Sinergi UGM dan KAGAMA 6 : Pemberdayaan UMKM Di Tengah Pandemi Covid-19

Minggu (4/4/2021) pukul 13:30 – 17:00 WIB, kembali UGM bersinergi dengan KAGAMA menyelenggarakan webinar dengan tema pemberdayaan UMKM di tengah pandemi Covid-19. Webinar berlangsung melalui aplikasi Zoom Meeting dan disiarkan di kanal Youtube Kagama Channel. Webinar menghadirkan tiga narasumber yakni, Ganjar Pranowo, S.H, MIP (Ketua Umum PP KAGAMA), Cahyadi Joko Sukmono, S.IP, MM (Ketua Asosiasi Bussiness Development Services Indonesia), dan Prof. Ir. Irfan Dwiya Prijambada, M.Eng., Ph.D. (Direktur Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UGM). Kata sambutan disampaikan oleh Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana (Sekjen PP KAGAMA) dan Prof. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng (Rektor UGM). Tampil sebagai pemandu acara adalah Dr. Rachmawan Budiarto sebagai moderator dan Riandhika Adityawan sebagai MC. Hadir pula Perry Warjiyo, S.E., M.Sc., Ph.D ., Gubernur Bank Indonesia, yang berkenan memberikan keynote speech.

Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP Kagama

Narasumber pertama, Ganjar Pranowo mengawali dengan memberikan apresiasi atas sinergi UGM dan Kagama yang turut serta dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya sektor Unit Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada masa pandemi Covid-19. UMKM adalah denyut nadi usaha masyarakat Indonesia yang memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan. Sinergi dan kolaborasi lintas instansi baik dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, pemerintah daerah hingga perwakilan Indonesia di luar negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia di berbagai negara dapat membantu ekspor produk UMKM buatan Indonesia.

“Pemerintah Provinsi Jawa Tengah beberapa minggu lalu menyelenggarakan Virtual Expo terkait UMKM. Virtual Expo tersebut mengangkat dan mendorong kembali semangat UMKM untuk berproduksi dan menghasilkan karya-karya kreatif. Produk-produk UMKM dapat berkembang lebih pesat dengan memperhatikan kualitas hasil produksi yang terbaik dan kontinuitas ketersediaan serta distribusi hasil produksi terjaga dengan baik seperti pada aspek permodalan dan packaging pada saat memasarkan produk dengan kemasan menarik tentu dengan harga yang bersaing. Kolaborasi dan sinergi antar-lembaga menjadi kunci penting dalam perkembangan UMKM dengan diiringi semangat kreativitas dan inovasi.” ujar Ganjar Pranowo mengakhiri paparannya.

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia

Giliran berikutnya Pery Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, selaku keynote speaker menyebutkan UMKM merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Sumbangsih UMKM sudah tidak perlu diragukan lagi dalam neraca perdagangan di Indonesia. UMKM merupakan ujung tombak dalam memasarkan aneka produk hasil karya anak bangsa Indonesia dan upaya untuk mendorong UMKM untuk terus berkarya dengan kreativitas dan inovatif harus terus didukung. Masa pandemi Covid-19 yang berimbas kepada sektor ekonomi termasuk didalamnya UMKM menjadi perhatian Bank Indonesia dalam upaya pemulihan ekonomi Indonesia.

“Alhamdulillah Indonesia kuat dalam menghadapi gelombang pandemi Covid-19 dengan optimisme. Ke depannya Bank Indonesia beserta pemerintah Indonesia secara tanggap dalam pemulihan ekonomi negara dengan prediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 bergerak antara 4,3 – 5,3 % dengan proyeksi pertumbuhan dengan APBN pada angka 5%. Kinerja pertumbuhan Indonesia membaik dikarenakan kenaikan ekspor baik dari ekspor dari sumber daya alam, produk manufaktur termasuk produk-produk UMKM. UMKM merupakan soko guru ekonomi Indonesia.” ujar Perry.

Menurut Perry, pertumbuhan ekonomi bisa dimanfaatkan oleh UMKM sebagai peluang meraih potensi serta tantangan. Dunia digital yang menjadi tantangan sekaligus peluang untuk dimanfaatkan dalam mendorong pemulihan ekonomi Indonesia. Sumbangsih UMKM sebesar 57% pada PDB perekonomian Indonesia.

