Menuju UMKM Bangkit, Perlu Peran Psikologi

Oleh: Wisnu Kuncoro Condro Kartiko*)

I. PENGANTAR

Program Penjarangan Kegiatan Masyarakat(PPKM) yang belum berhenti karena pandemi Covid-19 sampai saat ini membuat Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) semakin tertekan. Hal ini sangat mempengaruhi perkenomian rakyat maupun pertumbuhan ekonomi Indonesia serta menambah tingkat stress pelaku UMKM. Tak urung, Ganjar Pranowo sebagai Gubermur Jateng yang sangat peduli terhadap UMKM, mendapatkan protes dari para pelaku UMKM Jateng. Protes yang pertama; kenapa program bantuan Pemerintah yang trilyunan rupiah untuk penanggulangan darurat tidak digunakan untuk membangun rumah sakit beserta perlengkapannya sebanyak-banyaknya agar penderita Covid-19 segera tertangani dengan baik sehingga PPKM dapat selesai dan ekonomi kembali berjalan normal. Hal ini ditanggapi Ganjar Pranowo bahwa berdasarkan analisis dari Wahington Pos beberapa waktu yang lalu menjelaskan ketika batas kapasitas rumah sakit tidak bisa dilalui, semuanya akan sekarat.

Yang dapat dilakukan adalah ketika batas atas jumlah rumah sakit telah tersundul maka harus dilakukan pelandaian kurva. Dan itu bisa dijalankan di hulu bukan di hilir. Di hulu itulah yang akan melakukan pembatasan-pembatasan yang konsekuensinya adalah ekonomi tertekan. Bila tidak dibatasi, pasien Covid akan bertambah banyak namun rumah sakit sudah menyerah tidak bisa menampung pasien. Protes kedua; Beban bunga bank yang dirasa tinggi, masa relaksasi sebesar 9-11% per tahun. Jika membayar 20% maka yang 80% menjadi hutang baru. Bilamana gagal bayar akan di black list. Mereka menyarankan perlu treatment khusus yaitu gotong royong antara Perbankan dan UMKM dengan cara bunga deposito sebesar 1 % dan bunga kredit maksimal 5% yang menurut mereka kedua belah pihak akan diuntungkan. Oleh Gubernur Jateng hal ini akan dijadikan masukkan untuk Perbankan dan Menteri keuangan RI. Uraian ini menunjukkan betapa kegalauan atau stress yang dialami para perilaku UMKM

Sedangkan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menganggap pentingnya peran UMKM dalam menopang Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 57,1%. Dengan jumlah UMKM sebanyak 65,5 juta dengan perputaran uang sebesar 704 trilyun rupiah dan sanggup menyerap tenaga kerja sebesar 96,6% atau 120 juta tenaga kerja. Ekspor non migas oleh UMKM mencapai 15,7% dengan jumlah perputaran uang setara 339,2 Milyar USD. Adapun kredit yang telah digelontorkan perbankan kepada UMKM sebesar 1.150 trilyun rupiah. Oleh karenanya Bank Indonesia yang berazaskan ekonomi kerakyatan menganggap pentingnya bantuan perbankan kepada UMKM agar bisa meningkatkan potensi UMKM agar bisa bertransaksi melalui digitalisasi dan bisa “go national & internastional”. Dalam hal go-international, Bank Indonesia telah membantu UMKM untuk berpameran di Singapore, Tiongkok, Jepang, London, New York. Sedangkan untuk go-national Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga kredit bagi UMKM sebesar 3,5% sehingga suku bunga kredit menjadi 8-9% pertahun.

Melihat kegalauan & stress pelaku UMKM dan menyadari pentingnya peran UMKM dalam menunjang perekonomian Republik Indonesia maupun penyerapan tenagakerja maka KAGAMA (Keluarga Alumni Gadjah Mada) melalui Yayasan Kagama Bakti Nusantara yang dibina oleh Prof.Paripurna dan juga merangkap sebagai Wakil Rektor UGM telah mengadakan Webinar daring tentang “Menuju UMKM Hebat” pada tanggal 22 Agustus 2021, dengan tujuan guna membantu UMKM agar bangkit dan maju.

