Hari Minggu (29/11/2020) 13.00-17.00 WIB melalui Zoom Meeting Room berlangsung webinar Sinergi UGM dan Kagama dengan judul “Erupsi Merapi, Apa yang Bisa Kita Lakukan?”. Turut hadir memberikan kata sambutan Anwar Sanusi Ph.D. selaku Waketum 2 PP KAGAMA, dan Prof. Dr. Paripurna selaku Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM. Lalu sebagai keynote speaker adalah Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP Kagama. Webinar menghadirkan 4 narasumber yaitu Dr. Hanik Humaida, Lilik Kurniawan, ST, M.Si, Dr. Agung Harijoko, dan dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D. Bertindak sebagai moderator adalah Dr. Danang Sri Hadmoko dan selaku pembawa acara Riandhika Adityawan.
Ganjar Pranowo sebagai keynote speaker berharap kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagi gagasan untuk menanganani erupsi merapi, sinergi dari UGM dan Kagama dengan berbagai elemen masyarakat maupun pemerintah adalah suatu hal yang penting. Dengan berkembangnya teknologi dan berbagai ilmu lainnya, ia berharap penanganan akan terus lebih baik dari masa ke masa.
Narasumber pertama adalah Dr. Hanik Humaida selaku Kepala BPPTKG pada awal kesempatan ia menyampaikan berbagai kronologi erupsi gunung merapi. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk mitigasi bencana, menyampaikan pengetahuan agar kesadaran masyarakat meningkat, tujuan dari kegiatan tersebut merupakan berbagai upaya agar masyarakat siap untuk menghadapi bencana.
Hanik mengungkapkan berbagai upaya kesiapsiagaan yang perlu dilakukan pada saat status siaga saat ini yaitu penguatan jaringan pemantauan, penyelidikan kegunungapian, koordinasi dan penyebaran informasi, asesmen bahaya (update skenario bahaya). Pada saat ini data pemantauan baik seismik, gas, maupun deformasi masih tinggi dan aktivitas guguran terus meningkat. Hal tersebut menunjukkan waktu erupsi yang semakin dekat. Kemudian kita mengupdate skenario bahaya yang perlu diantisipasi adalah skenario bahaya terburuk sesuai dalam rencana kontijensi BPBD lingkar merapi dengan skenario antara perkiraan bahaya status siaga yang saat ini diterapkan.
Hanik mengingatkan masyarakat agar untuk selalu mengikuti arahan pemerintah setempat dan tidak terpengaruh dengan berita-berita yang tidak jelas sumbernya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Mengingat penyeberan informasi di era sekarang itu sangat cepat, maka bahaya adanya berita hoax yang mungkin tersebarpun sangat memungkinkan. Apalagi ketika terjadi bencana masyarakat terus dihimbau untuk berhati-hati dalam menerima informasi.
Narasumber kedua, Dr. Agung Harijoko memanfaatkan waktu yang diberikan untuk berbagi tentang sejarah geologi dan erupsi gunung merapi. Ia adalah salah satu pakar geologi dari Universitas Gadjah Mada. Dari sejarah yang ada tentu saja banyak sekali pembelajaran yang dapat kita ambil untuk melakukan berbagai tindakan prefentif maupun mitigasi bencana sebelum terjadi letusan merapi.
Pembelajaran dari berbagai sumber sejarah dan geologi yang ada di sekitar kawasan Merapi tentu saja dapat kita aplikasikan untuk mengurangi resiko jika terjadi erupsi. Hal yang paling utama adalah keselamatan masyarakat, maka dari itu kita perlu untuk memahami jenis bahayanya. Dengan memahami sejarah erupsi dan aktivitas Gunung Merapi kita dapat memetakan daerah mana saja yang kemungkinan terancam oleh letusan Gunung Merapi. Selain itu kita juga dapat mengaplikasikan dengan berbagai pembangunan infrastruktur sebagai upaya untuk mitigasi kebencanaan.
Narasumber ketiga pada webinar kali ini adalah Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB yaitu Lilik Kurniawan. Ia memperlihatkan ancaman bencana pada tahun 2020 jika terjadi erupsi, ada 3 ancaman yaitu erupsi merapi, Covid 19, dan banjir lahar dingin. Erupsi memiliki 2 ancaman secara langsung yaitu awan panas serta letusan yang eksplosif, kemudian ancaman Covid 19 masih menjadi perhatian bersama tentunya, resiko penyebaran virus tersebut sangat mungkin terjadi di berbagai lokasi pengungsian, dan yang ketiga adalah banjir lahar dingin yang sangat mungkin terjadi dikarenakan kita sedang mengalami ancaman La Nina. Fenomena tersebut mengakibatkan tingginya curah hujan di berbagai daerah, Maka dari itu ancaman terjadinya banjir lahar dingin sangat mungkin terjadi jika terjadi erupsi yang pada saat fenomena La Nina belum berakhir.
Lilik mengungkapkan terdapat 3 strategi dalam penanganan erupsi Gunung Merapi yaitu sebelum erupsi, saat erupsi dan pasca erupsi. Ia mengungkapkan saat ini kita sedang melakukan berbagai upaya penanganan sebelum terjadinya erupsi, yaitu meliputi pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Mengingat status Merapi saat ini adalah siaga, ia berharap UGM dan Kagama dapat berperan langsung pada beberapa bidang yaitu kesehatan masyarakat maupun kedokteran, psikologi, sosiologi, kedokteran hewan dan peternakan.
Narasumber terakhir pada diskusi ini adalah Direktur Kesehatan Tropik FKKMK UGM, dr. Riris Andono Ahmad. Ia mengaku bukanlah ahli penanganan bencana, namun ia berbagi gagasan tentang penanganan bencana pada saat pandemi, mengingat penularan Covid 19 sampai saat ini belum menurun. Maka dari itu penanganan bencana tetap harus dilakukan berbagai upaya untuk melakukan pencegahan penyebaran virus.
Riris mengungkapkan perlunya pengembangan SOP manajemen pengungsian dalam melaksanakan protokol Covid 19 di setiap tahapan proses, mengingat salah satu titik rawan penyebaran virus adalah daerah pengungsian. Hal itu disebabkan seringnya keluar masuk relawan di setiap lokasi bencana. Dan di akhir kesempatan ia berharap fasitilas isolasi untuk publik dan isolasi di rumah sakit diperbanyak. Hal tersebut merupakan upaya untuk melakukan tindakan pencegahan jika terjadi pelonjakan kasus yang disebabkan pada titik-titik rawan di daerah bencana. [itok]
*) Materi webinar bisa dilihat di:
Leave a Reply