Sabtu, (27/02/2021) pukul 15:30 – 17:30 WIB, Pengurus Pusat Kagama bersama Kagama Buah dan Hortikultura (Kabuhor) kembali menyelenggarakan webinar melalui aplikasi Zoom Meetings dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube Kagama Channel. Webinar yang sudah memasuki seri ke-4 tersebut mengangkat tema mengendalikan lalat buah agar hasil panen melimpah. Webinar menghadirkan dua narasumber Dr. Ir. Nugroho Susetya Putra, M.Si (Ahli Ekologi Hama, Dosen Fakultas Pertanian UGM) dan Muhammad Basuki, S.P (Agri Product Development R&D PT Great Giant Pineapple (GGP)). Ketua Bidang VI PP Kagama, Anak Agung Gede Putra berkenan menyampaikan kata sambutan. Acara dipandu oleh Andang Priyanto sebagai moderator dan Budi Asmarawati sebagai MC.
Narasumber pertama, Muhammad Basuki, S.P menjelaskan materinya yang berjudul “Pengelolaan Lalat Buah di Perkebunan Buah“. Basuki menceritakan Great Giant Food (GGF) sebagai grup perusahaan bidang pertanian yang memproduksi buah-buah, produk peternakan dan produk olahannya di Indonesia. Berpusat di Lampung, GGF mempunyai beberapa lini bisnis diantaranya, Great Giant Pineapple yang menghasilkan produk buah nanas, pisang dan jambu kristal. Great Giant Livestock yang menghasilkan berbagai produk olahan susu, dan GGF International menghasilkan produk Yupi Indo Jelly Gum, Sierad Produce (Poultry), Bromelin Enzyme serta Re-juve sebagai pelopor makanan sayur dan buah yang premium dan sehat di Indonesia. Jangkauan ekspor GGF saat ini meliputi 61 negara.
Basuki menjelaskan GGF menerapkan tradisi pertanian setempat dengan kemitraan bersama petani dan menggunakan teknologi Zero Waste yang diintegrasikan dalam konsep Green Production Facility. Pertanian yang melibatkan kemitraan petani untuk menghasilkan buah segar yang diproses melalui green procces meliputi pemakaian bahan organik dan ramah lingkungan serta rantai produksi, distribusi dan konsumsi.
Basuki sebagai lulusan prodi Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas Pertanian UGM mendeskripsikan hama menjadi momok persoalan dalam perkebunan dengan produk buah-buahan dan lalat buah termasuk di dalamnya. Tanaman buah jambu kristal menjadi sasaran utama dari hama lalat buah.
“Lalat buah memiliki siklus hidup satu hingga tiga bulan dengan daur hidup telur-larva-pupa-lalat dewasa. Serangan lalat buah terhadap jambu kristal dapat dikenali dengan adanya lubang-lubang kecil berwarna coklat gelap bahkan cenderung menghitam yang di dalamnya sudah berisi larva lalat buah, sehingga buah jambu kristal menjadi cepat membusuk dan mengurangi kualitas buah untuk dijual dipasaran.” ucap Basuki.
Basuki menambahkan pengendalian menjadi langkah utama untuk menanggulangi serangan lalat buah. Maintenance, harvesting dan packing adalah tahapan yang diperhatikan dalam upaya pengendalian serangan lalat buah. Proses bagging pada jambu kristal merupakan langkah awal menanggulangi serangan lalat buah.
“Namun dalam tahapan bagging masih dapat ditemukan gejala adanya larva lalat buah. Sanitasi kebun dengan aplikasi herbisida baik dengan bantuan koret, mulsa dan LCC (Legume Cover Crop) atau tanaman penutup tanah tanaman perkebunan. Penggunaan perangkap feromon dan aplikasi insektisida dilakukan dengan metode yang tepat dapat membasmi populasi lalat buah sehingga pada tahapan harvesting dan packing, didapatkan banyak buah jambu kristal yang siap panen dan berkualitas untuk dipasarkan kepada konsumen.” ujar Basuki mengakhiri paparannya.
Narasumber kedua, Dr. Ir. Nugroho Susetya Putra, M.Si memaparkan materi dengan judul “Bioekologi dan Strategi Tepat Mengelola Populasi Lalat Buah”. Nugroho memberikan gambaran ilustrasi lalat buah (Bactrocera carambolae) yang memiliki daya jelajah yang tinggi dalam menentukan tempat siklus hidupnya. Polifag yang kisaran inangnya luas akumulasi mencapai 40 butir perhari dengan jumlah 800-1500 butir dalam satu siklus bertelur. Polifag mendapatkan keuntungan dengan menghindari sifat ketahanan tumbuhan inang yang tersedia melimpah. Semua hal tersebut dapat dikenali sebagai perikehidupan lalat buah.
Nugroho menjabarkan pertimbangan strategi pengelolaan menjadi strategi selanjutnya dalam mengelola populasi lalat buah dengan memperhatikan jenis tanaman dan komoditas yang ditanam dengan memperhatikan habitat serta nilai ekonomi yang dihasilkan. Luasan lahan dan keberadaan inang baik ekonomis maupun tidak ekonomis perlu diperhatikan. Teknik dalam melakukan penanaman serta pengelolaan tanaman serta lahan harus diperhatikan baik didalam lahan maupun diluar lahan. Kelengkapan bahan, alat dan teknologi yang mendukung pertanian tanaman serta sumber daya manusia yang mengelolanya juga patut diperhatikan.
“Pilihan teknik pengendalian adalah komponen yang penting dalam menanggulangi serangan lalat buah. Pembungkusan dengan media berbahan plastik menjadi cara sederhana dalam mencegah serangan lalat buah namun hanya cocok untuk buah berukuran relatif besar dan tidak dapat diaplikasikan dengan jumlah banyak. Tingkatan kemasakan buah juga sulit diprediksi keberhasilannya.” ujar Nugroho.
Nugroho sebagai doktor lulusan Bioproduction Sciences, Iwate University of Japan menambahkan pengumpulan buah busuk yang kemudian direndam air panas atau dibakar untuk mematikan larva. Membuat sebuah perangkap dengan mengkombinasikan buah busuk dengan kasa kawat yang membuat lalat buah terjebak dalam perangkap tersebut. Buah busuk dan lalat buah yang tercampur tersebut kemudian dapat diaplikasi sebagai pupuk organik cair.
Pengasapan secara berkala dilakukan dibawah pohon dilakukan untuk mengganggu oviposisi lalat namun hal ini hanya berlaku dalam skala rumah tangga. Penggunaan mulsa juga digunakan untuk membasmi larva yang keluar dari buah untuk menu ke dalam tanah untuk berpupa. Musuh alami lalat buah adalah semut rangrang dapat dikembangkan untuk memangsa larva lalat buah. Pada skala menengah dan besar, pengendalian lalat buah dapat diaplikasikan dengan penggunaan perangkap atraktan dan teknik jantan mandul yang dihasilkan melalui rekayasa genetika.
“Pengendalian lalat buah juga mempertimbangkan beberapa hal yakni, kondisi geografis, topografi, habitat dan administrasi suatu daerah untuk melihat wilayah potensial terserang lalat buah. Koordinasi antar lembaga / instansi dengan skala luas dan berkesinambungan perlu diperhatikan bersamaan dengan kondisi sumber daya manusia yang mengelola pengendalian lalat buah.” ujar Nugroho mengakhiri presentasinya.[arma]
*) Materi webinar selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply