PP Kagama bersama Kagama Fotografi kembali menggelar webinar pada hari Sabtu (31/10/2020) jam 15.00 s/d 17 WIB yang sudah memasuki seri 4 dengan judul “Capturing Vibrant Life of Indonesia Underwater”, menghadirkan narasumber utama Purwanto Nugroho, seorang fotografer spesialis bawah laut. Tampil sebagai moderator adalah Mayu Winie Rachmawati. Turut hadir Anton Mart Irianto, Ketua Bidang 1 PP Kagama, memberikan pidato pembukaan.
Dalam awal pemaparannya, Purwanto Nugroho menjelaskan bahwa Indonesia terletak di wilayah yang disebut coral triangle atau segitiga terumbu karang, yaitu kawasan laut yang meliputi Philipina dari ujung utara hingga ke selatan meliputi sebagian Indonesia dan Malaysia, terus ke arah timur melintasi Timor Leste serta Papua Nugini, dan berakhir di ujung paling timur adalah Kepulauan Solomon. Yang spesial wilayah coral triangle ini memiliki tingkat keragaman dan densitas biomassa yang sangat tinggi, dengan banyaknya spesies terumbu karang dan makhluk-makhluk laut penghuninya.
Pusat segitiga ada di Indonesia, membuat negara kita sangat kaya akan keragaman biota laut. Luas terumbu karang di Indonesia menyumbang sekitar 65% dari keseluruhan total coral triangle, dan sebagian besar berada di wilayah negara kita bagian timur. Dengan melihat kondisi tersebut artinya bukan hanya keelokan alam daratan kita yang bisa kita abadikan, namun juga keindahan pemandangan bawah lautnya. Tentu saja itu merupakan sebuah keuntungan buat kita, bisa memotret berbagai macam coral berikut biota lautnya yang cantik.
Ada 2 hal prasyarat agar kita bisa melakukan pemotretan bawah laut. Prasyarat yang pertama adalah kita harus mempunyai peralatannya atau gears, seperti kamera, housing dan lighting.
Yang kedua karena kita harus turun ke bawah laut artinya kita harus menyelam, dan untuk menyelam harus melalui pelatihan dan memperoleh sertifikasi selam. Beruntung di Indonesia untuk recreational diving mudah didapatkan di pusat-pusat pelatihan menyelam dan sertifikasinya diakui di dunia internasional. Levelnya berjenjang dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi, tergantung keminatan dan kebutuhan. Untuk level tinggi semisal mau menjadi profesional tidak ada batasan usia untuk itu namun harus tetap mempertimbangkan faktor kesehatan.
Sebagian besar materi pelatihan diving berkaitan dengan safety. Untuk memastikan kita fit melakukan penyelaman dengan aman dan nyaman, sehingga akhirnya kita bisa menikmati pemandangan bawah laut. Tentunya bukan hanya aman buat kita saja, namun juga buat lingkungan di mana kita melakukan penyelaman.
Sebelum menyelam sebaiknya kita pahami dulu karakteristik air dan dampaknya terhadap cahaya. Yang pertama adalah absorbsi, yaitu kemampuan air dalam menyerap cahaya. Makin dalam cahaya menembus air maka warnanya akan semakin banyak terserap. Dimulai dari warna merah sampai yang paling jauh menembus kedalaman air adalah warna biru. Itulah alasan mengapa laut nampak biru, karena warna-warna lain sudah terserap oleh air dan yang dipantulkan ke mata kita hanyalah warna biru. Semakin turun ke kedalaman tertentu sebuah obyek hanya akan berwarna biru atau hijau. Untuk itulah perlunya cahaya buatan agar obyek terlihat warna aslinya.
Yang kedua adalah refraksi, yaitu pembiasan cahaya di dalam air yang menyebabkan obyek pada jarak yang sama akan terlibat lebih dekat atau lebih besar. Refraksi tidak berpengaruh terhadap hasil foto namun tetap harus kita pahami.
Berikutnya Purwanto menjelaskan peralatan apa saja yang diperlukan untuk pemotretan bawah laut. Yang pertama tentu saja kamera. Kamera bisa apa saja namun yang terpenting harus ada housing atau wadah kedap air untuk melindungi kamera. Yang kedua seperti telah disinggung sebelumnya kita membutuhkan lighting, berkenaan dengan karakteristik air untuk membantu memotret obyek biota laut keluar warna aslinya.
Setelah peralatan lengkap, langkah berikutnya sebelum menyelam ke dalam laut adalah berlatih terlebih dulu. Setelah berlatih dan percaya diri serta sudah menguasai konfigurasi peralatan, saatnya melakukan penyelaman yang sebenarnya. Lalu satu hal yang tidak boleh dilupakan saat memotret adalah harus memperhatikan faktor keamanan. Tidak boleh membahayakan diri kita sendiri, teman sesama penyelam, coral dan biota laut lainnya.