II. PEMBAHASAN DALAM SEMINAR

A. PERAN PERBANKAN

Perry Warjiyo menyatakan bahwa untuk mengangkat UMKM diperlukan  empat key lessons sebagai berikut; 1. Klusterisasi  (sesuai bidang usaha; pertanian, perikanan, batik, kerajinan,makanan & minuman, dan lainnya) karena bila dilakukan per unit UMKM skalanya terlalu kecil. Kalau per unit, banyak UMKM yang belum mempunyai laporan keuangan. Dengan Klusterisasi akan timbul manfaat mempermudah bantuan tehnis, saling membantu dalam transfer tehnologi serta mempermudah akses pembiayaan. 2. Bantuan Tehnis, yang berupa bantuan tehnis dalam kemampuan produksi lebih baik (seperti packaging, labeling, standarisasi produk),manajemen, keuangan, pemasaran (seperti pemasaran diluarnegri, penggunaan instagram dan media sosial maupun digitalisasi katalog agar tampilan lebih baik). 3. Akses Pembiayaan. Hal ini sangat penting bagi UMKM namun apabila tidak dilalui dengan Klusterisasi dan Bantuan Tehnis terlebih dahulu akan banyak kredit yang macet dan akan berakibat pada bunga kredit yang tinggi. 4. Digitalisasi, pada semester 1 tahun ini, transaksi e-comerce  tumbuh 63,4% atau senilai 186,7 trilyun rupiah, sampai akhir tahun ini diperkirakan akan tumbuh 48,4% atau mencapai 395 trilyun rupiah, sehingga transaksi digitalisasi bagi UMKM menjadi penting. Terutama transaksi melalui platform QRIS & Uang Elektronik hal mana di semester 1 tahun ini mencapai 41% atau senilai 132 trilyun rupiah dan diperkirakan sampai akhir tahun 2021 akan tumbuh 35,7% atau senilai 278 trilyun rupiah. UMKM harus masuk di transaksi Digitalisasi terutama untuk Transaksi Pembayaran maupun kepentingan E-Katalog mereka.

Semua transaksi melalui Mobile Banking di semester 1 tahun ini telah mencapai 39,4% atau senilai 17.901 trilyun rupiah dan diperkirakan di akhir tahun 2021 tumbuh 31% atau setara dengan nilai 35.600 trilyun rupiah. Mau tidak mau para UMKM harus menyesuaikan dengan perubahan perilaku pelanggannya untuk masuk ke eko-sistem digitalisasi.

Sedangkan Yunita Resmi Tari, Kepala Pengembangan UMKM & Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, menjabarkan bahwa  total 65,5 juta UMKM berdasarkan skala bisnis, 98,67% adalah UMKM Mikro, 1,72% UMKM Kecil, 0,10% UMKM Menengah dan hanya 0,01% meupakan UMKM Besar. Adapun UMKM yang telah memiliki Kredit Bank sebesar 30,5% sedangkan sisanya 69,5% belum memiliki kredit bank dengan alasan; tidak butuh (38%), bunga tinggi (31,37%), prosedur sulit (23,73%), tidak memenuhi syarat (12,40%). Dari sisi pembiayaan UMKM, menggunakan kredit/pembiayaan bersubsidi (dana bergulir, KUR, Kreasi, PKBL dll) yang sumber pembiayaan dari donator, laba BUMN/korporasi bagi UMKM Mikro. Sedangkan untuk UMKM Kecil & Menengah menggunakan kredit langsung, kredit khusus sektoral, P2P lending, crowd funding yang sumber pembiayaan dari komersial. Yang menggembirakan, adalah 80% dari UMKM sudah menggunakan internet dalam marketing mereka dan hanya 20% yang belum.

