Apakah Anak Tidak Dapat Menularkan Virus SARS-CoV-2?

Oleh: R Yuli Kristyanto

Ada beberapa artikel yang beredar di media sosial yang menyebutkan bahwa anak tidak dapat menularkan SARS-CoV-2. Artikel tersebut membawa contoh data bahwa di Belanda dan Jerman meskipun sekolah telah dibuka kembali, namun tidak terjadi penularan di sekolah. Kondisi di Belanda dan Jerman tersebut memang benar terjadi, namun tidak dapat kemudian secara langsung diaplikasikan di Indonesia, atau bahkan disimpulkan secara semena-mena bahwa anak tidak dapat menularkan virus SARS-CoV-2. Hal tersebut terjadi karena kasus penularan oleh anak dan di sekolah sangat dipengaruhi oleh terkendali atau tidaknya penularan di masyarakat.

Berdasar laporan RIVM Belanda saat itu (Juni 2020), proporsi hasil tes positif (positivity rate) di masyarakat hanya 1,3%, sehingga mereka juga hanya mendapatkan 0,3% (anak usia <12 tahun) dan 1,4% (usia 13-18 tahun) anak yang dites rutin menunjukkan hasil positif. Semakin kecil jumlah anak yang terinfeksi, maka tentu saja risiko penularan oleh anak juga semakin kecil. Ini terbukti dari penelitian di Belanda dimana dari 10 anak yang positif, 43 kontak erat mereka tidak ada yang tertular (RIVM, 2020). Begitu pula di Jerman, hanya didapatkan 0,6% warga sekolah yang didapatkan reaktif pada pemeriksaan serologi terhadap SARS-CoV-2. Peneliti di Jerman tersebut juga menegaskan bahwa penularan oleh anak sekolah akan kecil bila prevalensi infeksi SARS-CoV-2 di daerah itu rendah (Armann et al, 2020). Sementara di Indonesia penularan di masyarakat masih belum terkendali, salah satu indikatornya adalah positivity rate masih selalu di atas 10%. Jumlah anak yang terinfeksi mungkin masih sangat tinggi, hanya saja tidak terdeteksi karena Indonesia tidak melakukan skrining tes PCR swab rutin pada anak-anak yang tidak bergejala. Sehingga pengalaman pembukaan sekolah di Belanda dan Jerman tersebut tidak dapat disimpulkan secara mentah-mentah bahwa anak tidak dapat menularkan virus SARS-CoV-2, dan tidak dapat diterapkan secara gegabah di Indonesia.

Mari kita lihat bukti yang sangat meyakinkan pada setting wilayah dengan penularan yang belum terkendali. Pertengahan Juni 2020, berasumsi kasus COVID-19 sudah mereda, dibukalah satu program summer camp di Georgia, Amerika. Dihadiri oleh 363 anak & 234 staf yang memenuhi syarat sehat dan membawa bukti hasil PCR negatif, perkemahan itu diisi dengan bermacam kegiatan outdoor dan indoor. Protokol pencegahan penularan seperti penjarakan fisik dan cuci tangan diterapkan. Namun, masker hanya digunakan oleh staf, dan anak-anak menginap berkelompok di kabin dengan ventilasi tertutup. Saat perkemahan berlangsung, seorang staf tetiba mengalami demam, ia segera diperiksakan dan hari berikutnya terbukti menderita COVID-19. Hari itu juga perkemahan dibubarkan, dan dilakukan pemeriksaan pada semua anak dan staf. Sebanyak 49% anak dan 56% staf tertular SARS-CoV-2. Sebagian besar muncul gejala setelah perkemahan dibubarkan. Kasus summer camp ini menjadi kluster penularan besar di Amerika, dan menjadi bukti nyata bahwa penularan antara anak dengan anak dan antara anak dengan dewasa dapat terjadi secara masif (Szablewski et al, 2020).

Jika itu merupakan data epidemiologis, mari kita lihat bukti ilmiah penelitian terbaru mengenai virus SARS-CoV-2 pada anak. Anak yang terinfeksi SARS-CoV-2 umumnya hanya bergejala ringan sehingga ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa anak memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menularkan ke orang lain, karena diasumsikan kadar virus pada anak lebih rendah daripada dewasa. Namun demikian, penelitian membuktikan bahwa kadar RNA virus SARS-CoV-2 yang didapatkan pada pemeriksaan PCR anak ternyata sama dengan dewasa (Jones et al, 2020). Heald-Sargent dan rekan malah menunjukkan bahwa pada anak yang bergejala klinis, semakin muda usia anak, kadar virus di saluran nafasnya semakin tinggi, dapat mencapai 10-100 kali lipat lebih banyak daripada dewasa (Heald-Sargent et al, 2020). Virus SARS-CoV-2 yang diambil dari swab pada anak memiliki kemampuan tumbuh pada media kultur yang serupa dengan dewasa (L’Huillier et al, 2020). Penelitian terbaru dari Fateh-Moghadam dan rekan membuktikan bahwa anak-anak yang terkonfirmasi positif dapat menularkan pada 22% kontak mereka, sementara pada dewasa seorang yang terkonfirmasi positif hanya menularkan pada 10-15% kontak (Fateh-Moghadam et al, 2020). Hal memberi bukti bahwa anak mungkin dapat memiliki kemampuan menularkan virus aktif yang sama atau bahkan lebih tinggi dari dewasa, meskipun anak umumnya hanya bergejala ringan atau tak bergejala. Investigasi mengenai penularan oleh anak ini masih terus dilakukan oleh peneliti di dunia, dan kita tidak boleh gegabah menyimpulkan bahwa anak tidak dapat menularkan virus SARS-CoV-2.

Disinformasi semacam itu banyak didapatkan di media sosial. Seringkali ditampakkan membawa tautan ilmiah hanya untuk mengelabui dan meyakinkan pembaca awam, dengan bermacam maksud terselubung atau mencari popularitas. Pembaca harus lebih waspada dengan artikel-artikel semacam itu, dengan selalu mengambil informasi dari sumber terpercaya dan mengkonfirmasi kepada ahlinya. Kita bahas lebih lanjut aneka disinformasi tentang wabah COVID-19 pada cerita-cerita berikutnya. Cerita seri ini merupakan bagian edukasi masyarakat mengenai infeksi SARS-CoV-2 pada anak dan pertimbangan pembukaan kembali sekolah, yang telah kami tulis dalam bentuk artikel panjang yang lengkap dan dipublikasikan di media sosial.

Kepustakaan:
Armann, P.A., et al. (2020). Anti-SARS-CoV-2 antibodies in adolescent students and their teachers in Saxony, Germany (SchoolCoviDD19): very low seroprevalence and transmission rate. MedRxiv. (publikasi daring)
Fateh-Moghadam, P., et al. (2020). Contact tracing during Phase I of the COVID-19 pandemic in the Province of Trento, Italy: key findings and recommendations. MedRxiv. (publikasi daring)
Heald-sargent T., et al. (2020). Age-related differences in nasopharyngeal Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) levels in patients with mild to moderate Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). JAMA Pediatrics. (publikasi daring)
Jones, T.C., et al. (2020). An analysis of SARS-CoV-2 viral load by patient age. German Research Network Zoonotic Infectious Diseases. (publikasi daring)
L’Huillier, A.G., et al. (2020). Shedding of infectious SARS-CoV-2 in symptomatic neonates, children and adolescents. Medrxiv. (publikasi daring)
Rijksinstituut voor Volksgezondheid en Milieu. COVID-19 (novel coronavirus) – children and school. RIVM. https://www.rivm.nl/…/novel-coronavir…/children-and-covid-19 (diakses pada 30 Agustus 2020)
Szablewski, C.M., et al (2020). SARS-CoV-2 transmission and infection among attendees of an overnight camp – Georgia, June 2020. MMWR. July 2020: 69

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*