Dr. Jamhari: Antisipasi Krisis Pangan Harus Terpadu Melibatkan Multi Sektor

Minggu (17/4/2021) PP Kagama menyelenggarakan webinar Kagama Literasi #1 dengan membedah buku “Krisis Pangan” karya wartawan senior Kompas, Andreas Maryoto. Salah satu narasumber yang tampil adalah Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, S.P., M.P., yang memaparkan potensi krisis pangan di Indonesia. Dimulai dari fenomena global: supply demand divergen, yaitu perbandingan jumlah penduduk dan ketersediaan bahan pangan. Hal tersebut melahirkan tantangan bagi pembangun neraca pangan dunia tahun 2025 yang memprediksi akan kehilangan kurang lebih 70 juta ton bahan pangan dengan jumlah penduduk dunia yang berjumlah 8 milyar jiwa.

Menurut Jamhari, demand side pangan di Indonesia sudah mulai menunjukkan penurunan terutama pada akses pangan, kualitas pangan rumah tangga, dan tingkat ketahanan pangan. Hal tersebut dipengaruhi terus bertambahnya jumlah populasi penduduk Indonesia namun lahan pertanian yang semakin berkurang.

Supply side pangan di Indonesia yang mengecil akibat banyaknya masalah pertanian seperti konversi lahan pertanian menjadi pemukiman, peminatan yang rendah pada bidang pertanian dan berkurangnya jumlah petani dan lemahnya pada produksi dan distribusi serta hilirisasi produk pertanian sehingga mengakibatkan impor bahan pangan dari luar negeri untuk mencukupi kebutahan dalam negeri.” ucap Dr. Jamhari.

Jamhari menjelaskan involusi pertanian di Indonesia sudah terjadi sejak tahun 1960-an, saat Clifford Geertz mengemukakan teori bahwa jumlah petani Indonesia akan semakin mengecil dan jumlah lahan pertanian semakin sempit. Perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan involusi pertanian yakni dengan mendorong lahirnya generasi muda untuk menjadi petani dan menerapkan pertanian modern dengan teknologi maju untuk menghasilkan produk pertanian yang unggul.

“Kelembagaan petani didorong untuk terlibat aktif membentuk koperasi sebagai solusi untuk modal dan dana darurat masa pra dan paska panen. Kemudian, membuat peran aktif petani untuk ikut bergabung dalam asosiasi dan memasarkan produknya kepada korporasi dengan harga yang bersaing. Selanjutnya, petani didorong untuk memberdayakan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Antisipasi krisis pangan juga perlu menerapkan teknologi pengendalian hama untuk memaksimalkan hasil pertanian, menggunakan teknologi untuk mendorong produktivitas petani, mengaplikasikan teknologi pengurangan losses serta mulai sadar akan penggunaan teknologi ke depannya dalam menunjang aktivitas pertanian.” demikian pungkas Dr. Jamhari. [arma]

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: