UGM dan KAGAMA untuk Negeri: Membangun Budaya Literasi untuk Keluarga Cerdas, Sehat, dan Produktif

Hari Jumat (4/12/2020) pukul 15.30-17.30 WIB melalui Zoom Meeting Room berlangsung webinar Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Madan, Kagama, serta CNN Indonesia dengan tema “Membangun Budaya Literasi untuk Keluarga Cerdas, Sehat, dan Produktif”. Turut hadir sebagai keynote speaker Prof. Dr. Paripurna P. Sugarda, Wakil Rektor Kerjasama dan Alumni Universitas Gadjah Mada sekaligus Ketua Bidang IV PP KAGAMA dan Prof. Dr. Widodo Muktiyo, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian Kominfo. Sebagai narasumber adalah Endah Saptorini (Doctoral Researcher, Media Studies), Atria Rai (SVP Corporate Communications) dan Titin Rosmasari (Pemimpin Redaksi di CNN Indonesia). Webinar dimoderatori oleh Puspita Zorawar, MPsi.T., founder ExcellencIA, Human Development Center.

Prof. Dr. Paripurna P. Sugarda

Sebagai keynote speaker Prof. Paripurna menyampaikan pentingnya budaya membaca, mengingat pintu dari segala literasi adalah membaca. Mudahnya akses informasi di era digital harus diimbangi dengan  kemampuan membaca yang baik. Karena mudahnya akses informasi juga mengakibatkan beredarnya informasi yang kurang baik, hoaks dsb. Ia mengungkapkan, jika generasi sekarang dan generasi yang akan datang memiliki minat baca yang tinggi maka hal-hal yang kurang baik melalui berbagai platform digital dapat dicegah, tentu saja hal tersebut sangat penting, mengingat generasi yang sedang tumbuh sekarang adalah harapan masa depan bangsa.

“Apabila potensi anak-anak bangsa bisa dikembangkan ke arah positif pasti akan mendukung keberhasilan bangsa Indonesia di tingkat global.” ungkap Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni Universitas Gadjah Mada tersebut.

Endah Saptorini

Narasumber pertama Endah Saptorini berbagi mengenai pentingnya memilah dan memilih informasi di masa pandemi. Selama pandemi tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai media digital meningkat. Ia menyampaikan pentingnya mengontrol anak-anak dalam menggunakan gadget mereka, dengan cara tersebut pula kita dapat menyelamatkan generasi mendatang yang merupakan harapan kita bersama. Ada 4 faktor penting agar keluarga kita dalam situasi yang sehat dalam berbagi informasi dengan keluarga yaitu monitoring, komunikasi, transparansi, dan diskusi.

Pada akhir kesempatan ia mengatakan “Berpikirlah sebelum men-share berita itu”. Dalam mengelola informasi ia berharap kita mampu untuk berpikir sebelum mengklik, berpikir sebelum bereaksi dan bepikir sebelum membagi.

Atria Rai

Narasumber kedua Atria Rai berbagi mengenai pentingnya digital literasi untuk anak-anak. “Anak-anak sekarang merupakan generasi yang sangat diuntungkan dari teknologi, teknologi memang sangat baik, namun juga perlu diwaspadai ada beberapa berakibat buruk bagi anak-anak.” ungkap Atria. Ia menyampaikan beberapa hal negatif yang diakibatkan karena konsumsi anak-anak terhadap internet, yaitu dapat mengurangi daya ingat, mengurangi interaksi sosial secara langsung, meningkatkan agresifitas, menimbulan efek negatif pada kesehatan, dan merusak kualitas tidur mereka. Ia juga menyampaikan beberapa efek positif dari perkembangan teknologi, yaitu meningkatkan IQ, mengasah skill, pembelajaran yang lebih mudah, mengasah kreatifitas, dan mudahnya kontrol orang tua terhadap anak-anak dalam keadaan situasi genting.

Pada akhir kesempatan ia kembali menekankan bahwa orang tua adalah sosok yang sangat penting bagi anak-anak. Berkembangnya teknologi digital harus diimbangi dengan literasi, skill, dan perlakuan yang baik agar teknologi dapat bermanfaat dan memberikan banyak hal positif untuk anak-anak.

Titin Rosmasari

Narasumber terakhir Titin Rosmasari mengambil tema tentang tantangan dan peluang media di masa pandemi.  Selaku jurnalis dari CNN Indonesia, Titin mengungkapkan saat ini media dan jurnalis terkena imbas pandemi secara langsung. Di awal pemaparan ia menyajikan data tentang hal tersebut, yang meliputi PHK terhadap karyawan, pemotongan gaji, dirumahkan tanpa kejelasan, pengurangan honor, serta pengurangan dan penghentian berita kontributor. Data tersebut ia dapatkan melalui LBH Pers dan Aliansi Jurnalis Independen.

Selanjutnya Titin mengungkapkan bahwa sering kali masyarakat blur terhadap informasi yang beredar, kurang mampi membedakan mana fakta dan fake. Menurutnya orang seringkali tergoda untuk membagikan informasi sebelum mengetahui informasi tersebut benar atau tidak. Ia beranggapan bahwa terdapat ikatan yang kuat antara media massa dan media sosial sehingga masyarakat cenderung bias dalam menerima informasi.

Pada data yang ia tampilkan, media sosial berada paling atas sebagai media paling populer untuk informasi protokol kesehatan dan pentingnya mencegah penyebaran Covid-19. Selain itu media sosial juga dikonsumsi untuk mencari informasi terkait Covid-19. Ia berharap literasi mengenai digital terus ditingkatkan, sehingga masyarakat dapat memfilter berbagai informasi yang beredar di masyarakat, selain itu ia juga berharap media massa mampu menjaga kualitas, independensi, dan kredibilitas agar menjadi pilihan informasi terpercaya. [itok]

*) Materi webinar bisa dilihat di kanal Youtube Kagama Channel

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*