Menebarkan Energi Positif, Disiplin dan Bersatu adalah Kunci Menghadapi Covid-19

Oleh: Retno Marsudi

Pandemi covid-19 sungguh terasa pengaruhnya dari sisi kesehatan dan ekonomi. Berdasar data statistik yang ada, saat ini dari 10 contoh negara G-20 hanya 3 negara yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif yaitu Indonesia, Australia dan USA. Diperkirakan di periode berikutnya masih akan lebih dahsyat lagi tantangannya. Bank Dunia menyampaikan data baru bahwa covid-19 mendorong sekitar 71 juta orang dalam kemiskinan yang ekstrim. Jika penyebarannya tidak dapat dihentikan maka angkanya diperkirakan bisa mencapai 100 juta. Bahkan yang lebih mengerikan ada perkiraan angkanya bisa menyentuh 395 juta dan akan ada 1,2 milyar orang yang hidup dengan penghasilan kurang dari $ 1,9 per hari. Dari angka yang disajikan tersebut kita bisa melihat magnitude yang sungguh luar biasa dampak covid-19 terhadap perekonomian.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sedang menjelaskan paparannya

Dampak sosial yang terjadi juga tidak kalah dahsyat, seperti depresi, keputusasaan, kekhawatiran, dll. Dan hal itu tidak bisa diukur dengan angka. Pertanyaan kita sebagai bangsa apakah kita akan menyerah dengan beban yang sangat berat ini? Tentu saja kita tidak boleh menyerah meski untuk itu kita harus bekerja ekstra keras. Kita beruntung resiliansi kita cukup kuat, apalagi ditopang oleh nilai gotong royong yang kita miliki.

Saat ini negara-negara lain sudah membuka ekonominya dengan prinsip kehati-hatian dan menerapkan protokol kesehatan. Yang menjadi masalah adalah perilaku tidak disiplin bukan hanya terjadi di negara kita, namun juga di negara yang relatif lebih maju seperti Amerika Serikat. Di sana mereka sampai berdemo menolak gerakan stay at home. Perilaku tersebut sangat riskan dalam hal penyebaran & penularan covid-19.

Di USA sejak ada pembukaan ekonomi pada bulan Mei & menciptakan lapangan kerja baru buat 2,5 juta orang, telah menimbulkan masalah kesehatan yaitu mencatatkan kenaikan terkena covid-19 secara signifikan. Untuk Indonesia kita harus menciptakan masyarakat produktif aman covid, tidak cuma mengejar nilai ekonominya. Jadi niatnya tidak memilih salah satu, produktif atau ingin sehat. Namun harus bisa mengkombinasikan keduanya, produktif tapi juga tetap hidup sehat.

Hal itu penting diketahui karena ada pihak yang menuduh pemerintah terlalu mementingkan pertumbuhan ekonomi dengan mengabaikan aspek kesehatan. Jika pembukaan ekonomi kemudian terbukti meningkatkan ancaman terkena covid maka tidak tertutup kemungkinan akan ditutup kembali. Tentunya kita semua berharap hal itu tidak akan terjadi. Untuk itulah diperlukan kedisiplinan kita semua dalam rangka mensukseskan gerakan pembukaan ekonomi setahap demi setahap yang berjalan aman.

Selain menghadapi pembukaan ekonomi, banyak juga pertanyaan yang masuk kapan wilayah perbatasan kita dibuka untuk orang asing? Tentu saja tidak mudah menjawab pertanyaan ini karena semuanya tergantung penyebaran covid di Indonesia dan secara global trendnya seperti apa. Pintu masuk hanya terbuka untuk WNI & WNA yang dikecualikan seperti diplomat dan pemegang KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas). Sebagai contoh adalah WNI yang bekerja di luar negeri dan habis masa kontraknya atau diberhentikan akibat covid, yang harus kembali ke Indonesia selama pandemi.

Beberapa negara saat ini mulai membahas apa yang disebut sebagai essential business travel bubble. Yang diprioritaskan adalah kunjungan bisnis yang sangat penting atau esensial, dengan mengenyampingkan faktor turis secara keseluruhan. Karena semua negara sudah melihat saatnya roda perekonomian mulai digerakkan kembali agar perekonomian semakin tidak terjun bebas. Untuk Indonesia sendiri sudah membahas business travel bubble dengan beberapa negara. Namun belum ada keputusan yang pasti karena pembicaraan masih terus berlangsung.

Selain memikirkan pembukaan ekonomi dan wilayah, penting juga kita memikirkan ditemukannya vaksin sebagai penangkal covid-19. Karena sebelum ditemukan, maka kecemasan kita akan berlangsung terus. Vaksin akan menjadi game changer atau faktor penentu. Banyak negara sudah mengembangkan vaksin, bahkan sudah memasuki tahap uji klinis. Indonesia juga tidak mau ketinggalan ikut mengembangkan vaksin sendiri, baik secara mandiri secara jangka panjang atau kerja sama dengan negara lain.

Indonesia berada di garda paling depan yang terus menyuarakan jika vaksin sudah ditemukan, maka accesibility dan affordibility atau jangkauannya harus bisa didapatkan oleh semua negara dengan mudah. Ini adalah langkah kita untuk berpihak kepada negara berkembang atau negara dengan income rendah. Ingat, vaksin adalah game changer. Kalau satu atau dua negara sudah terbebas dari covid-19 namun masih banyak negara yang kasusnya masih banyak, maka permasalahan pandemi tidak akan terselesaikan secara tuntas. Karena kita tinggal di planet yang sama yang saling berinteraksi secara global.

Akhir kata, di tengah pandemi ini suntik terus energi positif, berperilaku disiplin, selalu menerapkan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan, dan tetap galang persatuan. Karena apabila kita bersatu maka insya allah kita akan memenangkan ‘peperangan’ melawan covid dan melawan semakin turunnya kondisi ekonomi nasional dan dunia. Ketahanan kita sudah teruji dalam beberapa kali menghadapi krisis. Yakinlah, bersama kita akan bisa melaluinya.

*) Makalah ini disampaikan dalam ‘Seminar Online Sinergi UGM-KAGAMA Seri ke-1: Mempersiapkan Normal Baru Pengalaman Negara Lain’ Minggu 14 Juni 2020

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*