Berbagi kepada siapa saja tidak perlu menunggu kita kaya raya. Tidak juga peduli kepada sesama harus dengan harta. Adalah Adita Irawati (Fisipol HI ’89) yang sudah membuktikannya. Lalu dengan apa ia berderma? Ternyata cukup hanya lewat lari. Iya lari. Namun bukan sembarang lari yang ia lakukan. Adita rutin, minimal setahun sekali, mengikuti event charity run yang tujuan utamanya memang mengumpulkan donasi.
Adita adalah sosok wanita yang sungguh luar biasa. Di saat usia sudah tidak lagi muda dan kesibukannya sebagai juru bicara Kementerian Perhubungan dan Staf Khusus Menteri Perhubungan yang sungguh menyita waktu, namun ia masih menyempatkan diri mengikuti berbagai event lari khususnya yang bertujuan untuk penggalangan dana. Ibu dua anak tersebut melihat ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan lari. Selain untuk kesehatan, lari bisa menjadi ajang untuk menggalang donasi. Jadinya hal itu merupakan semacam kombinasi aktivitas yang sangat disukainya, tubuh bugar bisa didapatkan dan sekaligus bisa membantu orang lain yang membutuhkan.
Adita mulai menekuni olah raga lari sejak tahun 2013. Saat itu ia mengikuti “Halo Fit Run”, sebuah ajang event lari yang diadakan oleh Telkomsel. Ia mencoba ikut yang jaraknya 5 km saja. Ternyata ia kuat, badan tetep enak dan tidak sakit. Sebelumnya ia lari buat fun saja bersama keluarga.
Lalu mulai tahun 2015 dimulailah ‘petualangan’ Adita mengikuti charity run. Entah mengapa ada kepuasan tertentu yang dirasakannya ketika berpartisipasi dalam event lari yang tujuan utamanya penggalangan dana. Selama 5 tahun sudah lumayan banyak charity run yang diikutinya. Rekor jarak terpanjang dan paling ekstrim yang diukirnya tercipta tahun 2018 pada event Nusantarun Chapter 6, dengan jarak tempuh 169 km dari Dieng, Wonosobo sampai Gunungkidul. Ultra marathon lain yang diikutinya yaitu Cirebon – Purwokerto sejauh 145 km, Purwokerto – Wonosobo 127 km, Gunungkidul – Ponorogo 133 km, dan masih banyak lagi.
Yang sungguh mengagumkan dalam setiap ultra marathon yang diikutinya, Adita bersama peserta lainnya hanya beristirahat dengan durasi yang tidak terlalu lama pada setiap check point atau titik pemberhentian. Artinya dibutuhkan stamina luar biasa dan endurance yang sangat panjang.
Karena badai pandemi covid-19 tahun 2020 ini nyaris saja Adita tidak bisa ikut charity run, karena banyak event lari yang dibatalkan. Beruntung masih ada Jelajah Timur, sebuah lomba lari amal yang diadakan oleh Yayasan Plan International Indonesia, yang mempunyai misi memberikan akses air bersih di desa-desa yang berada di NTT. Adita diundang menjadi salah satu peserta. Pada hari Sabtu (31/10/2020) ia bersama ratusan pelari lain menempuh jarak 86 km dengan rute Nagakeo-Bajawa, yang berada di wilayah Flores, NTT.
Total donasi yang terkumpul dari event tersebut sekitar Rp 2 milyar. Adita sendiri berhasil mengumpulkan sumbangan lebih dari Rp 289 juta, terbanyak di antara pelari yang lain. Adita mengakui hasil tersebut merupakan donasi para koleganya, khususnya rekan-rekan di Kementerian Perhubungan. Bahkan atasannya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memberi dukungan luar biasa dengan menyelenggarakan acara penggalangan donasi secara virtual dan hasilnya mencapai lebih dari Rp 1,5 Milyar. Selain itu Kementerian Perhubungan juga memberikan bantuan 100 sepeda untuk anak-anak di beberapa desa di Kabupaten Nagekeo, NTT.
Ia bersyukur sangat banyak pihak yang mensupportnya, termasuk dari teman-teman KLUB (Kagama Lari untuk Berbagi). Pihak KLUB selama ini memang tidak pernah berhenti memberikan dukungannya kepada Adita.
Nugroho Dewayanto, selaku Ketua KLUB, mulai mengagumi Adita ketika Adita mengikuti event ultra marathon Jakarta – Bandung yang diselenggarakan oleh ITB dua tahun yang lalu. Jarak 85 km dilahapnya tanpa henti. Dan berlanjut di gelaran Nusantarun Chapter 6, sebuah ajang charity run yang diselenggarakan oleh Yayasan Lari Nusantara dengan menempuh jarak hampir 170 km. Dari situ, Nugroho semakin salut dan terinspirasi, bahwa berlari bukan semata-mata untuk tujuan dan gengsi pribadi, tetapi juga untuk memberi arti bagi sesama.
Bagi Nugroho dan teman-teman KLUB, Adita adalah sumber inspirasi yang tiada habisnya. Bagai telaga yang takkan pernah habis airnya. Keteguhannya untuk menuntaskan perjuangan yang telah dimulainya pantas diteladani. Jarang sekali Adita putus di tengah jalan, saat mengikuti event ultra marathon khususnya yang bermisi sosial. Nugroho memuji Adita yang dengan senang hati selalu membagi ilmu tentang berlari dengan benar kepada teman-teman KLUB. Juga cerita-cerita perjalanannya selama mengikuti event ultra marathon, berlari menembus kegelapan, diguyur hujan deras, serta didera kepanasan, sungguh merupakan motivasi yang tiada tara.
Menurut Nugroho salah satu yang pantas dikagumi dari seorang Adita Irawati adalah cintanya kepada almamater sedemikian besar, dan juga kebanggaannya sebagai bagian dari komunitas KLUB. UGM International Trail Run yang diselenggarakan pada bulan Oktober 2019 kebetulan bertepatan dengan ITB Ultra Marathon. Dihadapkan pada dua pilihan Adita memutuskan untuk memilih event yang diadakan oleh KLUB, meski ITB Ultra Marathon terkesan lebih prestis. Lalu pada beberapa event lari penting seperti Nusantarun dan Jelajah Timur yang belum lama ini berlangsung, Adita memutuskan untuk mengenakan jersey KLUB. Hal itu sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mempromosikan eksistensi KLUB. Untuk menghormati Adita, pihak KLUB mengangkatnya sebagai ambassador bersama dengan Siti Atikoh Ganjar Pranowo.
Semoga menjadi inspirasi bagi semua. Kita #banggajadikahigama. ❤