Andang Risharyanto, Pensiunan Pejabat Perusahaan Konstruksi BUMN yang Tidak Malu Berjualan Soto Mie Asli Bogor

Bagi Andang Risharyanto (FNT Sipil UGM ’85) memasuki masa pensiun bukanlah suatu hal yang menakutkan, karena ia sudah mempersiapkan secara sungguh-sungguh masalah finansial dan mental jauh-jauh hari sebelumnya. Saat hari pensiun tiba, ia tidak terlalu kesulitan melakukan switching mental dari kebiasaan sebagai karyawan menjadi entrepeneur. Bahkan ia tidak ragu sebagai mantan pejabat di sebuah BUMN kemudian membuka usaha yang dianggap orang tidak prestisius, yaitu jualan soto mie.

Kepada kagama.id yang mewawancarainya, Andang bercerita panjang lebar tentang bisnis yang dijalaninya semenjak pensiun tersebut, dan kemudian merembet ke perjalanan hidupnya. Kisahnya berawal dari tahun 1985 saat ia lulus dari SMA Negeri 2 Babarsari dan melanjutkan kuliah di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Non-Gelar Teknologi UGM.

Selama kuliah Andang sibuk ikut proyek dosen-dosennya. Itu menjelaskan mengapa masa studinya termasuk lama. Bulan Februari 1992 ia baru diwisuda untuk gelar diplomanya.

Bersama tim Manajemen Abipraya Property

Bulan Agustus 1992 Andang merasa beruntung bisa diterima bekerja di sebuah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi bernama Brantas Abipraya. Jabatan awalnya sebagai staf kantor representatif di Jakarta.

Tahun 1997 Andang dimutasi ke kantor proyek di Yogyakarta. Ia diterjunkan pada beberapa proyek besar di kota pelajar tersebut, seperti menangani pembangunan cekdam Merapi dan pelebaran jembatan Gondolayu.

Dalam perjalanannya, kantor proyek Yogyakarta berubah menjadi kantor cabang. Karena pengalamannya dan karirnya yang terhitung cemerlang, pada tahun 2005 Andang diangkat sebagai kepala cabangnya. Pada tahun yang bersamaan, Andang melanjutkan kuliahnya lewat program ekstensi di Jurusan Sipil Fakultas Teknik UGM.

Pada tahun 2007 Andang ditarik kembali ke kantor pusat Jakarta dan ditempatkan di Departemen Pengembangan Bisnis. Hal itu membuat kuliahnya sempat terputus. Namun ia bersyukur pada tahun 2008 kuliahnya bisa ditransfer ke Universitas Sapta Taruna, milik Dinas Pekerjaan Umum. Tahun 2010 akhirnya Andang mendapatkan gelar kesarjanaan S1-nya.

Bersama pelanggan di gerai Jln. Magelang, Denggung

Tahun 2012 Andang diangkat menjadi Manajer Marketing Jasa Konstruksi. Lima tahun kemudian ia ditunjuk sebagai Manajer Bisnis & Development di Unit Bisnis / Divisi Abipraya Properti. Jabatan terakhir yang disandangnya yaitu sebagai Manajer Pertanahan & Legal, yang dijalaninya sejak tahun 2019 sampai pensiun pada bulan Agustus 2021.

Andang mengatakan, seluruh karyawan Brantas Abipraya yang akan memasuki masa pensiun, 3 tahun sebelum pensiun diberi pembekalan oleh perusahaan. Termasuk dirinya pada tahun 2018 ikut diklat di Puncak selama 3 hari, yang berisi pelatihan singkat bagaimana menjadi entrepreneur.

Andang menambahkan pada saat diklat diajari jangan sampai salah investasi atau terjebak investasi bodong. Juga diterangkan segala jenis investasi, baik investasi bisnis nyata atau investasi berbentuk saham dan obligasi keuangan. Terakhir, diajarkan cara menjalankan perusahaan khususnya masalah manajemen keuangan.

Bersama pelanggan di gerai Jln. Sultan Agung, Pakualaman

“Sebenarnya tidak gampang melakukan switching mental ketika saya memilih jualan soto mie seusai pensiun. Selama 30 tahun saya meniti karir di Brantas telah membentuk jiwa korsa seorang karyawan yang harus mengabdi kepada perusahaan. Lha kok tiba-tiba harus menjadi entrepeneur. Jujur berkat pandemi saya justru cepat move on karena terdesak keadaan. Hahaha!”, ujar Andang sambil tertawa.

Andang jujur mengakui pekerjaaannya saat ini berjualan soto mie tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Karena seperti kebanyakan koleganya, saat masih aktif bekerja berpikiran idealis kelak jika pensiun akan memiliki bisnis yang prestisius sesuai dengan tingkat jabatan masing-masing.

