Oleh: Humas Kagama Lampung
Bandar Lampung — Pengurus Daerah Kagama Lampung berikut lima Pengcab di bawahnya dilantik oleh Ketua Umum PP Kagama, Ganjar Pranowo di Hotel Santika Premiere, Bandar Lampung, Minggu (21/7). Kepengurusan baru tersebut akan mengemban amanah selama 5 tahun, yaitu masa bakti 2024-2029.
Seusai acara pelantikan, digelar seminar nasional dengan tema “Dukungan Teknologi untuk Pengelolaan dan Pemulihan Lingkungan Hidup”. Seminar turut dihadiri oleh para sesepuh Kagama Lampung, serta tamu undangan dari berbagai kalangan, baik birokrasi, akademisi, dan pengusaha.
Seminar menghadirkan dua pembicara, yaitu Prof. Dr. Dyah Indriana Kusumastuti, S.T., M.Sc (Dosen Fakultas Teknik UNILA) dan Awal Budiantoro, S.Hut., M. Eng. (Kabid Pengelolaan PDAS & THL Dinas Kehutanan Provinsi Lampung). Bertindak sebagai moderator adalah Prof. Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., IPU.
Dalam paparan materinya, Prof. Dyah Indriana Kusumastuti menyampaikan, jika Bandar Lampung tidak dilengkapi dengan daerah resapan air dan pemanenan air hujan yang baik, maka masalah banjir di kota ini akan sulit teratasi. Selain volume air hujan yang besar, permasalahan drainase juga menjadi penyebab banjir.
“Untuk mencegah banjir ada tindakan struktural dan nonstruktural. Yang struktural itu dengan pemeliharaan sungai. Sedangkan nonstruktural, bisa melalui pengelolaan waduk, tanggul, dan bendungan pengendali banjir,” tuturnya.
Sementara itu, Awal Budiantoro mengatakan, dalam dua tahun terakhir ada perubahan iklim dan suhu meningkat 1,2° celcius. Menurutnya, luas tutupan lahan belum menjamin selesainya permasalahan banjir selama jenis tanamannya tidak sesuai fungsinya sebagai tanaman tutupan lahan.
“Perlu adanya peran serta masyarakat di lokasi-lokasi rawan banjir,” ujarnya.
Di akhir seminar, moderator Prof. Christine Wulandari menekankan bahwa Kagama harus mengambil peran strategis untuk melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi banjir. Berbagi aspek penanggulangan banjir bisa dilakukan, mulai dari aspek tanaman dengan memperhatikan tipologi tanaman atau agroforestry.
Menurutnya dari sudut aspek masyarakat, diperlukan adanya penguatan kelembagaan terkait kegiatan pemilihan jenis tanaman yang ditanam, proses pascapanen, hingga pemasaran. Berikutnya yang tidak kalah penting adalah pengembangan kebijakan yang menjadi payung pemasaran bagi masyarakat, serta kebijakan untuk menjamin agar kondisi alam tetap lestari.
“Itu semua diperlukan sebab tantangan lingkungan luar biasa, sehingga butuh usaha yang keras dari semua pihak untuk pembenahan lingkungan menuju lestari dan bencana terus menurun,” pungkas Prof. Christine.