“Sudah semestinya UMKM diberikan kemudahan dalam aspek produksi, pembiayaan dan digitalisasi produk. Penyerapan tenaga kerja oleh sektor UMKM selalu diatas angka 90 %. Sehingga perlu kerjasama dan gotong royong antar lembaga dalam memberdayakan UMKM.” ujar pria yang menjabat sebagai Ketua KAFEGAMA tersebut.

Perry menambahkan ada lima hal yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendorong pemberdayaan UMKM yakni pertama, UMKM menjadi bagian dari penerima manfaat bantuan sosial terdampak pandemic seperti Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan sosial tunai, kartu prakerja dan subsidi listrik. Kedua, Insentif pajak yang diberikan kepada UMKM dengan memberikan stimulus pajak. Ketiga, melalui KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) memberikan relaksasi kredit bagi UMKM dengan mekanisme penundaan pembayaran dan subsidi bunga serta program penjaminan kredit. Keempat, perluasan kemudahan pembiayaan modal kerja baik melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan program-program kredit lainnya. Kelima, memberikan kebijakan-kebijakan afirmatif dari pemerintah baik dari Pemerintah Pusat, Kementrian dan lembaga, Bank Indonesia dan pemerintah daerah termasuk didalamnya Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.

“Bank Indonesia memiliki 4 tahapan dalam menyusun peta jalan UMKM yakni, UMKM potensial, UMKM success/link to market and finance, UMKM go digital, serta UMKM go expert. Dengan ruang lingkup ruang lingkup pengembangan produk UMKM meliputi pengembangan produk volatile food, local economic development serta Wirausaha Bank Indonesia (WUBI). Pada aspek percepatan akses, pengembangan didorong dari akses financial, market, knowledge network, serta inovasi dan digitalisasi.” kata Perry.

“Selain beberapa aspek tersebut, penguatan korporatisasi, penyempurnaan akurasi informasi dan data, optimalisasi koordinasi yang intensif antar kementerian/lembaga, peningkatan pemanfaatan inovasi dan teknologi, serta menciptakan ekosistem yang mendukung, merupakan bagian dari faktor pendorong keberhasilan pengembangan UMKM di Indonesia yang akan senantiasa dibangun oleh Bank Indonesia.” demikian pungkas Perry.

Cahyadi Joko Sukmono, Ketua Asosiasi Bussiness Development Services Indonesia

Narasumber kedua, Cahyadi Joko Sukmono menjelaskan ABDS Indonesia dalam membantu pemberdayaan UMKM di Indonesia. ABDS merupakan lembaga konsultan bisnis kecil, menengah, dan koperasi. ABDS merupakan asosiasi lembaga dan individu konsultan professional penyedia layanan pendampingan bisnis (BDS) yang berafiliasi pada program pemerintah, NGO, Kampus. ABDS sudah memiliki 34 koordinator wilayah dan 327 koordinator daerah.

ABDS dalam masa pandemi Covid-19 mendirikan UMKM crisis center sebagai organisasi dalam tata kelola kolaborasi multi pihak dalam penanganan dampak pandemi Covid-19 terhadap UMKM dan ekonomi lokal. Dengan membagi tiga fase dalam penanganan masa pandemi yakni fase tanggap darurat (Maret hingga Juni 2020), fase adaptasi & pemulihan (Juli hingga Desember 2020), dan fase new normal (Januari hingga Desember 2021).

“Pada fase tanggap darurat dilakukan pendataan cepat, mendirikan klinik bisnis tanggap darurat, penyangga pemasaran, pendampingan BRP dan BDRP, pendampingan akses program dan bantuan. Selanjutnya, fase adaptasi dan pemulihan dengan mendirikan klinik pemulihan bisnis (BDR), industrial hub, market hub, dan innovation hub. Terakhir, fase new normal dilakukan upaya restrukturisasi usaha.” ujar Cahyo

Cahyo menambahkan dalam menangani sektor UMKM, ABDS membuat kriteria dengan klasifikasi dari indikator pendapatan yang meningkat hingga pendapatan yang menurun melalui verifikasi asset flow, kapasitas produksi dan kapasitas modal. Pada tahapan pemulihan UMKM diberikan kemudahan dengan berkonsultasi dengan memperhatikan kondisi pasar, teknologi, sumberdaya, perizinan dan pembiayaan untuk direstrukturisasi.

