Kebun Sayur Tiga Gunung

Oleh: Sindung Sulastama

Hallo apa kabar? Ngga kerasa ya udah 20 hari kita berpuasa. Semoga puasa bikin kita makin sehat lahir batin dan makin tawadhu.

Kali ini saya pajang photo photo kebun sayur saya di desa Sawahkulon, Kec. Pasawahan, Purwakarta, yang saya potret sore tadi. Sejak mulai bikin green house dan menyemai benih awal Maret lalu, hari ini sebagian tomat sudah berbunga. Sepanjang bulan puasa ini, istri saya sudah panen/ nyayur bayem 7x. Alhamdulillah. Sawi / caisim juga sudah mulai bisa dikeureuyeuh untuk masak capcay atau bikin mie.

Semua; tomat cabe rawit ,cabe kriting, sawi pare, terong, daun bawang, seledri, kemangi, waluh, bayam, sereh/serai, katuk, jahe, kunyit, salam, kelor dll. semua sudah pada posisinya masing masing. Tinggal geser geser kalo perlu karena makin rimbun. Udah nyantai, tinggal bikin paranggong buat ngerambatin waluh.

Berkebun selalu mengingatkan saya pada Almarhum Rendra dan Bengkel Teater. Ajaran filsafat kemandirian dalam arti luas di Bengkel Teater diistilahkan dengan Kerja Ladang. Dan seluruh rangkaian proses Kerja Ladang yang paling nyata dan sederhana bisa dipraktekkan dengan berkebun.

Kalo sebaiknya punya nama kebun kebunan saya ini mau saya kasih nama Kebun Sayur TIGA GUNUNG. Saya ambil dari ajaran filsafat keseimbangan PGB Bangau Putih yang juga diadopsi oleh Bengkel Teater, Di Antara Tiga Gunung Memeluk Rembulan.

Tiga Gunung mengingatkan juga pada salah seorang anggota Bengkel Teater yang saya hormati, pemilik Kebun Tiga Lombok, mas Dadang Christanto yang kebetulan putranya juga bernama Gunung.

Hari hari ini memang pikiran saya terkenang pada Bengkel Teater. Tiga hari lalu mas Adi Kurdi wafat. Mengingatkan saya pada banyak saudara, yang lebih tua maupun yang lebih muda. Yang sudah dipanggil Tuhan maupun yang masih dalam pengembaraan. Kepada semua, Aku cinta padamu.

Tentang kebun sayur saya, saya sudah siapkan prasarananya. Tapi saya masih butuh bantuan pihak lain, misalnya Dinas Pertanian. Untuk pengadaan benih / seed, polybag dan tray / baki semai dan tangki semprot kalauo ada. Saya ingin menanam sayuran di halaman rumah ini bisa saya tularkan pada banyak orang, menjadi sebuah gerakan mengkonsumsi sayuran sehat dan mengurangi belanja dapur ibu ibu. Ngga sulit kok. Saya aja bisa.

*) Penulis adalah warga Kagama alumnus Fak. Sastra jurusan Sastra Nusantara angkatan ’86