Dr. Riris Andono Ahmad: Hidup Sehat & Mematuhi Protokol Kesehatan Langkah Paling Tepat Menghadapi Covid-19

Minggu (23/5/2021) pukul 09:00 – 14:00 WIB, Universitas Gadjah Mada dan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) menyelenggarakan syawalan online se-Indonesia Raya melalui Zoom Meetings dan disiarkan langsung lewat kanal Youtube Kagama Channel. Pada kesempatan tersebut dr. Riris Andono Ahmad, MD, MPH, Ph.D. tampil dalam sesi safety moment menyampaikan paparannya yang berjudul “Mobilitas, Mutasi dan Skenario Pandemi Covid-19”.

Dr. Riris memberikan paparannya berangkat dari pertanyaan kapan Covid-19 berakhir? Secara global, pandemi Covid-19 sedang berada pada fase gelombang kedua. Peningkatan kasus terus bertambah disebabkan karena adanya euphoria ketersediaan dan kampanye vaksinasi, peningkatan mobilitas paska restriksi mobilitas ketat, relaksasi aturan dan mobilitas dan protokol kesehatan. Negara India misalnya, hiruk pikuk kampanye politik dan perayaan keagamaan yang dilakukan dengan festival yang menyebabkan kerumunan massal dan mobilitas secara massif. Akibatnya, terjadi mutasi virus Covid-19 dengan peningkatan kemampuan penularannya.

“Saya meyakini bahwa virus Covid-19 tidak bisa jalan-jalan, orang-oranglah yang membawa virus Covid-19 tersebut dengan mobilitasnya.” ujar dr. Riris, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pusat Kedokteran Tropis FKKMK.

Tren kasus Indonesia dibandingkan India cukup jauh perbedaannya. Pola tren laju pandemi epidemi Covid-19 Indonesia berlangsung lebih lambat. Indonesia baru selesai melewati gelombang pertama pandemic Covid-19. Kondisi sosial masyarakat dan mobilitas yang mirip dengan India di khawatirkan akan berpotensi mengakibatkan gelombang kedua pandemi Covid-19 di Indonesia. Mobilitas dan tren Covid-19 di India meningkat akibat perayaan keagamaan Hindu yang secara massal dan mobilitas dan tren Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan akibat mobilitas penduduk Indonesia jelang lebaran atau mudik yang hampir terjadi di semua provinsi.

“Mutasi virus merupakan sesuatu yang alami dan selalu terjadi. Mutasi adalah bagian dari adaptasi dan evolusi pada virus. Mutasi virus Covid-19 berdampak pada peningkatan kemampuan penularan, derajat keparahan penyakit yang ditimbulkan dan mempengaruhi efektivitas vaksin. Hal tersebut merupakan variabel penting yang mempengaruhi skenario akhir pandemi.” ungkap pria yang menyelesaikan doktoralnya di Department of Public Health, Erasmus MC, Rotterdam, Belanda.

Upaya pemberian vaksin secara massal merupakan satu-satunya cara sampai sekarang untuk menghentikan laju penyebaran Covid-19. Amerika Serikat dan Israel adalah dua negara yang berhasil mengendalikan Covid-19 dengan program vaksinasi. Program vaksinasi dapat berjalan dengan sukses diikuti dengan cakupan dan kecepatan melakukan vaksinasi untuk mencapai kekebalan massal atau herd immunity.

“Jika menggunakan rumus herd immunity, dengan rumus Rₒ= 3 dan P>70% populasi penduduk, maka untuk negara kita diperlukan 185,5 juta penduduk yang sudah divaksinasi.” imbuh dr. Riris.

Pertanyaan pun muncul dari skema herd immunity tersebut. Apakah vaksin Covid-19 akan menghentikan laju pandemi? Kemungkinan untuk mencapai untuk herd immunity sulit dicapai. Hal tersebut berkaitan dengan vaksinasi yang tidak bertujuan untuk mematikan virus melainkan mencegah laju penularan dan mengurangi jumlah kasus yang bertambah dengan jumlah kapasitas fasilitas kesehatan yang melayani serta mengurangi angka kematian. Kemungkinan pandemi Covid-19 untuk segera berakhir sulit untuk dicapai hal tersebut dikarenakan kampanye vaksinasi yang sulit untuk mencapai herd immunity secara global dengan target vaksinasi 5,5 milyar sulit untuk dicapai.

“Pandemi tersebut akan berevolusi menjadi flu musiman. Mutasi virus dan mobilitas berpengaruh terhadap kemunculan gelombang-gelombang berikutnya. Sehingga, satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan prinsip hidup sehat dan bersih, serta mematuhi protokol kesehatan 5M yakni, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak secara fisik, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumuman massal.” demikian pungkas dr. Riris. [arma]

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*