Pria sederhana & rendah hati itu nama lengkapnya Ahmad Agus Setiawan S.T., M.Sc, Ph.D. Biasa disapa rekannya Aas, yang mana itu merupakan inisial namanya. Pendidikan dari SD sampai SMA ditempuh di kota kelahirannya Yogyakarta. Selepas dari SMAN 8 Yogyakarta tahun 1993 ia melanjutkan studinya dengan kuliah di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM.
Semasa kuliah banyak hambatan yang ditemuinya, khususnya masalah pembiayaan karena kondisi perekonomian keluarganya yang kurang mendukung. Bersyukur ia bisa mendapatkan beasiswa Supersemar yang nilainya cukup buat menyokong biaya kuliahnya. Selain dari beasiswa sumber pembiayaan untuk kehidupannya sehari-hari adalah dari bekerja apa saja yang mampu ia lakukan, seperti menjadi pegawai entry data di Manajemen Regime Fakultas Kehutanan UGM. Salah satu alasan mengapa masa kuliahnya agak lama adalah karena ia harus mencari uang dulu untuk biaya skripsi. Namun kegigihannya menyelesaikan kuliah akhirnya tuntas sudah ketika pada tahun 1999 ia berhasil meraih gelar S1-nya.
Begitu wisuda pria yang lahir di Yogyakarta 16 Agustus 1975 itu langsung ditawari menjadi staf pengajar di lingkungan UGM. Namun anehnya ia bukan menjadi dosen di Jurusan Elektro, bidang studi yang dipelajarinya, akan tetapi justru di Departemen Teknik Nuklir & Teknik Fisika FT UGM. Sekitar setahun berjalan menjadi dosen, pada tahun 2000 ia melanjutkan S2 di KTH (Kungliga Tekniska Hogskolan) Royal Institute of Technology di Stockholm, menggunakan skema beasiswa STINT dari Pemerintah Swedia, mengambil program studi Sustainable Energy Engineering. Tahun 2002 ia menamatkan S2-nya dengan predikat sangat memuaskan.
Pada tahun 2004 Aas melanjutkan kuliah S3-nya di UNSW (University New South Wales) di Sydney dengan mengambil prodi Renewable Energy Engineering. Namun kemudian ada persoalan pelik yang terjadi yaitu di saat masa kuliah sudah berjalan 11 bulan terjadi ketidaksesuaian pemikiran antara Aas dengan profesor supervisornya. Supervisornya menyarankan Aas untuk mendalami bidang policy atau kebijakan tentang energi. Namun Aas menolak karena merasa itu bukan prioritasnya & kurang cocok untuk diaplikasikan di negara berkembang. Akhirnya karena tiada titik temu terpaksa mau tidak mau Aas harus pindah universitas, meski ia harus riset & memulai semuanya lagi dari awal. Beruntung beasiswanya Australian Development Scholarships bisa mengakomodasikan kejadian spesial ini. Dan pindahnya juga sangat jauh yaitu dari UNSW Sydney di wilayah Australia timur ke Curtin University di Perth yang lokasinya di Australia barat.
Berkaca dari ‘kesalahannya’ memilih universitas tersebut, Aas berpesan kepada para Kagama Muda agar berhati-hati jika ingin melanjutkan kuliah S2 atau S3. Jangan sampai silau melihat nama besar sebuah lembaga kampus namun lihatlah kehebatan pengajarnya, research centernya seperti apa & publikasi apa saja yang dihasilkan. Yang paling penting pastikan ketertarikan kita pada sebuah bidang ilmu akan sinkron dengan apa yang diajarkan di kampus dimana kita menuntut ilmu.
Pada saat Aas kuliah di Curtin University yaitu tahun 2007 ia bersama timnya lewat karyanya Solar Water Pumping System atau pompa air tenaga surya berhasil menyabet penghargaan bergengsi Mondialogo Engineering Award yang diselenggarakan oleh UNESCO bersama Daimler, dengan mengalahkan 2000-an peserta lainnya dari seluruh dunia. Kemudian pada tahun 2009 seusai merengkuh gelar doktor, dengan dibiayai UNESCO karyanya tersebut diterapkan melalui skema Kuliah Kerja Nyata UGM di pedesaan Banyumeneng, Panggang, Gunung Kidul yang mengalami kekeringan dengan kondisi daerah berupa batuan karst. Karena dianggap sukses oleh KemenRistek model program tersebut dibawa ke lain daerah seperti Jember, Lampung, NTB & pulau Marampit yang merupakan wilayah di perbatasan Indonesia – Filipina.
Pada tahun 2009 Aas akhirnya sukses menyelesaikan kuliah S3-nya & kembali lagi menjadi staf pengajar. Ia juga terlibat aktif lagi baik di jurusan maupun fakultas. Ia pernah menjabat menjadi Sekretaris Jurusan. Pada saat menduduki jabatan Kasubdit DITMAWA (Direktorat Kemahasiswaan) UGM, pada tahun 2017 UGM meraih prestasi kemahahasiswaan terbaik dari Dikti. Mulai bulan April 2019 sampai sekarang ia menjadi Kepala Laboratorium Energi Terbarukan di Departemen Teknik Nuklir & Teknik Fisika FT UGM.
Aas yakin bahwa energi terbarukan khususnya tenaga surya bisa jadi jawaban untuk mengatasi tantangan energi di Indonesia yang sampai saat ini masih mengandalkan energi berbahan fosil. Ia optimis energi terbarukan bisa terus berkembang di negara kita. Sebagai ilmuwan ia menyumbangkan pemikiran lewat riset energi terbarukan yang lebih maju, seperti hybrid solar system, smart grid & modular solar / photovoltaic power system.
Pompa air tenaga surya yang mendapat apresiasi dari UNESCO hanyalah salah satu karyanya. Masih banyak penghargaan baik skala nasional atau dari dunia internasional yang disabetnya, di antaranya:
- The Best Research-based Community Service pada Dies UGM ke-60 tahun 2009
- PII Engineering Award 2010 ADHICIPTA PRATAMA dari Persatuan Insinyur Indonesia
- Australian Alumni Award for Sustainable Economic & Social Development tahun 2011
- The Best Community Service Supervisor pada dies UGM ke-64 tahun 2013
- Habibie Award XVI tahun 2014
- US-ASEAN Science & Technology Fellow, USAID and ASEAN Foundation tahun 2018
- The Professional Achievement Award Science & Engineering in the Curtin University Alumni Achievement Award tahun 2018
Rupanya karya & prestasi Aas selama ini terpantau juga oleh Kantor Staff Presiden (KSP) di bawah komandan Jenderal Moeldoko. Selain itu pada tanggal 17 Februari 2019 ia pernah menjadi satu dari delapan panelis pada debat kedua pasangan capres & wapres pada pemilu tahun 2019 dengan tema energi & pangan, sumber daya alam & lingkungan hidup, serta infrastruktur, yang ternyata sanggup mengangkat namanya sebagai pakar energi. KSP sangat tertarik merekrutnya, dimana akhirnya pada awal Januari Aas diberi kepercayaan menjadi Tenaga Profesional KSP RI pada Deputi I Bidang Kajian & Pengelolaan Isu-isu Energi & Infrastruktur. Jadi saat ini statusnya non-aktif dari jabatan dosen di FT UGM karena harus ngantor secara penuh di Bina Graha.
Selamat Bung Aas mengemban amanah di pos terbarunya. Semoga sukses selalu & bisa lebih bermanfaat buat ibu pertiwi khususnya di bidang energi.
Salut atas prestasinya. Menunggu mas AAS bisa menjadikan harga perangkat energi solar menjadi terjangkau. Sudah sangat lama ingin gunakan solarcell di rumah namun harga perangkatnya tak terjangkau.
Sangat salut dengan Mas Aas ini..seorang Ilmuwan yang sangat banyak prestasi dan semangat menyebarkan ilmu dan aplikasi nya untuk bangsa dan negara.
Beliau selalu semangat sejak kuliah S1 dulu