Feriawan Agung Nugroho Alumnus Sosiatri yang Sepenuh Hati Mendarmabaktikan Hidupnya untuk Sesama

Feriawan Agung Nugroho lahir di Semarang 11 Februari 1977. Pendidikan dari SD sampai SMA ditempuhnya di kampung halamannya, Semarang. Setamat dari SMA Sedes Sapientiae tahun 1995 Feri melanjutkan studinya di Fisipol Jurusan Sosiatri UGM. Saat kuliah ia sangat aktif berorganisasi seperti berkiprah di HMI MPO & Jamaah Salahudin. Pernah menjadi Ketua Korps Mahasiswa Sosiatri (Komatri) tahun 1998-1999, serta menjabat sebagai Ketua BEM Fisipol periode 1999-2000.

Feri di tempat kerjanya Balai Rehabilitasi Sosial Pengasuhan Anak di Bimomartani, Jaten, Sleman

Feri meraih gelar sarjananya pada tahun 2002. Sejak saat itu ia aktif berkecimpung di LSM. Tahun 2010 saat ada lowongan di Dinas Sosial ia mendaftarkan diri & tak dinyana diterima mengingat umurnya yang sudah mendekati batas maksimal calon pegawai yang disyaratkan. Tahun 2011 SK pengangkatannya keluar sehingga resmilah ia menjadi PNS. Penempatan pertamanya di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Unit Abiyoso Pakem, Sleman.

Menemani para lansia berwisata ke Goa Cemara

Di PSTW Abiyoso tugas utama Feri menangani lansia penghuni panti, yang secara umum adalah lansia yang terlantar di DIY dikarenakan hidup dalam kemiskinan, tidak memiliki keluarga, terpisah dari keluarga, hidup menggelandang, ataupun tidak ada orang yang merawatnya. Mereka masuk ke panti karena adanya rujukan dari berbagai pihak. Tugas Feri adalah memastikan pelayanan terbaik lansia tersebut mulai dari tahap pendekatan awal sampai dengan pelayanan dinyatakan selesai. Pada tahap pendekatan awal, biasanya ia melakukan kunjungan lapangan ke lokasi lansia tersebut dilaporkan terlantar oleh masyarakat atau aparat setempat. Misalkan saja di bantaran Kali Code, di perkampungan, pelosok desa ataupun di rumah penduduk. Kadang ada yang kondisi tempat tinggalnya berantakan, kotor, penuh dengan sampah, bau pesing, ataupun di dekat kandang ayam atau kandang ternak.

Menemani para lansia penghuni PTSW Abiyoso piknik ke keraton

Kalau dirasa layak, lalu dilakukan penjemputan untuk diberikan tempat di Balai PSTW. Jika memang difabel, maka diberikan alat bantu yang sesuai. Jika dalam kondisi bedrest atau tidak bisa lagi beraktivitas, maka bisa ditempatkan di ruang perawatan khusus. Selama di Balai PSTW lansia akan mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik, sandang, pangan dan papan, juga pelayanan seperti bimbingan rohani, bimbingan psikologi, pengembangan hobi, diajak bernyanyi, senam dan bersosialisasi.

Selama di Balai pula Feri mendapati pengalaman unik dari lansia-lansia ini, seperti persoalan konflik antar mereka yang kerap terjadi karena masalah sepele, lansia saling jatuh cinta, lansia yang ngambek, ataupun mogok beraktivitas. Sering pula terjadi peristiwa mengharukan seperti lansia yang dipertemukan dengan keluarganya yang lama terpisah, lansia yang meregang nyawa, lansia yang berangsur-angsur kondisi fisiknya menurun bahkan berpamitan sebelum meninggal dunia.

Feri ikut bermain dan beraktifitas di halaman bersama anak-anak penghuni BRSPA

Setelah lama berkecimpung dengan persoalan lansia, sejak 1 Juni 2020 Feri dimutasi ke Balai Rehabilitasi Sosial Pengasuhan Anak (BRSPA) di Bimomartani, Jaten, Sleman. Mutasi dilakukan karena memang sudah terlalu lama ia di dunia lansia dan butuh penyegaran untuk menangani persoalan sosial yang berbeda. Di BRSPA, yang ditangani adalah anak-anak terlantar dari usia bayi sampai dengan usia SMK. Anak-anak ini merupakan anak-anak terlantar dari berbagai latar belakang persoalan sosial seperti ketiadaan orang tua, ketidakmampuan sosial orang tua dalam membesarkan anak sehingga anak salah asuhan, korban KDRT, korban trafficking, kekerasan seksual, orang tua yang memiliki persoalan psikologis, gangguan jiwa, ataupun narapidana, orang tua yang menggelandang ataupun menjadi pengemis, anak yang dieksploitasi untuk bekerja atau mengemis, dan kondisi lainnya yang kurang lebih mirip.