Sedangkan dalam hal kebijakan pengembangan UMKM Bank Indonesia,  menggunakan program peningkatan Akses Keuangan melalui program SIAPIK (Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan) karena berdasarkan penelitian Bank Indonesia berdasarkan pelaku usaha UMKM mempunyai kelemahan yang berupa; 1. Kesadaran pencatatan keuangan rendah. 2. Pencatan keuangan dianggap sulit. 3. Literasi keuangan masih rendah. Ketiga hal tersebut berdampak pada hal berikut; 1. Tidak dapat memisahkan PTK pribadi dengan usaha. 2. UMKM tidak dapat memenuhi standar pelaporan keuangan yang lazim digunakan untuk memperoleh pembiayaan perbankan/IKNB. 3. UMKM tidak dapat meningkatkan skala usahanya. Oleh karenanya Perbankan /INKB mengalami assymetric information, sehingga perbankan/lembaga keuangan tidak mengetahui track record keuangan pelaku usaha UMKM. Hal ini berdampak pada; 1. Perbankan/lembaga   tidak memiliki informasi yang cukup terhadap potensi UMKM. 2.Penyaluran kredit UMKM tidak optimal.

Oleh karenanya dibutuhkan Laporan Keuangan UMKM untuk mengetahui track record pelaku usaha secara individual. Dan SIAPIK akan memudahkan  UMKM dalam menyusun laporan keuangan secara digital dan sebagai referensi bank dalam menganalisis kelayakan pembiayan UMKM. Bagaimana peran bank swasta terbesar di Indonesia?, menurut Suwignyo Budiman, wakil direktur utama BCA, bahwa antara perbankan dan UMKM perlu ditingkatkan sinerginya agar kapasitas dan produksi UMKM bisa ditingkatkan.  Di BCA ada 3 hal utama dalam peran meningkatkan UMKM, yaitu 1. Layanan Transaksi Keuangan (melalui tehnologi); Karena adanya perubahan tehnologi yang diikuti oleh perubahan perilaku konsumen. Sebagai contoh, dulu orang datang ke bank untuk melakukan transaksi, kini, BCA melayani 40 juta transaksi per hari secara non-cash melalui Mobile banking via HP/Note Book. Penggunaan layanan “My BCA” meningkat 60%. Katanya, tehnologi itu ibarat pedang bermata dua, sangat mahal namun bila tidak menggunakan akan ditinggal konsumen. Untuk itu BCA telah merekrut 1000 orang tenaga IT untuk mengembangkan layanan tehnologi mereka demi kepuasan konsumennya.

Akibatnya, transaksi di kantor cabang  tinggal kurang dari 1%, transaksi di ATM tinggal 13% sisanya lebih dari 80% bertransaksi melalui mobile banking/HP, QRIS & Merchan App. Oleh karenanya UMKM juga harus menyesuaikan dengan system pembayaran non-cash ini, bila tidak ingin ditinggalkan konsumennya. 2. Layanan Pembiayaan; secara jujur diakuinya bahwa semua pendapatan bank yang terbesar adalah bisnis kredit. Ketika pandemi menimpa maka bisnis kredit juga turun drastis, bank pun  juga suffer.

Mengapa UMKM kesulitan dalam akses ke layanan pembiayaan ini, karena  bank bersifat komersial, dalam arti harus untung, sehingga mereka harus pruden didalam menseleksi para kreditornya termasuk para UMKM, Dalam hal ini BCA mengelompokkan UMKM ke dalam 3 bagian yaitu; a. Kelompok Subsistim adalah UMKM yang belum menghasilkan untung, hidup mereka dari bantuan-bantuan. b. Kelompok Potential adalah UMKM yang sudah bisa menghasilkan profit namun belum mempunyai agunan, laporan keuangan yang akan berpengaruh terhadap besarnya kredit. Hidup mati keuangan mereka dari kredit subsidi, KUR, Kemitraan. c, Kelompok Bankable adalah UMKM yang mampu membayar cicilan dan mempunyai agunan serta laporan keuangan. 3. Layanan Pembinaan: merupakan tanggung jawab social BCA. Mereka juga membantu secara Kluster/ Kelompok juga. BCA mengadakan UMKM Festival untuk on boarding di e-comerce dan untuk memperluas pasar. Membina kelompok Karang Taruna gua Pindul sehingga menjadi obyek wisata yang diandalkan. Mengadakan pelatihan kepada UMKM yang bergerak di Home-stay. BCA sendiri membina 6-7 juta UMKM.

B. PERAN PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PERCEPATAN DIGITALISASI UMKM

Di luar acara seminar di atas, sebenarnya Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah meluncurkan Program Pelatihan UMKM Digital untuk memperkuat dan memmberdayakan pelaku UMKM ditanah air dengan memanfaatkan akses internet secara produktif guna percepatan transformasi digital nasional. Pelatihan ini diinisiasi oleh Badan Aksesbilitas Tellekomunikasi dan Informasi (BAKTI) bersama Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA). Programnya menyasar 2000 UMKM di wilayah tertinggal, terluar dan terdepan (3T) dan Daerah Pariwisata Super Prioritas (DPSP). Dalam pelatihan ini juga menyediakan subsidi kuota internet berbentuk pulsa kepada UMKM agar bisa mengikuti rangkaian pelatihan yang dilakukan secara webinar. (Liputan 6.com, 5 Oktober 2020)

Kementrian BUMN dan Bank BRI berupaya membantu sector UMKM agar naik kelas melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia atau Gernas BBI melalui pameran virtual kreatif UMKM BRILIANPRENUR yang memiliki dua tujuan khusus yaitu pertama, mendorong masyarakat mencintai dan membeli produk local terutama dari produk-produk UMKM Indonesia. Kedua, mendorong UMKM untuk memanfaatkan tehnologi digital dalam mendukung usahanya (Antaranews.com, 1 September 2021).

PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk menghadirkan aplikasi bernama mySooltan yang diperuntukkan membantu pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah agar bisa go online secara cepat dan mudah. Banyak solusi digital di aplikasi my Sooltan seperti solusi connectivity (sooltanNet), point of sales (Bonum), manajemen toko digital Sakoo) dan aplikasi pembayaran melalui uang elektronik (Qren). (CNN, 15 September 2021).

Dari pihak swasta, Grab Indonesia pada tanggal 30 Juni 2020, meluncurkan Program Terus Usaha, program yang didedikasikan untuk mmembantu UMKM agar dapat beradaptasi dan berkembang di era tatanan baru pasca Covid-19. Program ini mencakup berbagai akselerasi khusus untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan UMKM serta iklan gratis untuk membantu meningkatkan visibilitas secara online sehingga dapat meningkatkan penjualan. Grab juga meluncurkan microsite yang dirancang khusus bagi UMKM untuk memberikan tips dan juga pengetahuan lainnya agar mereka dapat mengembangkan bisnisnya.  (Grab.com>press, 30 Juni 2020)

Selain itu, Gojek dan Telkomsel menyediakan Paket Data Khusus untuk mitra GoFood. Harga paket dimulai Rp 25 ribu yang mencakup bonus kuota data 3 GB hingga 95 GB, layanan menelpon sampai 500 menit, dan 500 SMS. Mitra UMKM GoFood yang menggunakan layanan pra bayar Telkomsel  dapat mengkakses paket internet khusus itu melalui My Telkomsel, yang akan memudahkan operasional mitra.(Katadata.co.id, 28 Juli 2021).

Melihat banyaknya stake holder dari UMKM yang serius menangani percepatan digitalisasi bagi UMKM ini maka digitalisasi UMKM akan dapat segera dapat terwujud. Yang menjadi permasalahan adalah para UMKM yang memerlukan modal tapi tidak bankable. Maka mereka perlu mencari alternative lain, seperti melalui SANTARA, lembaga Keuangan swasta yang didirkan oleh Bossman Mardigu yang merupakan “penghulu” antara UMKM dengan para Investor. Syaratnya adalah Model Bisnis UMKM yang bisa diterima oleh investor dengan syarat Bagi Hasil. Bila bisnis modelnya bagus pasti akan dibiayai oleh Investor. Saat ini Santara sudah memiliki 1.700 investor dengan modal terkumpul sebesar  2 trilyun rupiah.

