PP Kagama Bersama Fakultas Psikologi UGM Mengadakan Training Online Sahabat Pendamping Covid kepada 34 Pengda Kagama

PP Kagama bekerja sama dengan Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan sebuah kegiatan bertajuk “Training Online Sahabat Pendamping Covid”. Narasumber training yang kesemuanya adalah psikolog yang berdomisili di Yogyakarta bertatap muka lewat video conference menggunakan fasilitas Webex dengan para perwakilan semua Pengda Kagama seluruh Indonesia. Tujuannya adalah para pengurus tersebut menularkan ilmu yang diperoleh kepada anggota-anggota Kagama di daerahnya masing-masing agar memiliki ketrampilan dasar dan pengetahuan psikologi sebagai pendamping bagi orang-orang terdampak covid-19 baik secara langsung maupun tidak langsung (dampak sosio-ekonomi).

Jadwal yang telah disusun untuk saat ini ada 3 sesi pelatihan yaitu Kamis 30 April, Sabtu 2 Mei dan Sabtu 9 Mei 2020. Kegiatan itu melibatkan 3 orang narasumber, dimana yang menjadi narasumber utama adalah Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, MMedSc, Ph.D. atau yang seringkali akrab disapa Mbak Bo. Ia dibantu oleh Edilburga W. Saptandari, M.Psi., Ph.D. dan Dr. Diana Setiyawati, M.HSc.Psy.

Pada hari Kamis 30 April 2020 Mbak Bo melakukan training dari kantornya di ruang Wadek III Gedung A Lantai 2 Fakultas Psikologi UGM. Acara pelatihan berlangsung dari jam 15.30 WIB & berakhir sampai pukul 17.30 WIB dalam suasana semangat & gembira, meski dalam kondisi puasa. Materi yang disampaikan masih bersifat umum. Untuk yang lebih spesifik akan disampaikan pada 2 sesi berikutnya yaitu tanggal 2 dan 9 Mei 2020.

Mbak Bo menyatakan antusiasmenya bersedia menjadi narasumber dalam kegiatan pelatihan tersebut karena inilah kesempatan berkontribusi dalam ikut serta menangani covid-19 dari segi psikologi. Meskipun penyakit yang ditimbulkan bersifat fisik namun itu semua tidak bisa terlepas dari faktor psikis. Dalam kondisi seperti ini yang menjadi prioritas utama adalah melakukan PFA (Psychological First Aid) atau pertolongan pertama kali yang harus dilakukan dari sisi psikologi. Sebagai contoh pada peristiwa kecelakaan kan tidak mungkin langsung mendapat bantuan dokter namun oleh orang yang ada di sekitarnya. Akan tetapi menolongnya tidak bisa sembarangan, harus mematuhi kaidah P3K. Sama kasusnya dengan penanganan mereka yang terdampak covid, tidak mungkin langsung ditangani semua oleh psikolog. Kebanyakan kita warga biasa yang bertanggung jawab untuk membantunya. Makanya pelatihan ini sangat penting agar kita semua memiliki ketrampilan dasar dan pengetahuan psikologi yang cukup.

Mbak Bo menambahkan agar kita pandai-pandai memilah-milah informasi dalam kondisi krisis seperti ini. Sama secara fisik kita makan makanan segar & busuk akan berbeda efeknya bagi tubuh kita. Informasi yang sehat & tidak sehat, baik itu yang kita cerna lewat mata atau telinga, juga akan sangat berpengaruh kepada kondisi otak kita. Intinya adalah kita harus pandai-pandai memilih ‘memberi makanan’ untuk otak kita. Selain itu kita sebaiknya mencari stimulus-stimulus yang membikin otak kita sehat, misalnya mencari hiburan ringan seperti melihat hal-hal yang lucu di internet. Hal itu akan membuat kadar endorfin di tubuh kita naik yang akan menyebabkan daya tahan tubuh kita semakin kuat.

“Hari ini kita hanya akan memberikan materi yang masih bersifat umum. Untuk 2 sesi berikutnya materinya akan berujud pembekalan micro skill, yaitu teman-teman Kagama akan diajarkan latihan mendengarkan, bertanya, menyemangati dengan kata-kata yang dibutuhkan, memilih informasi yang sehat dsb. Tapi ingat ini hanya PFA, bukanlah terapi & menggali-gali masalah di luar konteks yang justru menjadi kontra produktif. Tapi bagi yang sudah kronis atau bersifat depresif tentulah tidak bisa ditangani oleh orang awam & harus dibawa ke dokter atau psikolog. Nanti ke depannya kita akan bekerja sama & melibatkan IPK (Ikatan Psikologi Klinis) Indonesia.” ujar Mbak Bo.

“Namun yang terutama dari semua itu adalah betapa pentingnya kita harus menjaga kesehatan fisik & psikis diri kita sendiri. Karena bagaimana mau menolong orang lain jika kita sendiri dalam kondisi sakit.” demikian pungkas wanita alumnus Fakultas Psikologi UGM angkatan 1982 tersebut.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*