Fungsi balai rehabilitasi ini adalah bagaimana mengubah atau merehabilitasi kondisi anak yang memiliki persoalan sosial psikologis ini menjadi lebih sejahtera dan siap untuk mandiri di masyarakat. Tugas Feri, sama sebagaimana pekerja sosial umumnya, memastikan pelayanan terbaik untuk anak-anak yang menjadi penghuni balai ini. Misalkan saja ketika masih bayi, tentu memerlukan perawatan fisik full time 24 jam yang harus ia koordinasikan dengan pramusosial. Ketika balita, selain memastikan ketercukupan kebutuhan pokok, maka harus dipikirkan pula pemenuhan kebutuhan pendidikan, kasih sayang, permainan dan hiburan, budi pekerti, dan sejenisnya. Ada juga yang merupakan anak-anak berkebutuhan khusus seperti down syndrome dan low intelegensia yang juga membutuhkan penanganan yang berbeda. Di sinilah tugas Feri memikirkan, merencanakan, dan juga mengkoordinasikan pemenuhan kebutuhan itu dengan pihak-pihak terkait ataupun unsur profesi lainnya di Balai ini.

Salah satu kegiatan anak-anak di balai yaitu mencari ilmu lewat internet

Di dunia anak terlantar yang baru 2 bulan berjalan ini banyak sekali hal-hal menarik sepanjang Feri mengakrabi mereka. Anak-anak yang sepintas terlihat sehat, ternyata memiliki masa lalu yang kelam. Ada yang disiksa, dilecehkan, diperdagangkan, ataupun diperlakukan semena-mena. Bentuk-bentuk ekspresi seperti kejahilan, kenakalan, bullying, pembangkangan menjadi tantangan bagi para staf di balai untuk anak-anak tersebut. Untuk itulah diperlukan bimbingan-bimbingan dan kegiatan yang tepat bagi anak-anak ini agar energi negatif yang meletup-letup di usia mereka yang muda dengan pengalaman yang kelam itu bisa diarahkan menjadi energi positif untuk masa depan mereka agar lebih baik. Mereka butuh dimotivasi, diyakinkan, dikuatkan bahwa mereka punya hak untuk menjadi manusia yang baik dan berguna mulai dari sekarang.

Sejak covid-19 menjadi pandemi, banyak kegiatan-kegiatan berhenti karena ketiadaan anggaran ataupun protokol covid yang tidak mengijinkan berlangsungnya kegiatan seperti rekreasi, sekolah dan bimbingan-bimbingan dari pihak luar BRSPA. Sejak itulah anak-anak harus dikaryakan ataupun diisi kegiatan setiap harinya agar tidak bosan selama ada di balai.

Feri bersama sebagian anak-anak penghuni panti yang sudah menginjak usia remaja

Feri bersyukur dikarenakan adanya jejaring sosmed yang menghubungkannya dengan netizen, membuat kepedulian masyarakat kepada anak-anak di sini bisa terfasilitasi. Banyak netizen dari Kagama maupun non-Kagama memberikan bantuan mulai dari buku-buku, alat musik, alat bercocok tanam, alat pendidikan, pakaian bekas, alat olah raga, makanan, makanan kecil, bahkan bantuan sarana-prasarana penting seperti perlengkapan IT dan multimedia untuk perpustakaan. Bahkan ada alumni yang rutin sudah satu bulan ini memberikan kiriman makanan kecil tiap hari Sabtu. Terakhir, ada alumni yang membantu kebutuhan anak-anak yang berkebutuhan khusus untuk pengadaan lapisan spons di dinding kamar mereka. Ceritanya, ketika anak-anak ini emosi maka mereka cenderung membentur-benturkan kepala ke dinding. Sehingga kalau tidak dilapisi lapisan penahan benturan, mereka akan berisiko cedera.

Feri begitu dicintai anak-anak penghuni BRSPA meski baru 2 bulan bertugas disana

Feri mengungkapkan jelas sangat mengharapkan peran serta dari warga Kagama dalam bentuk apapun. Tetapi lebih khususnya yang menjadi kebutuhan di balai ini adalah pertama, kesediaan teman-teman Kagama untuk memberikan motivasi kepada anak-anak ini. Misalkan dengan hadir dan mengajar atau menularkan inspirasi kepada anak-anak ini dengan mengajarkan tips dan trik menulis, mengembangkan hobi, ataupun menceritakan pengalaman agar nantinya bisa sukses.

Selain itu, yang sementara ini dibutuhkan adalah bantuan terkait dengan sarana bermain dan berolah raga yang sudah banyak rusak. Misalkan saja ring basket dan bolanya yang sudah tidak bisa dipakai. Lalu tempat mainan anak-anak yang sekarang sudah pada rusak seperti ayunan, jungkat jungkit dan prosotan yang terpaksa diamankan karena sudah rusak dan berpotensi mencederai anak-anak. Butuh biaya perbaikan yang selama covid ini tidak mudah mengambil dari APBD yang sudah dipotong banyak untuk subsidi bantuan sosial bagi masyarakat luas di DIY.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*