Asah Kepedulian, Budi Asmarawati Bikin Warung Badu Sediakan Sarapan Murah Cukup Bayar Dua Ribu

Matahari masih enggan bangkit dari peraduannya dan hembusan hawa dingin masih terasa menusuk tulang, ketika terlihat beberapa orang menurunkan nasi berikut lauk pauknya dari sebuah mobil dan menatanya di meja yang sudah disediakan. Ada 5 orang dengan gesit bekerja sama menyiapkan sarapan. Sekitar pukul 06.00 WIB menu sarapan mulai tersaji.

Tak berapa lama satu persatu pembeli mulai berdatangan. Ada buruh gendong, tukang becak, tukang sampah, tukang parkir, kusir andong, dll. Mereka ada yang sekedar mampir saat sedang lewat di lokasi, namun banyak juga yang sengaja meluangkan waktunya datang untuk sarapan.

Semakin siang semakin banyak jumlah pembeli yang datang. Sekitar 3 jam kemudian, dagangan sudah ludes diserbu pembeli.

Itulah aktivitas warung tiban bernama ‘Warung Badu’ yang terlihat pada hari Sabtu (13/8/2022) pagi di lahan kosong tepat seberang timur gedung Taman Budaya Yogyakarta. Inisiatornya bernama Budi Asmarawati, warga Kagama alumnus Fakultas Ekonomi angkatan 1985. Konsepnya sungguh unik, yaitu menyediakan sarapan di mana pembeli hanya cukup membayar dua ribu saja untuk seporsi nasi plus lauk pauk serta minum.

“Badu adalah singkatan dari bayar dua ribu,” ujar perempuan ramah yang akrab disapa Budi itu kepada kagama.id yang mewawancarainya. Ia menambahkan, Warung Badu diadakan seminggu sekali setiap hari Sabtu pagi pukul 06.00 – 09.00 WIB, kecuali minggu pertama awal bulan.

Budi yang merupakan staf pengajar di Politeknik YKPN (dulu Akademi Akuntansi) Yogyakarta itu sebenarnya sudah lama sekali memendam keinginan untuk membuat warung nasi murah khusus untuk mahasiswa. Namun karena berbagai kendala yang ada, idenya tersebut susah sekali untuk diwujudkan.

Seiring berjalannya waktu, cita-cita Budi hanyalah menjadi obsesi yang terpendam. Namun perjalanan nasib rupanya memihak padanya. Pada sekitar bulan Maret 2022 ia melihat lintasan postingan di FB tentang ‘Warung Baru’, sebuah warung makan berkonsep sosial di Tangerang yang mana pembeli hanya disuruh membayar seribu perak saja. Lalu ia mendengar adanya gerakan serupa yang dilakukan oleh pengusaha kontraktor terkenal, Jusuf Hamka, yaitu gerakan ‘Nasi Kuning Rp. 3.000’.

Hal tersebut menjadikan Budi berani memulai mewujudkan keinginannya. Ia berpikir, di mana lokasi yang terbaik untuk memulai kegiatannya. Tiba-tiba dia teringat seorang tukang parkir di lahan parkir depan TBY, namanya Teguh. Dulu Teguh penjual buku di ‘Toko Amanah’, depan SMP N 8 Yogya, langganan Budi sejak anaknya masih SD, hingga usai kuliah. Namun ketika tokonya tutup, Teguh kemudian banting profesi menjadi tukang parkir.

Budi sangat senang menemukan lokasi yang sangat ideal. Dekat dengan Pasar Beringharjo, di mana banyak aktivitas masyarakat marjinal di situ. Akhirnya Budi bisa merealisasikan impiannya membuka warung sarapan murah untuk pertama kalinya, seminggu setelah Idul Adha, yaitu tepatnya pada tanggal 16 Juli 2022.

Jualan kali pertama itu berhasil menjual sekitar 100 porsi. Minggu-minggu berikutnya karena keberadaan warung semakin dikenal, jumlah pembelinya semakin meningkat. “Alhamdulillah, hari ini kelima kalinya Warung Badu buka berhasil menjual tidak kurang dari 200 porsi,” ujar Budi bersyukur.

