Inspirasi Kagama 3: Homemade Frozenfood Menjawab Keinginan Pasar Akan Makanan Sehat dan Praktis

Sabtu (15/8/2020) jam 13.30 – 15.00 WIB berlangsung Zoom meeting dengan tema “Inspirasi Kagama 3: Homemade Frozenfood Menjawab Keinginan Pasar Akan Makanan Sehat dan Praktis” diikuti oleh sekitar 40 orang. Sebagai host adalah Delta Hatmantari (Teknik Arsitektur ’85), menampilkan narasumber utama Miftahuraifah Qurotun Aini (Geografi 2001) yang merupakan owner “Dapur Aeene”.

Aini mengatakan seiring perkembangan jaman, mobilitas masyarakat semakin meningkat sehingga gaya hidup berubah ke arah yang serba praktis. Kondisi inilah yang dilirik kalangan produsen makanan untuk membuat produk yang praktis sekaligus sehat tanpa tambahan bahan kimia buatan (pengawet, pewarna, perasa dan pemanis). Pada pandemi ini keberadaan frozen food makin menjamur. Semakin banyak yang membuat makanan praktis yang sehat untuk keluarga pada khususnya dan masyarakat penikmat frozen pada umumnya.

Untuk memulai usaha bisnis homemade frozenfood tentukan dulu unit sellingnya, lalu memikirkan modalnya dari mana, memilih peralatan yang tepat dan terakhir bagaimana metode pemasarannya.

Dalam menentukan unit selling penentuan produk yang dijual dapat berbarengan dengan penentuan target market, karena poin penelitiannya hampir sama. Kenali kemampuan diri dan minat pasar, mau menjualkan produk orang lain ataukah sebagai produsen. Kemudian tentukan jenis barang sesuai minat pasar semisal hoby, fashion, makanan, dll. Lalu cek target market, jenis barang apa yang paling diminati dan dibutuhkan.Tentukan keunikan barang sehingga punya value lebih dari barang lain yang sejenis. Berkreasilah dan berinovasi mengikuti pasar, serta jangan lupa tes pasar dengan menjual ke kalangan terbatas terpilih (orang sekitar yang mampu menilai suatu barang dengan jujur) dan minta feedback mereka.

Miftahuraifah Qurotun Aini narasumber utama pemilik “Dapur Aeene”

Untuk sumber permodalan bisa dari modal sendiri ataupun pinjaman dari bank atau pihak lain. Atau bisa juga mengurangi resiko jualan dengan tidak perlu modal besar dengan cara menjadi reseller, dropship atau sistem pre order.

Dalam memilih peralatan harus disesuaikan dengan kebutuhan, budget, review produk, ketersediaan service center di dalam kota / kota terdekat, kemudahan & harga sparepart.

Untuk metode pemasaran hal pertama yang harus diingat tentang pemasaran di manakah target market kita berada. Lalu cara pemasaran kita harus mengikuti perkembangan zaman. Pemasaran harus kuat baik di media online ataupun offline. Kelihatan sepele, tapi menjaring pelanggan kemudian meyakinkan produk kita punya nilai lebih itu perlu kemampuan khusus. Perlu perpaduan product knowledge dan strategi. Komunikasi harus mumpuni, apalagi kalau produk kita belum banyak dikenal orang. Setelah lisensi produk didapat, perluas ruang gerak pemasaran sembari memperbaiki sistem pengemasan dan pengiriman, baik dalam kota maupun luar kota. Bangun jaringan bisnis dengan distributor, agen, reseller, dll.

Dalam mengawali bisnis banyak yang bingung produknya mau dijual harga berapa dan berapa keuntungan yang akan didapat. Cara menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP) bagi pelaku usaha punya rumusan dan aturan yang berbeda-beda, tergantung dari tujuan yang mau dicapai. Ada yang menjual mahal namun ada pula yang menjual tidak terlalu mahal tapi dia mengejar kuantitas atau jumlah omzet.

Dalam berbisnis pasti ada kompetitor. Kita jangan hanya berpikir mereka adalah sekedar pesaing, namun pahamilah bahwa kompetitor juga ada peran pentingnya. Yang pertama justru menjadi pemicu ide kreatif, di mana kompetitor akan “memaksa” diri kita lebih berkembang, lebih berinovasi, lebih kreatif agar usaha kita tidak jalan di tempat. Yang kedua, dengan adanya kompetitor kita tidak bisa asal-asalan memberikan pelayanan kepafa pelanggan. Jangan sampai pelanggan meninggalkan kita dan beralih ke kompetitor kita hanya karena servis yang kurang baik. Yang ketiga, sebagai tolok ukur keberhasilan di mana mindset kita adalah produk dan layanan harus lebih baik dari kompetitor. Ketika kita sudah lebih baik dari sebuah kompetitor, bukan lantas kita puas dengan hasil yang sekarang, namun kita harus cari kompetitor lain yang lebih besar.

Aini juga menceritakan awal mula ia mengawali bisnis frozen food. Bicara modal awalnya hanya dari mengumpulkan keuntungan jualan cemilan yang diorder by request. Pada saat ia sangat butuh mesin vakum sedangkan modal yang terkumpul belum seberapa, akhirnya ia merambah ke usaha aksesoris wanita (tas branded & lokal, busana muslim, dll) dengan sistem pre order dan dropship. Akhirnya pelan-pelan ia bisa membeli mesin vakum.

Untuk marketing sampai saat ini ia masih mengandakan sosmed. Untuk penjualan ia membuatnya menjadi 2 bagian berdasarkan kebutuhan pasar. Penjualan dengan sistem pre order (PO) dan ready stock. Untuk yang ready stock adalah produk yang paling sering dicari dan dijadikan menu ghost resto. Untuk produk PO, adalah produk yang dibuat by request pelanggan. Untuk memaksimalkan kuantitas produksi per hari, dibuat iklan PO beberapa hari sebelum waktu produksi.

Mengenai masalah kendala, dikarenakan makanan yang ia produksi adalah tidak memakai bahan pengawet jadi harus segera dimasak atau dibekukan. Oleh karena waktu pengiriman terbatas, jadi hanya bisa menggunakan layanan pengiriman khusus. Padahal pengiriman khusus tidak tersedia di semua kota di Indonesia. Distribusi barang baru bisa dilakukan di dalam kota. Luar kota bisa juga tapi harus yang terjangkau layanan super express seperti Paxel dan Rail Express.

Dalam pemaparan terakhirnya, Aini menceritakan tantangan yang dihadapi ke depannya seperti apa. Yang pertama tentu saja masalah perijinan instansi terkait seperti BPOM, Dinkes, dan sertifikat halal. Lalu diversifikasi produk yang harus dipikirkan secara kreatif. Serta packaging produk perlu diperbaiki, lebih informatif dan aman.