“Selain sebagai lembaga yang menangani UMKM yang terdampak akibat pandemi Covid-19, ABDS juga menyediakan 3 jalur penciptaan wirausaha dengan menyelenggarakan sekolah wirausaha dengan metode mentoring dibarengi akademi UMKM seperti Seminar Akademik UMKM, rekrutasi, pelatihan, mentoring, business matching. Ikut dalam program kampus merdeka dengan menfasilitasi mahasiswa-pengusaha dalam program kuliah merdeka dan membentuk inkubator UMKM tangguh serta menjalankan program sertifikasi kompetensi kerja khusus pendampingan usaha terdampak pandemi Covid-19 sekaligus menjadi mitra pemerintah dalam penguatan ekosistem pemulihan ekonomi.” pungkas Cahyo mengakhiri sesi presentasinya.

Prof. Irfan Dwiya Prijambada, Direktur Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UGM

Narasumber ketiga, Prof. Irfan Dwiya Prijambada membawakan materi terkait peran Universitas Gadjah Mada dalam membantu usaha mikro kecil menengah (UMKM) pada masa pandemi. Dampak wabah Covid-19 terhadap Indonesia dengan dihentikan impor dari beberapa negara sehingga mengakibatkan kelangkaan barang dan harganya naik secara drastis. Penerbangan dalam negeri dan luar negeri yang dibatasi yang berdampak pada penurunan sektor pariwisata. UMKM juga turut mendapatkan imbas wabah pandemi Covid-19.

“UMKM adalah entitas bisnis yang paling dominan terlihat dari representasinya sebesar 99% jumlah usaha di Indonesia dan menyediakan 97 % lapangan pekerjaan. UMKM Indonesia meliputi pada lima sektor diantaranya, pertanian, perdagangan, hotel, restoran, dan industri manufaktur. Industri manufaktur tradisional sederhana sendiri meliputi, manufaktur tradisional seperti produk kayu, furniture, tekstil, garmen, alas kaki, makanan dan minuman. Hanya sedikit yang melibatkan produksi mesin, peralatan produksi, dan komponen otomotif.” ujar lelaki yang menjadi Guru Besar Fakultas Pertanian UGM tersebut.

Menurut Prof. Irfan, aspek yang perlu dikembang terlebih dahulu dalam UMKM adalah aspek produksi yang di dalamnya ada komponen kuantitas, kualitas dan waktu produksi. Ada kelemahan UMKM yakni, memiliki kekurangan dalam budaya industri, pada suatu waktu tertentu menghasilkan produk dalam jumlah tertentu dengan kualitas tertentu. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UGM sebanyak 72 % kegiatan usaha UMKM terdampak pada masa pandemi dan 77 % UMKM memilih untuk menghentikan sementara usahanya.

“Di masa pandemi UGM membantu pemasaran UMKM dengan menghadirkan budaya baru yakni jual beli secara online dengan menggunakan berbagai platform media sosial dan membuat program pasar online UMKM. UGM juga melakukan pasar online bekerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Sleman dengan membuka pasar online pada pasar Sambilegi, pasar Condongcatur, pasar Kalasan, pasar Sleman Unit 2 serta mengandeng pelayanan daring melalui marketplace yang tersedia secara online”.” pungkas Prof. Irfan menutup penjelasannya.

Keempat pembicara memiliki harapan agar UMKM selalu menjadi ujung tombak dalam perekonomian masyarakat yang pengembangannya terus didorong dengan kreativitas dan Inovasi pada produk yang dihasilkan. Kolaborasi dan sinergi antar lembaga dan multi sektor diperlukan dalam upaya pemberdayaan UMKM tidak hanya pada masa pandemi namun seterusnya dalam membangun perekonomian Indonesia karena UMKM adalah “soko guru” perekonomian Indonesia. [arma]

*) Materi webinar selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: