Perjalanan ke Balikpapan untuk Bersilaturahmi dan Berbagi Ilmu

Oleh: Sigit Rahadi (Biologi ’83)

Sesudah pandemi merebak, saya ikut beberapa grup Kagama seperti misalnya Kagama Care – Ketahanan Pangan (KC-KP), Satgas Desa Inklusif, dan grup-grup lokalan yang intinya sama-sama peduli pada masyarakat terdampak Covid-19. Pada pertengahan April 2020, saya jadi narsum pada sebuah webinar melalui Zoom meeting dengan topik “Menanam Anggur Skala Rumahan”, yang acaranya diikuti oleh warga Kagama. Di situlah saya kenal senior saya di Fakultas Biologi yaitu mas Didik Anggrat alias Fauzul Idhi (Biologi ’80) yang merupakan wiraswastawan sukses, serta mas Syafrizal (Biologi ’80) yang dulu menjadi dedengkot Matalabiogama, dan saat ini sebagai staf pengajar di Universitas Mulawarman.

Saat itu mas Didik langsung menelepon ingin mengundang saya ke Balikpapan, untuk berbagi ilmu tentang anggur di sana. Namun karena situasi pandemi justru semakin parah, maka akhirnya ditunda dulu. Pertengahan Desember 2020, ketika suasana dinilai sudah lumayan kondusif, beliau telepon saya menyuruh untuk bersiap-siap jalan-jalan ke Balikpapan pada awal tahun 2021.

Awal Januari 2021 Mas Didik mengontak saya lagi untuk segera menjadwalkan perjalanan ke Balikpapan dan langsung saya sanggupi. Akhirnya kesampaian juga pada hari Sabtu (16/1/2021) saya berangkat ke Balikpapan naik pesawat dari bandara YIA dan mendarat di bandara Sepinggan.

Menikmati syahdunya suasana ranch “Woody Park Borneo”

Di bandara Sepinggan, mas Didik sendiri yang menjemput saya, dan langsung diajak makan siang bersama keluarga mas Syafrizal dengan menu serba ikan. Sesudan makan, kami meluncur ke ranch “Woody Park Borneo” milik mas Didik di Km 26 arah Samarinda. Ranchnya begitu luas, sekitar 26 Ha. Di lahan tersebut bisa kita temukan berbagai tanaman yang sudah dibudidayakan, seperti durian Lay, jambu kristal, jambu air, dan berbagai tanaman endemik Kalimantan seperti kayu ulin dll. Dan rencananya nantinya akan ditanami anggur.

Ada beberapa homestay dan camping ground yang tidak pernah sepi pengunjung. Suasana sore yang sejuk dan syahdu mengiringi acara ngopi sore kami. Selepas maghrib, kami kembali ke Balikpapan untuk makan malam. Selepas makan saya langsung menuju hotel untuk beristirahat.

Suasana kopdar dengan masyarakat anggur Balikpapan

Esok harinya, pada hari Minggu (17/1/2021) ada 2 acara pokok, yaitu bertemu dengan beberapa orang komunitas dan peminat anggur, serta berkunjung ke desa Karya Jaya, desa inklusif pilot proyek besutan Kagama Kaltim yang bekerja sama dengan Kemendes dan UGM.

Acara pertama bersama komunitas anggur Balikpapan di resto kopi “Nam-Min” yang legendaris di Balikpapan, adalah sekedar diskusi dan berbagi pengalaman serta tantangan yang dihadapi saat ini. . Kami sepakat dan menyadari besarnya potensi mengebunkan anggur di Balikpapan. Kalau pun di beberapa tempat di Kaltim ini miskin hara, bukan masalah yang berarti untuk mengebunkan anggur, karena media tanam bisa dimodifikasi. Nutrisi bisa dicukupi dari luar, dengan pemupukan.

Sesudah makan siang, kami meluncur ke desa Karya Jaya,  Kec. Samboja, Kab. Kutai Kartanegara. Jaraknya dari Balikpapan sekitar 40 km, ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam perjalanan. Kami langsung menuju Balai Desa Karya Jaya, di mana warga sudah menunggu di sana. Acara dihadiri 15 orang undangan dari berbagai unsur.

Sigit sedang berbagi ilmu anggur kepada warga Desa Karya Jaya

Sesudah perkenalan seperlunya, acara segera dimulai dengan membuka wawasan bertani secara cerdas, artinya pandai-pandai memilih tanaman yang dibudidayakan. Beberapa komoditas saya beberkan potensinya, termasuk anggur. Dan begitulah, sampai di topik anggur perhatian peserta yang hadir sangat terlihat. Mereka antusias bertanya berbagai hal tentang anggur. Beberapa peserta ingin langsung praktek di lahan sendiri, tetapi mereka tidak tau, cara mendapatkan bibit yang valid dan berkualitas.

Akhirnya diskusi kita tutup dengan menghitung biaya untuk mendirikan sekedar green house sederhana beratap plastik UV dengan rangka dari bambu dan kayu ulin yang mudah didapat di situ. Dibuatlah kesepakatan kilat, biayanya dipikul separo-separo antara desa dengan Kagama Kaltim termasuk pengadaan bibitnya. Rencananya yang akan menangani penanaman anggur di desa Karya Jaya adalah ibu-ibu KWT. Hebat sekali responnya menurut saya.

Warga Karya Jaya menyimak dengan penuh antusias pemaparan Sigit

Saking semangatnya, begitu acara kita tutup langsung dilanjut pengukuran lahan di halaman balai desa yang akan digunakan untuk mendirikan green house. Gerak cepat dari mas Didik memang layak diacungi jempol. Menjadi motor penggerak memang tidak mudah. Apalagi bila sudah masuk dalam team Satgas Desa Inklusif, pada saat tertentu semua daya upaya harus tercurah agar hasilnya segera tampak. Yang artinya kepercayaan masyarakat akan segera timbul dengan sendirinya. Mereka pasti berharap banyak, dan kita wajib menjadi fasilitator yang mumpuni. Semoga ke depan harapan masyarakat desa Karya Jaya segera terwujud, satu demi satu.

Akhirnya sebelum saya balik ke Yogyakarta, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih pada warga Kagama Kaltim terutama mas Didik yang sudah mengajak jalan-jalan di Balikpapan selama 2 hari penuh. Oleh-oleh kopinya mantab sekali. Salam hangat untuk teman-teman Kagama Kaltim semua. Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua. Amin.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*