Kagama Menyapa Diaspora: Teman-teman Kagama di Manca Negara Berbagi Cerita

Humas PP Kagama kembali menggelar siaran IG Live lewat akun @infokagama pada hari Sabtu (16/1/2021) dengan tema “Kagama Menyapa Diaspora”, dengan menghadirkan narasumber 3 rekan Kagama yang berada di manca negara. Mereka adalah Causa Iman Karana (Ketua Kagama Jepang), Wasisto Raharjo Jati (Ketua Kagama Canberra, Australia) dan Gentur Sedyaporna (Ketua Kagama Arab Saudi). Acara berlangsung sejak pukul 16.00 WIB dan berlangsung selama sekitar 1 jam, dipandu secara menarik oleh Saka Kotamara, dari tim Humas PP Kagama.

Gentur Sedyaporna (Teknik Geologi 1995), ketua Kagama Arab Saudi, mengungkapkan warga Kagama yang berada di Arab Saudi terpencar-pencar dalam jarak yang berjauhan dari ujung timur sampai barat. Yang tinggal di wilayah timur kebanyakan bekerja di dunia perminyakan, dan mereka yang bekerja di pabrik mie instan Indomie yang pabriknya berada di kota Dammam. Kemudian, di tengah kebanyakan adalah mereka yang menjadi staf KBRI di ibukota negara, Riyadh. Berikutnya yang domisili di barat mereka yang tinggal di Jeddah, bekerja sebagai staf Konjen atau pegawai pabrik Indomie yang ternyata ada juga di kota tersebut.

Selain komposisinya paling besar memang dari kalangan pekerja, namun ada lumayan banyak juga para alumni UGM atau warga Kagama yang melanjutkan kuliahnya di Arab Saudi.

Selama pandemi memang nyaris tidak ada gathering fisik, jadi mereka hanya menjalin silaturahmi lewat grup Whatsapp. Yang paling penting adalah mereka saling menyemangati selama pandemi ini.

Selanjutnya ketua Kagama Jepang, Causa Iman Karana (FE 1984) yang akrab disapa Pak Cik, menyatakan ia dilantik menjadi ketua Kagama Jepang baru tanggal 26 November 2020 yang lalu. Jadi di masa singkat kepemimpinannya memang belum banyak kegiatan yang bisa dilakukan, apalagi ini masih masa pandemi. Pertemuan hanya bisa dilakukan secara online belum bisa berjumpa secara fisik.

Komposisi warga Kagama di Jepang sangat beragam. Ada yang bekerja di KBRI atau Konjen, unsur akademisi baik yang menjadi dosen atau mahasiswa yang melanjutkan kuliah, golongan profesional di dunia keuangan, perbankan atau hospitality, dan juga dari dunia entrepreneur. Dari situ sebenarnya sangat banyak resources yang bisa didayagunakan untuk membuat Kagama menjadi migunani, sesuai dengan arahan yang diberikan oleh Ketua Umum Kagama.

Sebelum dilantik Pak Cik sudah melakukan koordinasi dengan Heri Ahmadi, duta besar Indonesia untuk Jepang, yang kebetulan istrinya adalah warga Kagama juga lulusan Fakultas Sastra. Dari arahan dubes, yang menarik adalah nanti ke depannya berkolaborasi dengan KBRI akan melibatkan serta merangkul orang-orang Jepang yang pernah kuliah di UGM.

Pak Cik menambahkan, salah satu pembina Kagama Jepang adalah Prof. Josaphat Tetuko staf pengajar di Chiba University yang merupakan pakar radar. Jadi Kagama Jepang bisa memanfaatkan kepakarannya di bidang teknologi radar secara optimal untuk misalnya melakukan transfer teknologi di Indonesia. Juga terbuka kemungkinan kerja sama antara pihak Chiba University dengan UGM, di mana UGM diberi kesempatan mengirimkan tenaga pengajar atau mahasiswanya untuk belajar di Chiba University.

Berikutnya Wasisto Raharjo Jati (Fisipol Ilmu Pemerintahan 2008), ketua Kagama Canberra, Australia mengatakan ia menduduki jabatannya sejak bulan November 2019. Jujur Wasis mengaku kegiatan Kagama Canberra tidak banyak. Salah satunya dilakukan sekitar akhir Februari, yaitu semacam upacara penyambutan kepada warga Kagama yang baru datang ke Canberra. Sekedar informasi tahun ajaran baru perkuliahan di Canberra dimulai akhir Februari atau awal Maret.

Sebelum pandemi melanda, sebenarnya ada agenda rutin yang dilakukan yaitu diskusi bulanan atau bisa disebut jagongan yang membahas apa saja. Pada bulan Maret 2020 bahkan sempat mendatangkan bintang tamu Elan Satriawan, staf pengajar FEB UGM, yang kebetulan ada kunjungan dinas ke Canberra. Saat itu diskusi membahas serta sharing masalah ekonomi. Namun sehabis itu pandemi memuncak sehingga sudah tidak ada lagi kegiatan offline.

Untuk harapan ke depan di tahun 2021 Pak Cik mengatakan Kagama Jepang semoga akan lebih guyub, rukun dan migunani. Migunani baik untuk internal Kagama sendiri maupun buat masyarakat luas dan NKRI. Namun pandemi ini memang menjadi kendala untuk guyub atau melakukan pertemuan fisik yang istilahnya Pak Cik kita tidak bisa melakukan ‘gojeg kere’ yang sungguh bikin kangen.

Tahun 2021 kita masih tetap menghadapi ketidakpastian yang begitu tinggi sehingga sinergi antar anggota Kagama Jepang diharapkan akan semakin meningkat dan tetap saling bantu membantu. Lalu informasi beasiswa akan semakin diintensifkan. Juga akan semakin membuka pintu buat warga Kagama untuk menuntut ilmu pada kampus-kampus terbaik di Jepang.

Seperti disinggung di depan, kerja sama dengan Chiba University dalam memanfaatkan remote sensing radar akan diterapkan di Indonesia untuk mengelola pertanian dan kebencanaan. Juga akan dilakukan transfer teknologi yang memungkinkan untuk diterapkan di negara kita.

Sementara itu Gentur berharap para anggota Kagama Saudi semakin guyun dab rukun. Yang menarik ia mempunyai rencana yang cukup unik yaitu jika situasi sudah memungkinkan ia dan kawan-kawan yang berada di pantai timur akan melakukan traveling lewat darat menuju Jedah – Mekkah – Medinah, melaksanakan ibadah umroh sekaligus menengok warga Kagama yang berada di barat. Rencana akan naik bus melewati Riyadh sembari menjemput teman-teman yang domisili di kota tersebut.

Untuk urusan migunani, Gentur dan wakil ketua Kagama Saudi, Joko Supriyono punya rencana akan mengelola desa binaan di Indonesia. Namun memang itu masih sekedar wacana dan masih mencari format yang tepat apakah sasarannya desa yang tertinggal ataukah justru desa yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Dalam bayangan Gentur urusan desa binaan itu nanti akan bekerja sama dengan UGM lewat program KKN misalnya.

Hal tersebut adalah sekedar sumbangsih yang akan dilakukan kepada nusa dan bangsa. Gentur merasa berhutang kepada negara, mengingat dulu biaya kuliah sangat murah karena kuliah di UGM yang notabene adalah universitas negeri. Istilahnya sekarang ini, kata Gentur bagaimana kita membayar atau ‘nyaurnya’.

Harapan senada diungkapkan oleh Wasis yang menginginkan anggota Kagama Canberra semakin guyub dan gayeng. Ia mengakui organisasi yang dipimpinnya tidak sebesar Kagama Jepang atau Arab Saudi, karena memang Canberra hanyalah state atau negara bagian. Jumlah anggotanya bisa dikatakan sedikit. Untuk itu ia sangat berharap pandemi cepat berlalu dan pemerintah Australia segera membuka perbatasannya, agar Kagama Canberra tetap eksis. Jika tidak, anggotanya akan semakin habis karena mahasiswa yang lulus kebanyakan kembali ke tanah air dan yang menjadi anggota baru tidak ada.

Selain itu Wasis punya rencana untuk menyempurnakan database anggota dan alumni Kagama Canberra agar mudah pendataannya dan melakukan tracing di mana saja mereka sekarang para alumninya. Selain untuk mempermudah menjalin tali silaturahmi, juga bisa dipergunakan untuk keperluan penting lainnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*