Sabtu (1/10/2022), PP Kagama kembali menggelar webinar series Kagama Literasi via Zoom Meeting. Pada seri ke-8 kali ini narasumber utama, Cahyaningrum Dewajati berbagi cerita tentang Jepang saat pandemi lewat catatan dan puisi. Jalannya acara dipandu oleh Muthe Muthiah dari Humas Kagama.
Ningrum, sapaan akrab alumnus Sastra Indonesia angkatan tahun 1987 tersebut, menceritakan di awal pembicaraannya bagaimana ia bisa berada di Jepang pada saat pandemi. Kebetulan mulai awal tahun 2020 ia menjadi dosen tamu di Tokyo University Foreign Studies, Jepang, dan diberi kesempatan mengajar bahasa, sastra dan budaya Indonesia selama 2 tahun untuk program S1 dan S2.
Di Jepang, Ningrum menulis apa saja pengalamannya selama di sana. Dalam setiap perjalanannya ia selalu menulis catatan, puisi, cerpen, dan artikel. Namun dalam kesempatan kali ini, ia hanya akan membahas catatan dan puisinya saja.
Berbeda dengan penulis buku yang lebih serius dan dalam perjalanannya cenderung menulis narasi-narasi wisata, Ningrum justru menulis dengan narasi yang tidak biasa. Ia dalam catatannya lebih suka memilih memakai bahasa gaul yang sangat cair dan lebih personal.
Ningrum melanjutkan, menulis bisa di mana saja, dengan waktu sesempat kita. Bisa tuliskan poin-poinnya dulu supaya tidak lupa. Ia mencatat semua peristiwa lengkap dengan tanggal dan tempat, serta membagikannya lewat foto dengan disertai caption di status WA.
Sehari ia bisa menulis 20 kali, dan kemudian menyalinnya di catatannya. Dari catatan pendek yang ia buat itu, selanjutnya dikembangkan dan direproduksi menjadi catatan, puisi, artikel, cerpen, dll.
Menurutnya, banyak yang bisa dilakukan seorang penulis. Salah satunya yaitu mengemas kenangan atau peristiwa biasa saja tetapi mampu menceritakannya kembali menjadi menarik dan tidak biasa.
Bagi Ningrum, satu peristiwa atau satu gambar merupakan gunung emas untuk sebuah tulisan. Sebagai contoh, pada saat musim Sakura awal-awal pandemi, ia melihat ada kakek dan nenek naik kapal berdua di sebuah danau. Hal itu memberinya inspirasi menulis catatan perjalanan tentang musim Sakura di masa pandemi yang mencekam, puisi sejarah Jepang, dan puisi cinta sepasang kekasih yang sudah renta.
Di akhir pembicaraan, Ningrum menyimpulkan bahwa satu catatan dan satu ide bisa dipakai untuk menghasilkan banyak jenis tulisan. Segala hal apapun bisa dituliskan tergantung pengemasan. Catatan perjalanan lebih menarik jika dituliskan secara tidak biasa dan personal.
“Mungkin jutaan orang pernah pergi ke tempat yang sama, tetapi pengalaman bisa berbeda untuk satu sama lain. Tergantung dari sudut mana kita memandangnya,” pungkas Ningrum.
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: