Kagama Komunitas Bersama Anterdans Mempersembahkan Operet “Guru Bangsa” pada Nitilaku 2021

Sudah menjadi tradisi bertahun-tahun, pada setiap perayaan Dies Natalis UGM selalu diadakan kegiatan Nitilaku, yaitu ritual pawai jalan kaki dari keraton menuju kampus Bulaksumur sebagai simbolisasi sejarah bahwa kelahiran UGM dimulai dari Siti Hinggil atas jasa Keraton Yogyakarta. Namun pada tahun 2020 lalu pawai ditiadakan karena kondisi pandemi. Melihat kondisi yang lumayan kondusif, pada tahun 2021 ini Nitilaku diadakan secara hybrid, dengan menampilkan beberapa pertunjukan dalam satu panggung di Grha Sabha Pramana, dengan jumlah pengunjung yang terbatas tentu saja. Salah satu pertunjukan yang ditampilkan sebagai pembuka acara Nitilaku adalah operet “Guru Bangsa”, sebuah drama tentang sejarah berdirinya Universitas Gadjah Mada.

Cerita operet “Guru Bangsa” diawali pada masa agresi Belanda II di Kota Yogyakarta, pada tanggal 19 Desember 1948. Selanjutnya adegan menggambarkan pertemuan Bung Karno dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mereka melakukan perundingan menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.

Kemudian dimunculkan tokoh Sri Paku Alam VIII, dan beberapa cendekiawan diantaranya Prof. Dr. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, dan Mr. Soenario. Mereka mendiskusikan betapa pentingnya pendidikan di Indonesia dan mulai menggagas pendirian sebuah perguruan tinggi. Maka berdirilah UGM pada tanggal 19 Desember 1949.

Karena belum mempunyai gedung sendiri yang representatif, Sri Sultan HB IX berinisiatif memfasilitasi tempat kegiatan belajar. Ia mengijinkan pemakaian beberapa lahan di istana luarnya seperti Siti Hinggil dan Pagelaran untuk dijadikan tempat perkuliahan. Selanjutnya, dukungan Sultan HB IX tidak berhenti hanya sampai di situ. Ia menghibahkan tanah seluas 183,36 hektar di Bulaksumur sebagai lokasi kampus UGM, yang sampai sekarang masih dipakai untuk kuliah.

Operet yang menggambarkan perjalanan dan perjuangan kepindahan tempat belajar dari keraton menuju kampus Bulaksumur tersebut didukung oleh dua Kagama Komunitas, yaitu Kagama Beksan dan Kagama Teater, berkolaborasi dengan tim Anterdans Management di bawah pimpinan Anter Asmorotedjo.

Anter mengatakan, naskah operet ditulis oleh Nasarius Ardhani Sudaryono. Untuk penata musiknya dipasrahkan Bagus Mazasupa, dan lagu “Guru Bangsa” yang menjadi theme song operet dibawakan oleh Sri Krishna.

“Pemain yang terlibat hampir semuanya dari Kagama. Sedangkan penari dari Anterdans hanya beberapa saja, untuk lebih menguatkan, Kami hanya mempunyai waktu kurang dari seminggu untuk mempersiapkan segalanya, namun berkat semangat dari rekan-rekan Kagama yang membuat latihan berjalan lancar,” pungkas Anter.

Senada dengan Anter, Koordinator Kagama Komunitas, Patah Ansori mengatakan waktu persiapan memang sangat mepet karena idenya juga terkesan mendadak. Namun berkat tekad yang sangat kuat dari rekan-rekan Kagama Beksan dan Kagama Teater, berbagai kendala yang ada berhasil dilewati dan terbukti pentas berakhir dengan lancar dan sukses.

“Salut kepada teman-teman Kagama, kalian semua luar biasa. Terima kasih banyak kepada semua pemain yang terlibat, dan juga semua pihak yang telah memberikan support dan bantuan,” ujar Patah.