Belajar Kehidupan dari Siapa Saja

Oleh: Ardiati Bima

Untuk sekedar info Sukemi, saya biasa memanggilnya Mbak Key, adalah pengelola canthelan di RT 3 RW 31 Dusun Nambongan, Kal. Tlogoadi, Kec. Mlati, Sleman, salah satu lokasi canthelan yang diinisiasi oleh Kagama Care. Saya mengenal mbak Key pertama kalinya ketika beliau sebagai wali murid yang aktif sebagai komite di Tempat Penitipan Anak (TPA) Tunas Mulia, tempat saya mengabdi sebagai pengelola. Mbak Key sehari-hari memproduksi snack basah seperti resoles, lumpia, lemper, bolu dll, dan yang paling legend adalah lapis beras, karenanya di pasar mbak Key di kenal sebagai Kemi Lapis.

Mbak Key, karena ketiadaan biaya, selepas SMP tidak melanjutkan pendidikan ke SMA. Ia bekerja di home industri snack. Setelah menikah, ia diboyong oleh suaminya dari Bantul ke Sleman, sehingga keluar dari tempat kerja. Ia yang biasanya ubet tidak tahan jika harus berdiam diri, karenanya mencoba-coba resep masakan dan memproduksinya untuk dijual. Kenangan yang tak terlupakan adalah saat pertama kali membuat snack sendiri untuk dijual, seharian ubyek di dapur ternyata dagangan hanya laku beberapa. Demikian pula hari kedua dan ketiga, membuatnya hampir putus asa, tetapi suaminya terus memberi dukungan, akhirnya sekarang semakin berkembang dan hampir tidak pernah sepi dari pesanan sebelum ada pandemi.

Untuk meningkatkan keterampilannya memasaknya ia mengikuti kursus memasak di BLK. Ke-ubet-an mbak Key tidak berhenti disitu saja, ia mengambil kursus instruktur senam dan lulus di kelas terampil level 3, sehingga sekarang disamping membuat snack juga menjadi instruktur senam, terutama ibu-ibu dari kampung ke kampung atau dari instansi yang mengundangnya untuk senam di hari Jumat. Mbak Key juga aktif sebagai kader kesehatan di dusunnya.

Semangat mbak Key dalam menekuni pekerjaannya membuat saya tertarik untuk mengajaknya ketika mengisi pelatihan untuk Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) yang diadakan Dinas Sosial Bantul. Mbak Key menceritakan awal mula dia membuka usaha snacknya dengan tersedu mengingat kembali kenangan itu. Mbak Key juga membagikan resep kue lapis andalannya tanpa ada yang ditutupi. Katanya “Masak itu tanganan Bu, meski resep dan bahan sama, kalau yang nangani berbeda hasilnya bisa beda. Dan lagi rejeki itu sudah ada yang ngatur kok, gak apa-apa kalau ada yang meniru resep saya!”

Saat pandemi ini, sudah hampir 2 bulan tidak ada pesanan snack maupun permintaan untuk jadi instruktur senam, karenanya ia banting stir menjadi “pejuang online” jual panci, kasur, kipas angin dll. Mbak Key tidak termasuk dalam daftar penerima bansos dari pemerintah, karenanya ia tetap membayar listrik non subsidi dan membayar cicilan motor (beli cash dari uang pinjaman).

Dengan dana Rp. 500.000,- dari Kagama Care, mbak Key mengelola canthelan yang dimulainya sejak tanggal 4 Mei lalu. Saat saya tanya uang masih sisa berapa, katanya masih ada Rp.200.000,-. Ada tetangga, saudara dan konsumennya yang ikut berdonasi, serta tambahan dari uang pribadinya. Ia berkeyakinan rejeki itu kalau disedekahkan tidak akan membuat berkurang “ora lokak, nanging malah kebak”.

Terima kasih mbak Key, memberi pelajaran hidup untuk saya, kudu strong apapun keadaannya.