Syair-syair pada ‘Serat Kalatidha’ karya pujangga besar Raden Ngabehi Ronggowarsito sangat futuristik dan selalu aktual untuk diterjemahkan menjadi rujukan. Bukan saja dalam konteks lokal namun juga nasional. Syairnya sangat kontekstual untuk menerjemahkan segala keadaan masyarakat pada level global. Bahkan sangat pantas dijadikan pegangan oleh pribadi yang merdeka.
Demikian disampaikan oleh Ketua Umum PP Kagama, Ganjar Pranowo, saat memberikan kata sambutan pada acara pembekalan calon wisudawan UGM program sarjana dan diploma periode I tahun ajaran 2022/2023, di gedung Grha Sabha Pramana, Selasa (22/11/2022).
Ganjar menambahkan, di zaman edan atau serba tidak menentu seperti saat ini, kita memang serba salah untuk bersikap. Kalau tidak ikutan larut dengan keadaan, tidak akan kebagian. Sebuah ujian integritas di tengah godaan yang begitu luar biasa.
“Namun harus diingat, seberuntung-beruntungnya orang yang lupa, masih beruntung orang yang ingat dan waspada,” ujar Ganjar menerjemahkan bait terakhir syair ‘Serat Kalatidha’.
Pertanyaannya, seberapa besarkah kadar ingat dan waspada yang kita miliki? Jika ingat adalah manafestasi dari pengetahuan, maka waspada adalah manifestasi dari mengasah ilmu pengetahuan sekaligus mengasah indra kita, dalam hal ini ‘rasa’. Perasaan dan pikiran kita akan lebih baik kalau diasah tiap hari kepekaannya.
“Bukan hanya mengoptimalkan kemampuan pikiran, namun kita juga perlu mengoptimalkan seluruh potensi jiwa raga kita. Jangan sampai kita lupakan pengetahuan yang diwariskan leluhur, dan kita anggap ketinggalan zaman,” tutur Ganjar.
Ganjar melanjutkan, dalam beberapa hal mungkin ada anggapan bahwa negara kita tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju. Namun sebenarnya dari segi esensi dan filosofi, kita memiliki dasar yang sama dengan negara manapun, dan punya kemampuan yang setara dalam beberapa bidang termasuk perekonomian.
Bahkan diramalkan perekonomian kita akan berkembang pesat tepat saat perayaan kemerdekaan kita yang ke-100 pada tahun 2045 kelak. Beberapa lembaga terkenal dunia memprediksi mengenai negara-negara berkembang yang akan mendominasi ekonomi global pada tahun 2030 mendatang, termasuk Indonesia.
Namun dalam dunia penelitian, harus diakui bahwa jumlah peneliti kita berdasarkan data UNESCO Institute for Statisctics memang tertinggal jauh dengan negara-negara G20. Belum lagi berbicara tentang sarjana Sains, Teknik dan Matematika (STEM) kita yang paling sedikit.
“Dengan contoh sederhana itu, kita merasakan pukulan yang cukup keras. Tapi sekeras apapun tetap harus kita terima dalam rangka ingat dan waspada. Dunia berubah, adaptasi harus lebih cepat lagi kita lakukan. Dalam dunia pendidikan, ruang ilmu pengetahuan yang memegang kendali utamanya harus kita rawat terus menerus,” ucap Ganjar.
Ganjar mengingatkan Kagama Muda adalah pemeran penting di tahun 2045 mendatang. Ketika usai diwisuda dan memasuki dunia kerja, maka mereka akan memasuki dunia yang riil dan konkrit. Kompetisi secara individu itu pasti terjadi, tapi kolaborasi menjadi keharusan.
Ganjar senang melihat banyak student company bermunculan dari mahasiswa. Hal itulah yang mendorong munculnya para entrepenur muda baru dan maraknya startup bisnis.
“Selamat buat kalian yang akan diwisuda besok. Betapa bahagianya keluarga khususnya orang tua yang telah membiayai pendidikan kalian sejak kecil sampai lulus sarjana. Dan jangan lupa untuk selalu menjaga integritas di manapun kalian berada,” pesan Ganjar sekaligus mengakhiri kata sambutannya.