C. PERAN UMKM WANITA

Dengan adanya pandemi menyebabkan semakin banyak para wanita yang menjadi UMKM karena dapat dilakukan dari rumah, oleh karenanya mereka perlu diberikan contoh atau model dari para pebisnis wanita yang dianggap telah sukses dalam menjalankan kiat-kiat bisnis mereka, seperti Susi Pudjiastuti, Inul Daratista dan Delia Murwihartini.

  1. Kiat Bisnis Susi Pudjiastuti, Entreprenur Susi Air

    Wanita itu lebih resilience (tahan banting) dari pada pria dalam berbisnis. Sehinga lebih memungkinkan untuk berkembang, karena diotak wanita selalu berpikir kalkulasi cost spending and revenue menjadi platform mereka. Sehingga ia meminta bantuan KMWF (Lembaga Keuangan German) guna membantu UMKM dengan memberikan bunga kredit yang kecil, bunga kredit sebesar 9% disaat bunga pinjaman bank di Indonesia 24%. Selain itu lembaga keuangan German juga membantu pengelolaan dengan menggunakan mesin2 freizer yang efisien dan ramah lingkungan, sehingga lebih menguntungkan, bisa dijadikan investasi sektoral. Susi mengkritisi bank pemerintah yang lebih berpihak pada pengusaha besar, contoh dalam bunga pinjaman. Pengusaha besar yang meminjam diberi bunga kecil sedangkan UMKM bunganya besar, oleh karenanya ia mengusulkan utuk diselaraskan. Selain itu, wanita selalu ada akal & ide, tinggal diberikan ilmu akunting dan Basic Finance, perpajakan, revenue & cost maka para wanita menjadi “financial life”. Minimal Pembukuan , balancing harus dikuasai. Pandemi menambah fokus ibu-ibu ke bisnis dari rumah. Ini adalah kesempatan utk memikirkan bisnis mengganti supply barang eksport (karena sulit didapat) menjadi supply barang lokal.

    Saran untuk UMKM: a. Berpola Cost & Revenue, cash management harus dikuasai b. Bisnis keluarga harus memisahkan uang untuk usaha dan kepentingan sendiri. Pengusaha tidak boleh pegang uang harus ada kasir yang memegang uang. (the owner hanya mikir produksi). C. Ibu-ibu lebih terbiasa menghadapi keadaan sulit, sehingga seharusnya lebih mudah beradaptasi.
  2. Kiat BIsnis Inul Daratista, Penyanyi & Pengusaha Karaoke

    Memulai bisnis karoke di tahun 2015 dari nol (tanpa pengalamanan bisnis) justru menjadikannya dia belajar banyak seperti pembangunan ruangan karaoke (luas  800 meter persegi bisa menjadi berapa ruangan VIP Besar, ruangan sedang dan ruangan kecil), pemilihan sound system sampai dengan ijin-ijin yang diperlukan maupun masalah royalty lagu yang dipakai dalam karaoke. Kesemuanya itu dia jalani sendiri dengan meminimalisir bantuan orang lain dengan maksud supaya ia dapat memahami liku-liku bisnis karaoke dari A sampai dengan Z dan agar tidak mudah ditipu oleh rekan bisnis. Ia pun melengkapi diri dengan belajar akunting, manajemen keuangan agar dapat mengelola bisnis karaoke tersebut.

    Setelah menguasai dengan baik , ia mampu memperluas out-let karaoke dari satu outlet menjadi 100 outlet diseluruh kota besar di Indonesia, dengan memperkerjakan hampir 7000 karyawan (tiap outlet terdiri dari 60-70 karyawan termasuk yang shift). Tak semudah membalikkan tangan, karena ia juga mencoba merubah image karaoke negative menjadi karaoke keluaga yang bersih, aman dan nyaman. Ia pun menikmati manisnya bisnis karaoke hampir selama 5 tahun.