Ada 3 hal spesifik yang berhubungan dengan keamanan. Yang pertama adalah buoyancy, yaitu kemampuan penyelam untuk secara rileks melakukan kontrol keseimbangan berat beban yang dibawa, banyaknya udara dalam jaket selam, dan juga pengaturan nafas. Sehingga penyelam dapat mengatur daya apungnya. Bila dilakukan dengan baik penyelam akan bisa menghemat konsumsi udara, menghemat tenaga dari gerakan yang tidak perlu, menjaga coral dari kerusakan, dan bisa mendekati obyek sesuai yang diinginkan.
Berikutnya adalah apa yang disebut the dead zone, yaitu teknik di mana kita memanfaatkan lokasi di bebatuan / pasir / karang mati sebagai pijakan dengan menggunakan jari tangan atau ponter sehingga kita dapat leluasa bergerak perlahan untuk mendekati obyek secara stabil. Tanpa harus menggunakan gerakan-gerakan yang menyebabkan obyek kabur atau mengangkat pasir-pasir di dasar yang bisa merusak keindahan gambar.
Yang terakhir adalah shooting ethics, yaitu tidak ada alasan untuk menghasilkan foto bawah laut yang bagus dengan harus mengorbankan hewan-hewan laut yang kita potret. Lebih bagus memotret dalam kondisi alamiah dan natural, tidak perlu melakukan seting seperti memindah obyek sesuai kemauan kita tapi ujungnya membahayakan obyek.
Setelah selesai kemudian saatnya melakukan post processing. Sama seperti memotret di darat, mengambil foto di bawah laut kadang juga perlu dilakukan adjustment, yaitu khususnya backscatter removal. Backscatter merupakan efek yang terjadi akibat kondisi air laut yang mengandung partikel-partikel kecil, yang mana saat kita menggunakan flash maka partikel tersebut akan terkena cahaya dan ikut terekam oleh sensor dengan penampakan bintik-bintik putih. Sebenarnya saat memotret bisa juga kita mengurangi efek backscatter ini dengan pengaturan flash yang tepat. Makin keliru kita menempatkan flash maka akan semakin banyak backscatternya.
Selanjutnya Purwanto menerangkan ada 4 kategori obyek yang biasa dipotretnya di bawah laut. Yang pertama adalah seascapes atau lanskap bawah laut, seperti coral, lembah, lereng, bukit, goa, dll. Seperti di darat, di bawah laut ada juga ray of light yang mampu menambah keindahan foto. Lalu ada yang namanya sand channel, seperti air terjun tapi yang jatuh adalah pasir karena peristiwa alam. Kemudian ada juga goa-goa bawah laut yang sangat indah. Ada sensasi tersendiri saat memasuki lorongnya yang gelap dan panjang, namun di dalamnya sungguh terlihat coral berbagai warna berikut ikan-ikan penghuninya yang cantik.
Obyek berikutnya adalah perilaku hewan laut yang sedang bergerombol, makan, berburu, bersarang, bersimbiosis, dll. Ada yang unik, di bawah laut ada yang namanya cleaning station yaitu pada sebuah terumbu karang ikan-ikan besar seperti pari manta, hiu, lumba-lumba, dll antri secara bergiliran membiarkan tubuhnya dibersihkan oleh ikan atau udang kecil pembersih. Beberapa makhluk laut yang menarik untuk diabadikan misalnya pari manta saat sedang makan plankton, belut Morray yang bercorak warna-warni, decorated crab atau kepiting yang sangat suka berdandan dengan meletakkan coral di tubuhnya, siput laut jenis spanish dancer yang suka menari, berbagai jenis udang yang tinggal di anemon, kuda laut, ikan pygmy gobi yang ukurannya sangat kecil, dsb.
Obyek selanjutnya adalah obyek artifisial atau buatan manusia tidak sengaja berada di dasar laut semisal bangkai kapal yang tenggelam. Dan ada juga yang sengaja diletakkan bertujuan sebagai terumbu karang buatan agar menjadi habitat hewan laut.
Obyek terakhir adalah manusia. Kita bisa memotret diri sendiri dengan cara selfie atau memotret rekan sesama penyelam secara candid. Akan lebih bagus terlihat coral atau hewan-hewan laut yang ada di sekitarnya. Atau bisa memadukan dengan perilaku biota laut. Selain rekan penyelam kita bisa memotret penduduk lokal baik dewasa atau anak-anak yang sedang melakukan aktifitas di laut.
Di akhir pemaparan, Purwanto mewanti-wanti kepada semuanya agar kita menjadi penyelam yang bertanggung jawab. Respek kepada biota laut, respek kepada rekan penyelam, dan yang terutama harus respek kepada diri kita sendiri. Jangan sampai lupa di bawah laut kita adalah tamu. Kita jangan memaksakan hal yang tidak aman hanya agar memperoleh foto yang bagus. Yang terpenting adalah kita harus ikut menjaga kelestarian alam bawah laut demi kesinambungan kehidupan manusia. Hasil jepretan kita semoga bisa membantu mempromosikan keindahan bawah laut Indonesia.
*) Materi webinar bisa dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=nGwwwLYN_-o&t=2928s
Leave a Reply