Sebenarnya sebelum mengambil keputusan dengan mantab untuk berjualan soto mie, Andang sudah mencoba menghubungi beberapa perusahaan yang memakai konsep waralaba dalam pengembangan bisnisnya. Namun tak satupun yang berjodoh.

Bahkan Andang nyaris sudah mau membeli sebidang tanah luas dengan harga sangat murah yang ditawarkan kepadanya di sekitar daerah Obelix Hill, Prambanan, Sleman. Tapi setelah dipikir-pikir bersama istrinya, mempertimbangkan resiko investasi yang cukup tinggi serta tingkat pengembalian modal yang lumayan lama, akhirnya dibatalkannya.

Kemudian entah dapat ide dari mana, tiba-tiba Andang teringat warung “Soto Mie Asli Bogor Pak Kadir”, warung makan langganannya saat ia masih aktif kerja proyek di Jakarta. Saat itu warung soto mie yang menawarkan konsep kerja sama secara waralaba dan kemitraan tersebut sudah mempunyai 90-an gerai di wilayah Jabodetabek. Sekarang sudah 100 gerai lebih.

Maka meluncurlah Andang ke Bogor untuk menemui langsung Pak Kadir di rumahnya. Dari hasil pembicaraan, Pak Kadir setuju Andang buka cabang di Yogyakarta. Alasannya selama ini belum ada cabang di luar Jabodetabek, sehingga Yogya bisa menjadi pionir perluasan usahanya buat kota-kota lainnya.

Disepakati kerja samanya secara kemitraan. Andang lebih suka memilih pola kemitraan daripada sistem waralaba murni, karena full negotiable dan bisa bebas menyeting outlet sesuai seleranya.

Gerai ketiga di Jl. Wates, Gamping

Menurut Andang, bermitra dengan Pak Kadir sangat menarik, karena ia tidak perlu memikirkan lagi bahan baku dan sumber daya manusianya. Ia tidak perlu repot-repot melakukan rekruitmen karyawan, karena semuanya sudah ‘diimpor’ dari Bogor.

Tantangan yang dihadapinya, soto mie adalah makanan yang belum begitu populer di Yogya. Dan harga yang dipatok sesuai kesepakatan, sebenarnya relatif mahal untuk ukuran kantong masyarakat Yogya. Namun Andang tidak terlalu memusingkan hal itu. Dengan yakin dua gerai langsung dibukanya serentak pada tanggal 14 September 2021. Yang pertama di Jl. Sultan Agung, Pakualaman, dan yang kedua terletak di Jl. Magelang, Denggung, Tridadi, Sleman.

Pemilihan kedua lokasi tersebut bukannya tanpa perhitungan. Pakualaman dipilih karena tempatnya memang strategis di perkotaan. Terbukti kemudian warungnya tidak pernah sepi dari pengunjung sejak awal buka. Lalu yang di Jl. Magelang lokasinya mendekati perkantoran Pemkab Sleman, dan target pasarnya buat mereka yang dari arah utara Yogya atau wisatawan yang akan menuju Borobudur atau sebaliknya.

Dua bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 15 November 2021, Andang membuka gerainya yang ketiga di daerah Gamping, Jalan Wates. Lokasinya sangat strategis, dilewati lalu lintas ramai dari arah barat Yogya atau Bandara YIA. Juga nantinya di sekitar situ akan ada exit tol Yogya – Bawen.

Tidak lama lagi akan diadakan grand opening untuk gerai nomer empat, yaitu di Jl. Solo, seberang Ambarukmo Plaza ke barat sedikit. Target pasarnya mereka yang datang dari timur Yogya, seperti Klaten dan Solo, atau sebaliknya. Jadi konsepnya, menurut Andang keempat gerainya memang untuk mencegat orang dari segala arah, baik menuju atau meninggalkan Yogya.

Studio Soto 3 di Gamping dengan konsep dunia terbalik

Andang sadar betul pangsa pasar di Yogya sangat berbeda dengan Jakarta. Ia berpikir harus ada selling point atau nilai tambahnya untuk menarik pembeli. Maka di ketiga gerainya disediakan spot foto yang diberi nama Studio Soto, sebagai plesetan dari studio foto. Maksudnya orang datang ke warungnya bukan sekedar jajan soto namun sembari foto-foto juga. Studio Soto yang paling besar dan paling menarik ada di gerai Gamping, dengan konsep dunia terbalik.

“Kita harus kreatif dalam berbisnis, jika tidak maka akan tergilas jaman. Saya memang awalnya nekad, tapi pakai perhitungan dan tetap selalu fokus. Kini kenekadan saya, pelan-pelan mulai nampak hasilnya. Mohon doanya saja”, pungkas Andang mengakhiri wawancaranya dengan kagama.id.

1 Comment

Komentar ditutup.