Inspirasi Kagama 4: Meraup Keuntungan Lewat Bisnis Kecil

Sabtu (29/8/2020) jam 13.30 – 15.00 WIB berlangsung Zoom meeting dengan tema “Inspirasi Kagama 4: Meraup Keuntungan Lewat Bisnis Kecil” diikuti oleh sekitar 50 orang. Tampil sebagai host adalah Delta Hatmantari (Teknik Arsitektur ’85), menampilkan narasumber utama drg. Dian Nirmalasari (FKG ’89) yang merupakan pemilik “Burger Dinar”. Hadir pula AAGN Ari Dwipayana, Sekjen PP Kagama, memberikan pidato pembukaan.

Tampil di awal acara, Ari Dwipayana menyatakan salut kepada webinar bertema Inspirasi Kagama sebagai sarana berbagi yang telah memasuki episode 4. Di mana teman-teman Kagama di masa pandemi ini melakukan sesuatu yang bermanfaat bukan hanya buat anggotanya tapi kepada masyarakat luas, yang disebut migunani. Untuk menjadi migunani penting mengajak narasumber yang memiliki inovasi-inovasi dan mampu memberikan inspirasi bagi kita semua. Di masa pandemi ini penting sekali menggerakkan ekonomi dari rumah. Meski pandemi memang membatasi ruang kita untuk bergerak, namun pastinya masih banyak hal kreatif dan inovatif yang bisa kita kerjakan.

AAGN Ari Dwipayana, Sekjen PP Kagama

Beruntung di masa pandemi ini sudah ada market place yang bisa menjadi media kita buat jualan online. Kita berharap jualan dalam platform digital di negara kita tidak diisi oleh produk-produk asing atau impor, namun oleh produk-produk lokal bikinan dalam negeri. Yang tentu saja tujuannya untuk bisa lebih menggerakkan roda ekonomi. Maka ide-ide kreatif dan inovatif sangat diperlukan untuk melahirkan produk-produk baru lokal.

Dian Nirmalasari yang tampil sebagai narasumber utama menceritakan dengan heroik kisah jatuh bangunnya membesarkan usaha “Burger Dinar” miliknya. Pernah berhenti bisnisnya karena suatu hal, namun hebatnya Dian bisa bangkit kembali dan kini burger jualannya mulai berkibar lagi.

Dian Nirmalasari owner “Burger Dinar”

Dian mengawali kiprahnya berbisnis burger pada tahun 2002 saat ia masih buka praktek sebagai dokter gigi di Magelang, dengan merk dagang “Burger 211”. Di alun-alun Magelang sebelah selatan ia berjualan burger memakai warung tenda di depan kliniknya. Modal awal waktu itu tidak besar yaitu total cuma 5 juta, untuk beli tenda 4 juta dan perlengkapan 1 juta. Tak disangka pada hari pertama ia jualan sudah laku 50 burger. Karena kerepotan akhirnya ia mempekerjakan 2 orang karyawan yang kerjanya bergiliran dari jam 13.00 s/d 21.00 WIB. Omzetnya jadi lumayan naik yaitu 100-150 burger perhari.

Namun tidak berapa lama penjual burger yang dulu pernah jualan di alun-alun kembali membuka lapaknya lagi. Sekedar informasi memang sebelumnya di alun-alun sudah ada yang jualan burger di sisi sebelah barat tapi tutup entah apa alasannya. Yang membuat Dian agak jengah adalah pesaingnya itu membeli roti bahan burger di toko yang sama. Akhirnya Dian membeli mikser kapasitas 3 kg untuk membuat adonan roti sendiri.

Setelah itu dalam jangka waktu yang tidak lama tiba-tiba omzet burgernya turun menjadi 20-30 burger perhari. Setelah ditelisik ternyata ada kompetitor baru yang bisa mengunggulinya. Dengan bermodal 2 gerobak yang mobile bergerak mampu meraup sebagian besar pangsa pasar penggemar burger di Kota Magelang.

Akhirnya Dian berkeputusan untuk mengikuti jejak pesaingnya itu dengan membikin gerobak juga untuk mendukung warung tendanya. Dari 1 gerobak yang keliling hasilnya lumayan juga yaitu sekitar 75 burger perhari. Dalam jarak waktu 3-4 bulan Dian menambah lagi armada gerobaknya sehingga menjadi 3. Saat itulah nama merk dagang awal “Burger 211” berganti nama menjadi “Teen’s Burger” karena pangsa pasar utamanya memang anak-anak dan remaja.

Pelan-pelan usaha Dian mulai berkembang pesat. Sekitar tahun 2005 ia berhasil memiliki 25 unit gerobak yang mobile tersebar di 5 kota, yaitu Magelang, Yogyakarta, Muntilan, Purworejo dan Wonosobo. Dengan omzet per bulan bisa mencapai 10.000 – 15.000 burger.

Pak Wahdi karyawan paling loyal sumber inspirasi Dian bangkit kembali dari keterpurukan

Namun namanya bisnis pasti ada saja pasang surutnya. Karena persaingan dan perubahan jaman, pada tahun 2011 Dian terpaksa menutup bisnis burgernya. Tapi ada satu karyawan tua yang sangat loyal namanya pak Wahadi menolak untuk berhenti. Hal itu yang membuat hati Dian tersentuh, yang akhirnya membuatnya berkeputusan untuk tetap selalu mendukung langkah pak Wahadi. Ketika tahun 2012 ia pindah ke Yogyakarta bisnis burgernya dihidupkan lagi dan berganti nama menjadi “Dinar Burger”. Nama Dinar diambil dari inisial namanya yaitu Dian Nirmalasari.

Pada tahun 2019 Dian memutuskan untuk mengembangkan usaha burgernya secara lebih serius. Ia secara kreatif menciptakan jenis-jenis burger yang lain daripada yang lain, sehinggap terciptalah beef burger, tuna burger, chicken burger, mini burger dan jumbo burger. Intinya adalah agar tampil beda dan menarik perhatian konsumen. Ternyata mini burger yaitu burger kecil dengan diameter cuma 6 cm sangat digemari pembeli. Hal itu memunculkan ide di kepala Dian yang lalu membuat terobosan dengan menjualnya dalam sebuah paket berisi 10 pcs burger. Terkait dengan terobosan yang pertama selanjutnya disusul terobosan kedua yaitu membuat frozen burger, dengan pertimbangan bisa melayani konsumen di luar kota. Jadi bagi penggemar “Burger Dinar” tidak perlu jauh-jauh harus ke Yogya.

*) Materi webinar bisa disimak di chanel Youtube https://www.youtube.com/watch?v=4wqYmUfYUEY