    Namun begitu pandemi datang , memaksa karaoke nya harus tutup, maka tak terbayangkan kerugian yang diderita dari investasi 100 outlet karaoke, terlebih memikirkan nasib ke 7000 karyawannya. Inul pun meski dalam kondisi stress ia memutar otak untuk melihat peluang bisnis yang ada dan lagi digemari. Dijaman K-POP dari Korea mendunia ia membuka Restoran Korea, disusul membuat restoran makanan dari ayam yang diberi nama Shake a Shake, kemudian makanan Rawon Tulang muda yang dikendalikan dari rumahnya karena ia beranggapan bahwa dari sisi bisnis dalam kondisi pandemi, bisnis makanan masih diperlukan masyarakat. Ia menggunakan strategi menggunakan jasa teman , kolega untuk mempopulairkan dagangan bisnisnya.

    Masih memikirkan karyawan yang lagi menganggur, ia membuka bisnis pakaian anak-anak dengan merk Inoel KUD Collection serta pakaian fashion untuk wanita yang diberi merk Shopidara. Yang penting “lumintu” kecil-kecil tapi banyak mengguntungkan, sehingga bisa menghidupi keluarga karyawan, tegasnya.

    Saran untuk pelaku UMKM adalah kreatif, inisiatif dan selalu membaca peluang serta menyisihkan pendapatan untuk back up dikala bisnis kita merugi.
  3. Kiat Bisnis Delia Murwihartini, Pengusaha Tas Dowa

    Begitu lulus dari Fakultas Fisipol UGM tahun 1986, Delia ingin mandiri karena melihati banyaknya sarjana yang masih sibuk melamar pekerjaan, ia pun memutuskan untuk menjadi pengusaha. Apalagi Delia melihat potensi produk kerajinan di Yogya yang bagus-bagus yang banyak disukai orang asing dari pada  orang lokal, ia pun tertarik untuk berkosentrasi bisnis di ekspor. Delia memilih kerajinan tas yang dirajut benang katun karena lebih visible dari sisi fashion dibanding produk kerajinan lainnya. Ia segera meneliti negara-negara mana yang memproduksi tas.

    Ternyata Swedia menjadi klien pertamanya dan pada bulan Maret 1990 Delia mulai mengekspor produk tasnya ke negara tersebut yang kemudian selanjutnya diikuti dengan pengirimin produknya ke klien di Eropa dan Amerika. Pada era tersebut transaksi bisnis tidak bisa langsung ke kliennya tapi harus melewati Buyer yang menjual ke klien-klien tersebut. Komunikasipun dilakukan hanya melalui telepon dan fax bahkan untuk pengiriman foto contoh produk harus dikirim via Pos sehingga Delia selalu harus nongkrong di Warnet pada tengah malam karena menyesuaikan jam kerja para kliennya. Pada tahun 1991, Delia berkesempatan  melakukan pameran produknya di Paris atas bantuan Badan Perdagangan Ekspor Nasional, yang menyebabkan ia semakin dikenal di klien-klien internasional. Pada tahun 1993 ia mendapatkan order dari Buyer yang di Italy bahwa Klien di Inggris dan Jepang membutuhkan tas rajut yang terbuat bukan dari benang  katun tetapi dari benang nilon, yang tidak ada di Indonesia. Ia pun berpikir keras untuk mengambil peluang atau tidak.

    Akhirnya ia membeli contoh benang nilon tersebut di Milan dan dibawanya ke Bandung untuk mendatangi pabrik benang disitu dan menantang pabrik tersebut bisa bikin benang nilon atau tidak. Pabrik itu menyanggupi tapi harus mengganti mesin, oleh karenanya pabrik mensyaratkan untuk pembelian 1 ton benang nilon dari Delia. Disitu keberanian pengambilan keputusan Delia diuji dan ia membuktikan naluri seorang pengusahanya untuk membelinya. Ternyata nalurinya tepat, tahun 1995 ia memperluas pemasaran tas nilonnya ke Amerika.

