calon penerima beasiswa. Aspek ketertarikan akademik, alasan memilih program studi, keterkaitan studi yang akan diambil dengan pengalaman studi sebelumnya dan daya tawar setelah menyelesaikan studi menjadi komponen penting yang diperhatikan. Selain itu juga memperhatikan dan fokus pada kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) serta tahap wawancara perlu dipersiapkan dengan maksimal. Semua tips persiapan tersebut menghantarkan Vita menjadi StuNed Awardee 2016 pada studi Master (S2) bidang Hubungan Internasional di University of Gronigen.

“Bermimpilah, bangunlah mimpi tersebut kemudian wujudkan.” ujar Vita menutup ceritanya.

Ari Susanti

Narasumber ketiga, Ari Susanti menceritakan pengalaman studi doktoral yang ditempuh di Belanda. Lulus pada program Ph.D di University of Utrecht. Sebelumnya, Ari menempuh studi Master (S2) di Twente University. Ari membagi ada empat tipe beasiswa studi doktoral di Belanda diantara Pertama, beasiswa yang diberikan Internal Universitas yakni para peneliti dan staff di Universitas tersebut. Kedua, Beasiswa Eksternal dari lembaga penyalur program beasiswa yang berasal dari luar universitas tersebut, Ketiga, Sandwich Program, beasiswa studi yang diberikan kepada mahasiswa doktoral untuk studi sebagian di satu universitas kemudian sebagian lagi di universitas yang telah ditentukan, Keempat, Beasiswa Tamu yang diberikan kepada penerima beasiswa yang memiliki kontribusi besar pada bidang keilmuan yang terkait dengan universitas sehingga universitas memberikan apresiasi dalam bentuk beasiswa.

Ari yang berprofesi sebagai dosen Fakultas Kehutanan UGM mengatakan semua studi doktoral di Belanda dilakukan by research dengan meliputi limited course work, provide course dan International Conference. Kegiatan doktoral tersebut harus menghasilkan publikasi akademis secara internasional juga menerbitkan buku ber-ISBN.

Ade Siti Barokah, moderator webinar

Ari yang juga Ketua Cabang Kagama Belanda menceritakan kehidupan studi doktoral di Belanda tidak melulu perihal akademik. “Kegiatan sosial bisa dilakukan selama melakukan studi diantaranya berkontribusi pada PPI Belanda maupun PPI kota, ikut dalam Kagama Cabang Belanda serta kegiatan outing seperti kegiatan bersepeda dan jalan-jalan bersama. Sehingga 3-4 tahun studi doktoral dapat dilalui tentunya dengan kedisplinan diri dan kebermanfaatan untuk sesama.” demikian Ari menutup paparannya. [arma]

*) Materi webinar selengkapnya bisa dilihat di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*