“Kenapa tidak saya gratiskan sekalian dan harus membayar dua ribu? Karena apabila digratiskan hal itu tidak mendidik. Lalu dua ribu adalah mata uang kertas terkecil yang lebih mudah didapatkan dibanding duit seribuan. Tidak melayani dibungkus, jadi mesti makan di tempat. Dengan hanya bayar 2 ribu, makan di tempat, akan terjadi interaksi saling sapa. Banyak hal yang bisa dipelajari. Di sini kepedulian juga terasah. Saling respek. Senyum dan syukur yang ada, kian terasa menjadikan hati teduh,” jelas Budi

Inti dari kegiatan yang dilakukan adalah mengasah kepedulian, dengan konsep “dolanan pasaran”. Semua yang terlibat dalam kegiatan tersebut bahagia. Penjual dan pembeli sama-sama senang. Meskipun sasaran utamanya adalah orang-orang yang butuh bantuan, seperti buruh gendong, tukang becak, ojol, pedagang asongan, dll, namun Warung Badu juga melayani semua lapisan masyarakat. Siapapun boleh beli dengan pelayanan yang sama.

Pembayaran bisa dilakukan secara luwes. Boleh bayar dulu sebelum makan, atau bayar sesudah makan. Ditekankan pada adab kekeluargaan, saling percaya dan menghormati. Ada kalanya mereka memasukkan uangnya ke dalam kotak tempat uang sendiri, ada kalanya dilayani. Bila uangnya berlebih, maka yang bertugas akan mengembalian sesuai kembalian yang semestinya. Tidak ada bujukan untuk donasi.

“Apabila ada yang misalnya membayarnya dengan lembaran 50 ribu, ya kita harus mengembalikan sejumlah 48 ribu, kecuali pembeli mengikhlaskannya dengan tujuan donasi. Kita tidak boleh ‘memaksa’ pembeli berdonasi, tapi biarlah kepedulian itu timbul dari kesadaran mereka sendiri,” jelas Budi

Untuk itulah kenapa tidak diperkenankan satu orang mentraktir banyak temannya, agar kepedulian jadi milik bersama. Akan lebih baik berdonasi jika punya duit lebih. Tujuannya agar Warung Badu di minggu-minggu berikutnya bisa menyajikan kembali sarapan murah berkualitas untuk masyarakat.

Yang membuat Budi terharu, ada penjual angkringan di dekat lokasi yang selalu menyumbang minuman teh dalam jumlah yang sangat mencukupi. Ada warung yang menyumbang bahan mentah. Ada toko perabot masak yg memberikan potongan harga hingga 60%.

Budi merasakan ternyata banyak orang baik di sekitar kita. Hanya perlu diasah kembali dan dipelihara. Ia merasa konsep kepedulian yang menjadi landasan kegiatan telah mampu menyentuh hati orang-orang di sekitarnya.

Lalu, Budi dkk membuat komitmen, habis tidak habis jam 09.00 WIB tepat warung harus sudah tutup. Karena takut mengganggu rejeki warung lain di sekitar yang sudah mulai buka lapaknya.

“Tapi alhamdulillah sejauh ini biasanya jam setengah sembilan makanan sudah ludes habis,” ucap Budi sambil tersenyum ceria.

Budi sangat mensyukuri bahwa idenya didukung oleh kawan-kawannya, termasuk dari warga Kagama. Banyak yang dengan ikhlas menyumbangkan tenaganya tanpa dibayar baik dalam menyiapkan masakan maupun melayani pembeli. Pihak-pihak yang membantu datang dari berbagai kalangan, seperti rekan kerja satu kantor, teman-teman Kagama, dan mahasiswanya dari Universitas Sanata Dharma.

Untuk itu Budi mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada mereka yang selama ini telah banyak membantunya. Juga ia sangat respek kepada kepedulian para donatur yang telah berkenan menyumbangkan sebagian rejekinya, sehingga Warung Badu bisa tetap terjaga eksistensinya.

Bagi teman-teman yang ingin berpartisipasi, bisa berdonasi via rekening khusus untuk Warung Badu di Bank Mandiri norek 137-009-300-5482 atas nama Budi Asmarawati. Setelah transfer dimohon konfirmasi ke nomor WA 0818 1818 0597.

“Matur nuwun atas kepeduliannya dan semoga menjadi berkah buat semuanya,” pungkas Budi.