Kagama Gelanggang Berkurban, Bagikan 37 Kambing kepada Warga Lereng Merapi Meliputi Empat Kabupaten

Idul Adha 1444 H kali ini Kagama Gelanggang kembali menyelenggarakan kurban untuk dibagikan kepada warga padukuhan yang berada di lereng Merapi, yang meliputi 4 kabupaten, yaitu Sleman, Klaten, Magelang, dan Boyolali. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kambing kurban didistribusikan kepada para warga lereng Merapi, karena memang ada sejarah yang begitu panjang dan sudah sejak lama warga gelanggang ada ikatan kuat dengan warga di sana.

Penyerahan kurban secara simbolis

Acara serah terima kambing kurban secara simbolis kepada warga lereng Merapi berlangsung hari Minggu (25/6/2023) di boulevard UGM. Hadir dalam acara tersebut beberapa sohibul qurban, perwakilan mantan aktivis gelanggang, adik-adik pegiat gelanggang yang saat ini masih aktif di UKM, dan perwakilan dari warga lereng Merapi.

Total kurban dari warga Kagama Gelanggang ada sejumlah 37 kambing, termasuk sumbangan dari Ketua Umum PP Kagama, Ganjar Pranowo. Lalu ada tambahan yang begitu spesial, yaitu satu ekor sapi dari pihak Rektorat UGM.

Rahman Hidajat atau Cak Man

Rahman Hidajat yang akrab disapa Cak Man, dalam kata sambutannya mewakili Kagama Gelanggang mengatakan, pada hakekatnya peristiwa Allah memerintah Ibrahim untuk membunuh Ismail, manifestasinya adalah Allah memerintahkan kita untuk membunuh nafsu kepemilikan atas keduniawian yang tumbuh subur mengotori jiwa kita. Semua manusia adalah Ibrahim yang berarti memiliki dan mencintai Ismail, atau bisa dikatakan setiap manusia memiliki kecintaan serta kelekatan duniawi yang identik dengan kebanggaan diri di atas segala-galanya.

Peristiwa Idul Adha adalah bentuk nyata teladan dan cara seorang Ibrahim mencintai Tuhannya dengan sepenuh hati, lebih dari segala yang dimiliki. Tidak ada kemelekatan dunia yang boleh ada dan menandingi cinta kita kepada-Nya, sekalipun itu berupa Ismail anaknya. Saat ini ‘Ismail’ sudah berubah wujud dan bersifat kekinian, berupa harta kekayaan, kekuasaan, jabatan, kemewahan hidup, serta berbagai godaan keduniawian yang siap menawarkan Tuhan baru, yang akibatnya membutakan cinta kita kepada sang pemilik kehidupan sejati.

Begitu pula apa yang dilakukan Kagama Gelanggang dalam berkurban harus sanggup membunuh ‘Ismail’. Kagama Gelanggang berkurban adalah representasi gerakan untuk memperkuat akar di kala pohon menjulang tinggi. Gerakan yang menggandeng anak-anak gelanggang aktif tersebut menjadi langkah untuk membersamai masyarakat yang membutuhkan uluran tangan.

“Cah gelanggang harus berani bertahan di antara spirit gerakan, membuka sekat dan pembatas agar tidak terjebak pada kemegahan diri, taburan pujian, dan aneka prestasi yang memabukkan,” ujar Cak Man.

Ia menambahkan, Kagama Gelanggang berkurban adalah gerakan dan pintu kesadaran untuk mengasah diri, kesadaran tentang sohibul qurban sebagai pihak pemohon bukan pemberi. Menyerahkan hewan kurban bukan berarti memberi atau menyumbang, namun sedang duduk bersimpuh memohon belas kasih kepada penerima hewan kurban mewujudkan niat suci, niat membasuh luka, niat bebersih diri untuk meluruhkan kotoran duniawi melalui daging kurban yang dipersembahkan.

Menurut Cak Man, sudah menjadi kewajiban mantan aktivis gelanggang atau mereka yang bergabung dalam Komunitas Kagama Gelanggang untuk mewariskan nilai-nilai luhur yang harus dirawat oleh adik-adik pegiat gelanggang saat ini. Seperti nilai kepedulian kepada lingkungan, masyarakat, dan rakyat sebagai ibu kandung yang melahirkan almamater tercinta sehingga disebut perguruan kerakyatan.

Sekarang ini adik-adik pegiat gelanggang sebagai pemilik jaman yang memegang tongkat estafet penerus spirit gelanggang. Ia bangga nilai-nilai gelanggang masih terjaga, meski secara fisik gedung gelanggang sudah tidak ada lagi.

“Harapannya nilai-nilai spirit kegelanggangan yang kita dapatkan dari dulu kala akan tetap terjaga kelestariannya di tangan generasi saat ini. Itulah salah satu tujuan kegiatan yang kita lakukan pada hari ini, yaitu Kagama Gelanggang berkurban,” pungkas Cak Man.

Kepala Desa Pakembinangun, Ranto

Sementara itu Kepala Desa Pakembinangun, Ranto, mewakili Komunitas Lereng Merapi menyatakan ucapan terima kasih tak terhingga kepada UGM dan Kagama Gelanggang atas bantuannya. Apalagi belum lama ini hewan-hewan ternak di lereng Merapi banyak terdampak wabah Penyakit Mulut & Kulit (PMK). Sehingga ia berharap kurban yang diberikan bisa sedikit banyak meringankan penerima bantuan.

Ranto menambahkan, sudah tiga kali Desa Pakembinangun mendapatkan bantuan kurban. Harapan ke depannya bantuan yang diperoleh akan semakin besar jumlahnya.

“Semoga bermanfaat dan menjadi berkah dunia akhirat bagi semuanya. Dan tentunya ini adalah bagian dari kerja sama yang baik antara masyarakat lereng Merapi dengan UGM dan Kagama Gelanggang,” kata Ranto menutup sambutannya.