Mengenal Lebih Dekat Vaksinasi COVID-19 untuk Masyarakat

Kamis (11/02/2021) pukul 13:00 – 15:00 WIB, dalam rangka memperingati HUT ke-24, Pusat Kedokteran Tropis UGM berkolaborasi bersama PP KAGAMA menyelenggarakan Webinar melalui aplikasi Zoom dengan tema “Mengenal Lebih Dekat Vaksinasi COVID-19 Untuk Masyarakat”, dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube KAGAMA Channel. Webinar menghadirkan Prof. dr. Ova Emilia M.Med.Ed., SpOG(K), Ph.D (Dekan FKKMK UGM) yang berkenan memberikan pidato pembukaan dan Ganjar Pranowo, S.H., M.IP (Ketua Umum PP KAGAMA) tampil sebagai keynote speaker. Dua narasumber dihadirkan, yaitu dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D (Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM), dan dr. Jarir At Thobari, DPharm., Ph.D. (Dosen FKKMK UGM). Tampil sebagai moderator adalah Adi Nugroho, S.K.M., M.Sc., Ph.D.

Prof. dr. Ova Emilia M.Med.Ed., SpOG(K), Ph.D., Dekan FKKMK UGM

Prof. Ova membuka sambutan tentang 24 tahun usia Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM, kiprah dan sumbangsih kajian dan riset, formulasi kebijakan di bidang Kedokteran Tropis yang sudah semestinya hadir di Indonesia yang beriklim tropis. Permasalahan penyakit malaria, demam berdarah, TBC, kusta dan berbagai penyakit yang menjadi endemik di Indonesia dan Pusat Kedokteran Tropis UGM hadir untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Pandemi Covid-19 juga menjadi bagian permasalahan yang ditangani oleh Pusat Kedokteran Tropis. PKT juga berperan penting dalam penyediaan literasi publik terkait pandemi COVID-19, berperan aktif dalam upaya testing dan tracing dalam menanggulangi COVID-19, dan mengajukan formulasi kebijakan serta kajian permodelan.

Tema yang diangkat dalam HUT Pusat Kedokteran Tropis ke 24 berperan penting dalam menyajikan informasi dan kajian terkait vaksinasi COVID-19. BPOM juga telah mengeluarkan izin terkait penggunaan secara darurat atau emergency use authorization terhadap vaksin Sinovac. Sehingga program vaksinasi nasional dapat berjalan sesuai kaidah prioritas dan prosedur yang berlaku.

Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP KAGAMA

Ganjar Pranowo, Ketum PP KAGAMA yang tampil sebagai keynote speaker menjabarkan permasalahan COVID-19 merupakan permasalahan bersama bangsa Indonesia. Multisektroral yang terdampak pandemi COVID-19 menguji kemampuan dan persatuan Indonesia. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah baik secara nasional hingga daerah.  Kedisiplinan dan saling koordinasi menjadi faktor penting dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Vaksinasi Covid-19 yang berupaya dalam menanggulangi pandemi tidak serta merta berjalan mulus dalam penerapannya. Persoalan halal-haram dan biaya vaksinasi menjadi sorotan publik. Kemudian, Pemerintah mengambil langkah dalam menyelesaikan persoalan tersebut. MUI menegaskan vaksin Covid-19 halal untuk digunakan dan gratis untuk vaksinasi seluruh masyarakat Indonesia. Selanjutnya, Pemerintah melaksanakan kebijakan vaksinasi nasional dengan membagi prioritas penerima vaksinasi Covid-19. Tenaga kesehatan dan pejabat publik menjadi dua kategori awal penerima vaksin.

Ganjar menegaskan dirinya siap menjalani proses vaksinasi sebagai tanggung jawabnya sebagai pejabat publik. Ganjar yang juga sebagai gubernur Jawa Tengah melaksanakan program vaksinasi nasional dengan tegas dan efisien di Jawa Tengah. Akselerasi program vaksinasi nasional di Jawa Tengah digalakkan di berbagai Puskemas, rumah sakit daerah dan rumah sakit provinsi. Hal ini menjadi komitmen bersama dalam menanggulangi pandemi Covid-19.

Ganjar menambahkan bahwa prioritas penerima vaksinasi merupakan kelompok yang mobilitas aktivitasnya tinggi seperti pedagang di pasar, sopir transportasi umum dan transportasi online, kiai-kiai di pesantren dan petugas-petugas publik di lapangan. Sehingga kelompok tersebut bisa menjalankan aktivitasnya dan setelah kelompok tersebut vaksinasi bisa diluaskan kepada kelompok kategori lainnya. Vaksinasi merupakan satu bagian penting menanggulangi Covid-19. Penerapan protokol kesehatan dan gaya hidup sehat adalah bagian penting lainnya dalam menghadapi Covid-19, demikian pungkasnya.

dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D., Direktur Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM

Selanjutnya narasumber pertama, dr. Riris Andono sebagai Direktur PKT UGM menyampaikan pentingnya pemberian vaksin dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Ada dua pertanyaan penting yang sering muncul ketika program vaksinasi dilaksanakanya yakni mengapa perlu adanya vaksin dan seberepa efektifkah vaksin tersebut. Dinamika penyakit Covid-19 akan menular dan menyerang individu rentan yang terpapar virus Covid-19. Perjalanan alamiah Covid-19 dimulai ketika individu rentan terpapar virus kemudian terjadi infeksi yang menyebabkan gejala klinis atau pun tidak mengalami gejala yang selanjutnya membuat individu tersebut bisa sembuh atau meninggal dunia.

Masa terinfeksi virus covid-19 dihitung sebagai masa inkubasi yang kurang lebih berlangsung selama lima hingga tujuh hari. Selanjutnya, saat gejala klinis muncul merupakan periode infeksius (periode penularan) namun penularan terkadang juga terjadi pada masa inkubasi. Hal ini menjadi suatu kesulitan yang dialami oleh para ahli medis. Untuk menghadapi virus tersebut, Strategi protokol kesehatan yakni 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) sebagai langkah awal melindungi diri dari virus Covid-19. Jika terindikasi terinfeksi virus, 3T (Test, Trace dan Treat) dilakukan sebagai upaya melewati periode infeksius virus.

Vaksin secara medis hadir untuk menghapus kerentanan terhadap paparan virus. Individu yang sudah divaksin memiliki imunitas untuk mempertahankan dan melawan penularan virus Covid-19. Teknologi dalam pembuatan vaksin ada tiga jenis diantaranya menggunakan seluruh virus dengan metode dilemahkan dan di inaktifkan kemampuan penularannya, menggunakan sebagian tubuh virus untuk membangun sistem imun pada tubuh manusia, dan menggunakan materi genetika dari virus tersebut. Vaksin Covid-19 yang digunakan sekarang menggunakan tiga teknologi tersebut. Contohnya, Sinovac menggunakan teknologi menggunakan virus Covid-19 secara utuh yang kemudian dilemahkan atau diinaktifasi. Pfizer menggunakan materi genetika dari virus Covid-19.

Riris menambahkan vaksinasi massal bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi yang rentan terinfeksi virus covid-19. Vaksinasi dapat menurunkan risiko infeksi pada populasi, mengurangi kontak fisik kelompok rentan terhadap kasus Covid-19, mengurangi jumlah kasus parah dalam infeksi Covid-19, mengurangi angka kematian akibat Covid-19 dan menghentikan penularan virus selanjutnya membentuk herd immunity (imunitas kelompok) serta pada akhirnya menghentikan pandemi Covid-19.

Vaksinasi merupakan komoditas kesehatan dengan eksternalitas yang tidak hanya menguntungkan bagi penerima vaksin tetapi juga menguntungkan bagi lingkungan sekitarnya. Herd imunity di Indonesia akan tercapai ketika sekitar 70% dari populasi menerima vaksin dan membentuk imunitas pada populasi sekitar 185, 5 juta penduduk Indonesia.

dr. Jarir At Thobari, DPharm., Ph.D., Dosen FKKMK UGM

Narasumber kedua, dr. Jarir At Thobari memaparkan pentingnya pemberian vaksin terhadap kesehatan individu. Vaksinasi merangsang sistem kekebalan dalam tubuh untuk membentuk sel-sel pelindung (antibodi) sebagai pertahanan diri terhadap virus dan bakteri. Vaksin dibutuhkan untuk membentuk kemampuan dalam suatu komunitas dalam melindungi diri dari penularan penyakit baik diakibatkan virus atau bakteri. Secara tidak langsung, vaksinasi melindungi kelompok-kelompok yang rentan seperti anak-anak dan lansia. Vaksinasi merupakan intervensi kesehatan publik yang efektif di dunia setelah air bersih.

Menurut Jarir, vaksin / imunisasi berperan penting dalam menjaga kesehatan seseorang dengan daya jangkau yang luas dan berdampak cepat serta dapat menyelamatkan banyak jiwa serta menghemat biaya perawatan dan pengobatan. Vaksin polio dan campak yang berhasil menekan angka korban secara massif dan vaksin mengguntungkan dalam segi ekonomi. Namun dengan munculnya mutasi virus yang baru membuat vaksin COVID-19 banyak diragukan kualitas dan efektivitasnya. Beberapa vaksin memiliki perbedaan jenis yang dibedakan melalui indikasi sesuai karakteristik populasi. Ada vaksin yang efektif untuk kelompok usia lanjut dan ada vaksin yang efektif untuk kelompok usia anak-anak.

Jarir yang juga ketua Internasional Society of Pharmacovigilance (ISoP) Indonesia mengemukakan perlu dilihat pada kasus vaksin Covid-19 tingkat immunogenitas yang dihasilkannya. Ketika vaksin disuntikkan ke dalam tubuh, antibodi akan bereaksi mengikat virus untuk kemudian dinetralisir kemampuan penularannya. Setelahnya virus semakin terkikis jumlahnya dan antibodi terbentuk penuh didalam tubuh. Sehingga proses vaksinasi tidak hanya dilakukan satu kali penyuntikan. Pada kasus Covid-19, dua sampai tiga proses penyuntikan vaksin diperlukan untuk membentuk imunitas di dalam tubuh.

Tingkat efikasi vaksin didapatkan dalam uji klinis dan selanjutnya tingkat efektifitas vaksin yang akan menentukan seberapa kuat kemampuan vaksin tersebut melindungi individu terhadap penyakit. Di Indonesia, ada enam vaksin yang akan digunakan dalam menanggulangi covid-19 diantaranya  Vaksin Merah Putih yang dibuat oleh Bio Farma dengan teknologi vaksin menggunakan materi genetika virus pada protein rekombinan RNA dan DNA, Vaksin Moderna dari Amerika Serikat dengan teknologi vaksin pada RNA virus, Vaksin Astra Zeneca dari Oxford University di Inggris dengan teknologi vaksin komponen keseluruhan virus yang sudah dilemahkan, Vaksin Pfizer yang dibuat oleh Biotech korporasi gabungan Jerman dan Amerika Serikat dengan teknologi RNA virus dan Sinopharm serta Sinovac dari Tiongkok dengan teknologi vaksin yang melemahkan/ me-inaktivasi kemampuan virus. Keenam vaksin tersebut disimpan dalam kondisi dingin dengan tingkat temperatur yang bervariasi.

Jarir menambahkan rencana vaksinasi sudah dibagi dalam lima kategori yakni kategori pertama petugas kesehatan sejumlah 1,3 juta jiwa, kategori kedua petugas publik sejumlah 17,4 juta jiwa, kategori ketiga lansia sejumlah 21,5 juta jiwa, kategori keempat masyarakat rentan sejumlah 63,9 juta jiwa serta kategori kelima dengan jumlah 77,4 juta jiwa. Vaksinasi mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku secara medis dengan memperhatikan riwayat kesehatan setiap individunya.

“Jangan takut dengan vaksin, tapi takutlah dengan penyakitnya.” demikian pungkas Jarir mengakhiri paparannya. [arma]

*) Materi webinar selengkapnya bisa disaksikan di kanal Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*