Kagama Fotografi 15: Caesar Valavil Berkisah tentang Memotret Kehidupan Alam Liar

PP Kagama bersama Kagama Fotografi kembali menggelar webinar lewat Zoom Meeting pada hari Sabtu (14/8/2021). Pada webinar seri 15 kali ini membahas tentang memotret alam liar, bersama narasumber utama Caesar M. Valavil. Kata sambutan disampaikan oleh Adi Mustika, ketua Kagama Fotografi, dan Doty Damayanti dari tim Humas PP Kagama bertindak sebagai MC.

Caesar M. Valavil

Dalam awal pemaparan, Caesar menjelaskan fotografi alam liar adalah mendefinisikan figur, momentum, serta keadaan flora dan fauna liar di habitat aslinya dalam bentuk foto. Wildlife photography bersama underwater dan macro photography adalah sub genre di bawah nature photography atau fotografi alam.

Mutlak adanya, obyek flora atau fauna harus direkam dari habitat aslinya tanpa intervensi langsung dari manusia. Jadi tidak semua foto hewan dan tumbuhan bisa dikategorikan sebagai wildlife photography.

Sebelum terjun langsung ke alam liar, tentu saja kita butuh persiapan yang matang. Yang pertama tentu saka penguasaan penggunaan kamera dan pilihan lensa, tergantung banyak hal seperti target dan lokasi. Alat-alat lain seperti camera trap, tripod, binocular, speedlite, dan tenda kemungkinan juga dibutuhkan namun tidak wajib dibawa.

Lalu, penting juga mencari referensi tentang tempat untuk hunting foto atau obyek flora / fauna yang akan difoto. Apabila ada, bawa juga buku panduan lapangan misalkan buku-buku tentang burung liar atau fauna lainnya.

Usahakan memakai pakaian dan sepatu yang tidak mencolok, agar kita bisa berkamuflase dengan mudah, menyatu dengan alam lingkungan sekitar. Terus jangan lupa bawa makanan dan minuman yang cukup, peralatan P3K seperti obat-obatan, lotion anti nyamuk, dll.

Selanjutnya, Caesar menjelaskan tips dan trik dalam menemukan obyek di alam liar. Pertama-tama, kita harus mengenali dan memahami karakter, habitat, kebiasaan dari flora dan fauna yang akan menjadi target.

Untuk burung khususnya, bisa menggunakan pancingan suara panggilan dengan menggunakan ponsel maupun alat perekam. Dengan catatan, jangan sampai mendekati sarang.

Apabila kurang percaya diri, bisa juga menyewa jasa animal / bird guide, atau bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman di lokasi pemotretan.

Berikutnya, Caesar menerangkan tips dan trik memotret fotografi alam secara teknis. Yang pertama, pilihan alat ditentukan oleh obyek dan lokasi habitat.

Untuk memotret fauna non serangga / reptil, rentang focal length lensa menentukan. Standar lensa adalah 300 mm s/d 800 mm. Diafragma yang lebar biasanya akan rawan menyebabkan misfocused. Umumnya menggunakan diafragma f6,3 hingga f11.

Caesar mengatakan jangan takut menggunakan ISO tinggi, karena nanti masih bisa dilakukan post processing. Makanya lebih aman menggunakan gambar format RAW, karena jika dibandingkan format JPEG lebih menguntungkan ketika post processing.

Jika malam hari kondisi gelap, gunakan speedlite untuk pencahayaan. apabila kondisi backlight, exposure compensation bisa dinaikkan hingga beberapa stops.

Kemudian, Caesar menekankan kita harus tetap memakai pedoman etika dalam fotografi alam liar, dan tidak bisa seenak kita sendiri. Di antaranya, hindari berinteraksi langsung dengan obyek, khususnya fauna.

Untuk beberapa jenis burung sensitif, jangan terlalu dekat terutama saat bersarang. Bila obyek bergerak menghindar, jangan diikejar dengan berlari.

Jangan membuat suasana yang ramai dan berisik. Jaga kebersihan alam adalah mutlak.

Terakhir, hindari memberi makan satwa liar terutama artificial foods. Tujuannya agar tidak terjadi ketergantungan pemberian makanan oleh manusia.

Selanjutnya, Caesar menjelaskan kategori-kategori dalam foto alam liar. Pertama, foto identifikasi morfologi – biologi, yaitu obyek yang ditampilkan dalam foto jelas bentuknya, warnanya, perbedaan di antara jenis kelaminnya (sexual dimorphism), yang tujuannya untuk kepentingan identifikasi. Kedua, foto aksi dan perilaku, yaitu menampilkan momen aksi dan perilaku bawaan flora dan fauna. Ketiga, foto gesture, yaitu menampilkan bahasa tubuh dari obyek foto. Keempat, foto lingkungan / habitat, yaitu menampilkan obyek dengan lingkungan sekitar.

Lalu berikutnya, Caesar menyebutkan hambatan apa saja dalam fotografi alam liar. Pertama, deforestasi / penggundulan hutan dan degradasi lingkungan hidup. Kedua, mindset soal modal pasti mahal menjadikan orang enggan mencobanya. Ketiga, akses ke hutan atau tempat pelestarian flora fauna terkadang rumit. Keempat, cuaca lokasi yang berubah-ubah.

Caesar kemudian menjelaskan tentang manfaat fotografi alam liar. Yaitu, sebagai edukasi dan pendukung riset, bahan jurnalisme, pilihan profesi, sebagai sarana berkontemplasi dan relaksasi, meningkatkan kesehatan, mendukung pengembangan ekowisata, dan mendukung kelestarian lingkungan.

“Anda tidak akan bisa tanpa selalu mencoba. Nikmati prosesnya dan temukan kepuasan pribadi. Ingat, bumi ini milik semua makhluk hidup bukan hanya milik manusia saja. Salam lestari.” demikian Caesar mengakhiri paparannya.

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*