Menaker Ida Fauziyah Ingatkan Kurangnya Talenta Digital di Indonesia pada Pembekalan Calon Wisudawan

Bertempat di Grha Sabha Pramana UGM, berlangsung acara pembekalan calon wisudawan UGM program sarjana dan diploma periode I TA 2022/2023, Selasa (22/11/2022). Acara pembekalan yang merupakan sinergi antara UGM dan KAGAMA tersebut menghadirkan Menteri Ketenagakerjaan RI, Dr. Hj. Ida Fauziyah, M.Si., sebagai pembicara.

Menurut Ida, dunia saat ini telah memasuki era digital, namun tenaga kerja dengan talenta digital masih dirasakan kurang di Indonesia. Banyak perusahaan di Indonesia yang sulit mencari karyawan dengan kemampuan digital yang memadai, demikian imbuhnya.

“Harus diakui ada persoalan pada era digital di negara kita. Di tengah ledakan adopsi teknologi, daya saing digital Indonesia masih rendah. Banyak perusahaan yang kesulitan mencari karyawan dengan kemampuan digital tinggi,” ucap Ida.

Ida menambahkan, era digital telah membawa perubahan pada jenis pekerjaan serta skill yang dibutuhkan di pasar kerja. Tumbuhnya jenis pekerjaan baru membutuhkan kompetensi baru yang harus dikuasai tenaga kerja agar tidak tertinggal dalam persaingan global. Tenaga kerja dituntut tidak hanya menguasai penguasaan teknologi, namun juga harus memiliki soft skill yang memadai.

“Di era kemajuan teknologi saat ini soft skill sangat dibutuhkan. Kalau hard skill bisa dipenuhi dengan teknologi, namun soft skill tidak bisa. Semua tergantung dari kemampuan manusia itu sendiri. Karena itu dibutuhkan pemikiran yang kreatif, inovatif, analitis, kritis, dan fleksibel. Kewirausahaan generasi muda harus ditumbuhkembangkan agar mempu bersaing memasuki dunia kerja di era digital,” ujar Ida.

Selanjutnya Ida mengatakan, digitalisasi tidak hanya menggeser kebutuhan keterampilan dan jenis pekerjaan saja, tetapi juga meningkatkan risiko mismatch pasar kerja. Seperti kita tahu, dewasa ini dijumpai kondisi mismatch di pasar kerja baik secara vertikal maupun horisontal. Mismatch vertikal adalah kondisi di mana pekerjaan tidak sesuai dengan level pendidikan, misalnya seorang sarjana mengerjakan pekerjaan untuk level SMA. Sedangkan mismatch horisontal adalah ketidakcocokan antara latar belakang pendidikan dengan pekerjaan, semisal lulusan sarjana teknik mesin bekerja sebagai manajer keuangan.

Ida memberikan saran kepada calon wisudawan, agar jangan menyerah meski menghadapi kendala mismatch, dengan cara meningkatkan proses reskilling dan upskilling. Jangan lebih senang menganggur karena tidak ada kesesuaian antara pendidikan dengan pekerjaan.

Meskipun tantangan dunia kerja di Indonesia sangat kompleks, Ida berpesan kepada calon wisudawan untuk tetap optimis di era digitalisasi saat ini. Kuncinya adalah pada peningkatan soft skill, karena kebutuhan di pasar kerja digital lebih membutuhkan pemikiran analitis, inovatif, kreatif, dan kepemimpian.

Ida juga mengharapkan para calon wisudawan bisa berpartisipasi secara aktif dalam komunitas atau jejaring keterampilan kekinian atau yang sedang trendy saat ini. Seperti komunitas desain komunikasi visual, content creator, vlogger, youtuber, seni, dsb.

“Jangan pernah berhenti belajar, dan jangan mudah menyerah terhadap persaingan di pasar kerja. Terus bangun komunikasi dan profesionalitas di tempat kerja, serta membangun keterampilan diri,” pungkas Ida.