Kagama Balikpapan Sosialisasikan Gerakan “Balikpapan Hidup Manis Tanpa Gula” kepada Generasi Muda

Oleh: Humas Kagama Balikpapan

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia diabetes adalah pembunuh nomor 3 (tiga) di Indonesia setelah stroke & jantung koroner. Diabetes kini semakin lazim dijumpai pada usia produktif, sebuah kelompok demografis yang seharusnya berada dalam puncak kesehatan dan kebugaran.

Sejak Januari – September 2023, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan melakukan pengujian random pada 223.000 responden warga Balikpapan usia produktif, yaitu umur 15 – 64 tahun, sepanjang tahun 2023, Hasilnya menunjukan lebih dari 8% responden atau 19.624 jiwa positif mengidap diabetes melitus (DM) dan 3% atau 6.690 jiwa responden berkategori pra DM.

Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Pengcab Balikpapan menaruh perhatian besar pada fenomena tersebut. Usia produktif sebagai bonus demografi adalah asset besar kemajuan Indonesia, namun di sisi lain seakan menyimpan ‘bom waktu’ bila pola hidup sehatnya tidak terkontrol dan kemudian masuk dalam golongan memiliki penyakit diabetes.

Memperingati Hari Kesehatan Nasional yang jatuh pada tanggal 12 November, sekaligus menyambut Dies Natalis ke-74 Universitas Gadjah Mada, KAGAMA Balikpapan mengadakan even yang tidak biasa, yaitu secara serentak menggelar sosialisasi gerakan “BAHIMAT” atau Balikpapan Hidup Manis Tanpa Gula di 4 lokasi yaitu STIE Madani, STIE Balikpapan (STIEPAN), Poltekkes Borneo Medistra, dan Pondok Pesantren Syaichona Cholil, Sabtu (11/11). Kegiatan tersebut mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Dinas Kesehatan Kota Balikpapan.

Puluhan anggota Kagama Balikpapan berbagi tugas turun serentak ke beberapa lokasi kegiatan sekaligus. Terlihat para peserta bersemangat mengikuti sosialisasi yang disampaikan oleh dokter-dokter alumni UGM yang terlibat dalam program, yaitu dr. Kusnadi Sp.PD., dr. Susliani Pancawinarsih, dr. Andrijanus Warsito, dan dr. Nandha Putri Istiqomah.

Dalam uji petik tes kesehatan terhadap 500 responden yang dilakukan di keempat lokasi tersebut, ditemukan cukup banyak hasil test membuktikan para gen-Z sudah masuk dalam kategori pra DM. Sebuah kondisi yang dirasa cukup mengkhawatirkan.

Ketua Kagama Kaltim, Fauzul Idhi atau akrab disapa Didiek mengatakan, setelah dilakukan tes hari ini para peserta khususnya yang terdeteksi pra DM akan mendapat edukasi pentingnya pola hidup sehat. Data responden akan disimpan oleh Dinas Kesehatan dan masing-masing lembaga tempat tes diadakan. Kampanye kesadaran akan terus dilakukan sesuai situasi, kemudian dalam jangka waktu 100 hari atau 3 bulan akan dilakukan tes kembali pada responden yang sama.

“Hal itu untuk mengetahui efektifitas dan perubahan pola hidup sehat responden, di mana rata-rata waktu normal orang Indonesia untuk merubah perilaku normatif  butuh waktu 100 hari,” terang Didiek.

Sementara itu, Ketua Kagama Pengcab Balikpapan, Yuniar Surindrasworo menyatakan, mereka yang dalam kategori pra DM inilah yang harusnya mendapat perhatian paling besar karena bila tidak teredukasi dengan baik dan tidak terkontrol pola hidup sehat, kemudian menjadi positif diabetes, maka perawatan akan berjalan seumur hidup.

“Maraknya usaha café dan gerai minuman, serta ice cream kekinian turut berkontribusi terhadap meningkatnya resiko diabetes pada gen-Z dan millennial yang semestinya saat ini mereka pada posisi puncak kebugarannya,” jelas Yuniar.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Dra. Hasnah Haerani, Apt. yang mewakili Kepala Dinas Kesehatan, dalam sambutan pembukaannya menyampaikan harapan agar kegiatan seperti ini, terutama di lingkungan dunia pendidikan tinggi bisa diteruskan secara konsisten. Pihaknya selalu menyambut dengan tangan terbuka apabila diajak kolaborasi Kagama.

“Kami siap mendukung dalam pendampingan program Kampus Sehat dan Pondok Pesantren Sehat,” ucap Hasnah.

Pengasuh Pondok Pesantren Syaichona, Cholil Gus Abdul Wajid menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kagama Balikpapan. Menurutnya, kegiatan yang diadakan sangat turut membantu pihaknya dalam membuka wawasan pencegahan dan penanganan dini serta  lebih memperhatikan aspek kesehatan santri, khususnya mereka yang berusia produktif, pada resiko diabetes.

“Kita tahu diabetes adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, dan hanya bisa dikontrol saja. Jika kita tidak mempedulikannya, ada banyak bahaya yang bisa mengancam kesehatan kita,” terang Cholil.