    Di sinilah sampai tahun 2005, Delia mengalami puncak produksi karena harus mengirim 5.000 tas benang nilonya per hari atau 125.000 tas per bulan ke Amerika. Konsekuensinya,  ia  harus melibatkan 8.000 pegawai pabrik serta 10.000 pengrajin yang tersebar dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tmur dan Bali. Suatu pekerjaan berat dan sulit meski mendatangkan penghasilan yang besar. Pada tahun 2008, Delia mulai melirik pasar lokal dan membuat produk tas dengan merk DOWA yang nantinya juga untuk pasar internasional. Karena selama ini ia membuat tas dengan merk nama kliennya.

    Tas Dowa pun mulai berkibar di pasar nasional dan internasional karena dari sisi desain, kwalitas, trend warna dari produknya Delia sudah teruji. Ketika pandemi menyerang,  mengakibatkan produksinya harus  berhenti, kecuali klien dari Swedia yang Negara tersebut tidak pernah lock-down. Kembali Delia harus berpikir keras, melihat peluang di pandemi ini Delia segera “banting stir” memproduksi Hamas, Apd dan Masker begitu juga untuk pengrajinnya diajari membuat masker yang dijahit dengan tangan dan dijual melalui market place dengan menggunakan merk Dowa. Sebagian hasil penjualannya disumbangkan ke  Puskesmas dan masyarakat yang membutuhkannya. Pendapatan memang jauh menurun namun masih bisa untuk bertahan hidup, katanya.

    Sarannya kepada pelaku UMKM adalah mengenal kelebihan dan kelemahan produk kita, mempelajari perilaku konsumen yang dituju, bersikap optimis dan positif ke depan serta yakin bahwa dengan berbuat baik maka kondisi ke depan akan membaik.  

Mengamati sepak terjang ketiga pebisnis wanita diatas akan dapat diambil kesimpulan bahwa kesuksesan mereka  dalam menjalankan bisnis lebih   tergantung pada kompetensi dari dalam pribadi yang mereka miliki, seperti: 1. Berani berpikir dan bertindak “out of the box”, 2. Sikap tidak kenal menyerah, 3. Mampu melihat peluang, 4. Mempunyai visi & misi pribadi, 5. Berani mengambil keputusan. Kalau melihat data dari Bank Indonesia bahwa hampir 70% UMKM belum memiliki kredit bank dengan alasan utama belum butuh, maka hal ini dapat diasumsikan bahwa mereka belum/kurang memiliki kelima kompetensi diri dari para pengusaha wanita hebat di atas, sehingga tidak berani untuk bangkit dan berkembang.

Oleh karenanya untuk membantu para UMKM bangkit akan sangat diperlukan pendampingan maupun pelatihan akan peran psikologi guna meningkatkan Kompetensi Diri Kepemimpinan Kewirausahaan para pelaku UMKM, disamping pelatihan tentang Peningkatan Produk, Manajemen Keuangan, Pemasaran dan Digitalisasi Perbankan & Pemasaran.

III. PENUTUP (PERAN PSIKOLOGI)

Sebenarnya para psikolog industri tidak menutup mata akan permasalahan yang dialami para pelaku UMKM, mereka menyadari bahwa psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental yang mendasarinya memiliki peran penting dalam meningkatkan UMKM yang dijalankan oleh manusia selaku human capital. Selaku entrepreneur, terdapat fungsi yang mencakup faktor biologis, psikososial, dan konteks lingkungan yang didasarkan pada perspektif person-oriented (Obschonka & Stuetzer,M; Integrating psychologicial approach to entrepreneurship, 2017). Maka mereka, khususnya Assosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO) mulai berkecimpung untuk membantu UMKM dan hasilnya telah dirangkum dalam buku; “Sumbangsih Asosiasi Psikologi Industri, Pendampingan UMKM dan Kewirausahaan”, Februari 2021 sebagai berikut;

  1. Sumaryono, Ketua APIO & Dosen Fakultas Psikologi UGM, meneliti para pelaku UMKM di Yogya, menyimpulkan bahwa para pelaku UMKM yang sukses memiliki Semangat CHANGE yang terdiri dari  Challenge, Hope, Adapt, Network, Growth, Excellence. CHANGE spirit  adalah strategi berkelit di masa sulit.
  2. APIO Jawa Barat (Anissa LK, Diana Harding, Arief Budiarto, Gianti Gunawan, Endah Andriani, Medianta Tarigan & Anastasi W) merumuskan & menyimpulkan bahwa terdapat faktor pola pikir, nilai, sikap, motivasi, maupun perilaku yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha.
  3. MC.Oetami Prajaningsih, dosen Perbanas, mengkritisi Talent Mapping, alat pendeteksi bakat temuan Rama Royani (Tehnik Fisika, ITB) menyimpulkan bahwa Talent Mapping data bisa menjadi alat diteksi untuk mencari peluang bisnis atau tipe entrepreneur yang cocok dengan kekuatan yang dimilikinya
  4. Shanti Komalasari, anggota APIO Banjarmasin  & Dosen UIN Antasari, meneliti 7 UMKM yang dianggap sukses di Banjarmasin menyimpulkan bahwa Strategi UMKM untuk bertahan di masa pandemic adalah; e-comerce, mengubah core business, inovasi produk, mengembangkan kreativitas, networking, mengubah mindset, sikap optimis, positive thinking , pengurangan karyawan.
  5. Anggota APIO Yogya (Lailatul Fitriah, Arief Fahmi, Elisa Kusrini) meneliti 204 Karyawan (follower) UMKM di Yogya menyimpulkan bahwa religious followership yang terdiri dari 5 aspek; ketaatan, meneladani pemimpin, sabar, integritas, dan dinamis dapat dijadikan sebagai salah satu dasar untuk merancang, melaksanakan, mengevaluasi program pengembangan individu karyawan UMKM. Jadi tidak hanya owner/pemimpin UMKM yang dikembangkan agar terjadi sinergi yang baik.
  6. Anggota APIO Batam (Anindya Ayu Hirasti, Yuditia Prameswari) meneliti 1.900 UMKM di Batam menyimpulkan bahwa modal yang paling berharga dalam menghadapi situasi pandemi ini adalah psychological capital atau sering disebut dengan PsyCap. Psy Cap adalah penilaian terhadap situasi yang sedang dihadapi dan sebuah keinginan untuk sukses dengan usaha yang termotivasi & ketekunan. Pengelolaan PsyCap yang tepat akan membuahkan hal yang optimal pula.

Nampak jelas di sini bahwa peran psikologi bisa sangat membantu untuk pendampingan & pelatihan agar UMKM Bangkit. Maka penulis sangat menyarankan kepada semua stake holder pemangku UMKM diseluruh daerah untuk menyertakan peran psikologi di dalam melakukan pembinaan maupun pelatihan UMKM karena pelatihan yang di luar person-oriented seperti pelatihan produksi, marketing, keuangan maupun digitalisasi hanya berfungsi sebagai alat bantu, yang akan sangat tergantung kepada pelakunya, manusianya, apakah mau/ingin mempergunakan dengan optimal atau tidak atau pingin maju berkembang atau tidak. Semoga dengan keterlibatan psikologi tidak hanya membuat UMKM Bangkit bahkan mampu mendorong UMKM menjadi UMKM hebat.

*) Penulis adalah Pengamat Sosial, Alumni Fakultas Psikologi Industri, UGM 

Profil Penulis:

Lulusan Fakultas Psikologi, UGM tahun 1982 (angkatan 1976), Mantan: Kasi Rekrutmen & Pengembangan Pegawai PT. Pembangunan Perumahan (PP), Human Resourcer Officer Total Indonesie (TI), Personnel Manager PT. Multi Bintang Indonesia (MBI), Senior Manager Human Resources PT. Citra Sari Makmur (CSM) yang pension ditahun 2017. Saat ini sebagi Pengurus Kagama Human Capital.

Alamat: Mutiara Fatmawati Residence A/5, Jl. H. Kamang no.44, Pondok Labu, Jakarta Selatan.

HP 0811 10 4022 – Email:  wisnu simak@gmail.com