Kagama Fotografi 17: Miyoshi Masato Bercerita tentang Petualangannya Selama Sebulan di Antartika

Sabtu (4/9/2021), PP Kagama bersama Kagama Fotografi dan sekolah fotografi “Kelas Pagi Yogyakarta” kembali menggelar webinar lewat Zoom Meeting. Pada webinar seri 17 kali ini, narasumber utama Miyoshi Masato menceritakan pengalamannya memotret Antartika. Kata sambutan disampaikan oleh fotografer senior Pinto NH, dan Muthiah dari Humas PP Kagama bertindak sebagai MC.

Miyoshi Masato

Miyoshi mengawali ceritanya dengan menjelaskan bagaimana cara untuk bisa bepergian ke Antartika. Yang pertama, mendaftarkan diri lewat biro travel tur ekspedisi yang berada di Chili, Argentina atau Australia.

Kedua, menjadi scientist atau bekerja di research base yang masih aktif di Antartika. Sepengetahuan Miyoshi, di Antartika tidak ada pemukiman penduduk, dan Antartika itu sendiri juga bukan sebuah negara. Di sana hanya ada beberapa research base berdasarkan negara, seperti Inggris, Chili, Argentina dan Rusia.

Ketiga, bekerja sebagai tenaga ahli dalam tim ekspedisi tur operator destinasi Antartika, yang meliputi beberapa bidang, seperti geologi, sejarawan, kedokteran, ilmu kelautan, fotografi, hiking, kayak, dll.

Berikutnya Miyoshi menerangkan untuk menuju Antartika ada 2 pilihan jalur transportasi yaitu lewat udara atau laut. Untuk transportasi udara lewat negara asal Chili yaitu dari kota Santiago, kemudian lanjut ke Punta Arena, lalu terakhir terbang menuju Antartika. Durasi terbang sekitar 2 jam dari Punta Arena.

Sedangkan jika menempuh perjalanan laut, lewatnya pelabuhan di Amerika Selatan dengan negara asal Argentina. Dari Buenos Aires menuju Ushuaia, terus lanjut ke Antartika dengan durasi berlayar sekitar 2-3 hari perjalanan, tergantung cuaca. Atau bisa juga berangkat dari pelabuhan Hobart, Australia atau pelabuhan Invercargill, Selandia Baru, dengan durasi sekitar 1 minggu.

Miyoshi mengakui sungguh beruntung pada tahun 2016 bisa traveling ke Antartika, dan sempat menjelajahi Antartika selama sekitar sebulan, dari 17 Desember 2016 sampai dengan 15 Januari 2017. Sebenarnya ia bisa ke sana karena menemani istrinya yang mendapatkan tawaran menjelajahi Antartika dari perusahaan tur ekspedisi “Antarctica XXI” secara gratis dengan imbal balik berupa penugasan tertentu. Yaitu karya yang dihasilkan baik foto maupun video akan dipergunakan untuk promosi pihak pengendorsed.

Miyoshi dan istri, beserta rombongan berangkat dari Ushuaia, Argentina naik kapal. Dalam perjalanan, kapal sempat mampir di kota paling selatan di dunia bernama Puerto Williams. Wilayah tersebut merupakan kota pelabuhan dan base angkatan laut Chili yang menjadi pintu masuk dan hub bagi penelitian ilmiah tentang Antartika. Miyoshi sempat mengeksplorasi suasana kota Puerto Williams dan memotretnya.

Berikutnya, pada hari kedua, kapal berhenti di Cape Horn, yaitu sebuah tanjung paling selatan dari kepulauan Tierra del Fuego, Chili bagian selatan dan terletak di pulau Hornos kecil. Tanjung itu menandai batas utara drake passage, yaitu lautan sepanjang 800 km yang merupakan pertemuan antara Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik.

Hari ketiga akhirnya sampailah di Antartika. Selama sebulan di Antartika, kata Miyoshi ada program jadwal harian yang harus ditaati dan dilaksanakan.

Ratusan foto yang berhasil diabadikan oleh Miyoshi dalam berbagai genre. Yang pertama, tema lanksap.Ia berhasil mengeksplore wilayah bernama Brown Station, Damoy Point, dan Dorian Bay.

Lalu Miyoshi juga berkesempatan memotret gunung es dan gletser di Spert Island, dan Paradise Bay. Untuk tema hiking, Miyoshi mengambil gambar di Orne Harbour, Danko Island, dan Neko Harbour.

Basis penelitian tak luput dari bidikan Miyoshi. Ia mengambil foto di Frei Station, sebuah basis penelitian kerjasama Rusia dan Chile. Di sana ditemukan juga bangunan gereja ortodoks. Lokasi lainnya di Deception Island, sebuah lokasi bekas penyulingan minyak ikan paus. Lalu di Port Lockroy, sebuah basis penelitian milik pemerintah Inggris, dan Damoy Point.

Miyoshi tak lupa juga memotret keberadaan hewan liar di Antartika. Beberapa jenis pinguin berhasil diabadikannya. Lalu killer whale (paus pembunuh), burung predator Skua, Leopard Seal, burung Tern, dll.

Saat bertemu paus, Miyoshi mengakui sebagai sebuah pengalaman langka dan menakjubkan yang tak bisa dilupakan seumur hidupnya. Saat mendengar suara napas ikan paus, ia merasa kagum namun sekaligus ngeri.

Di penghujung webinar, Miyoshi berkisah tentang konsernya di Deception Island. Konser sebenarnya tidak direncanakan, namun terkesan mendadak karena permintaan ketua pimpinan tur. Di Deception Island ada tong besar bekas penyulingan minyak ikan paus yang akustiknya sangat bagus. Di tong itulah Miyoshi memainkan flute dan biolanya.

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*