Alumni Gelanggang Menyumbang Peti Mati ke RSUP Klaten Sebagai Perwujudan Jogo Tonggo

Gerakan kemanusiaan penggalangan donasi peti mati yang diinisiasi oleh alumni Gelanggang Mahasiswa UGM semakin hari semakin dikenal luas. Informasi yang disebar lewat media sosial harus diakui menjadi kekuatan ampuh sebagai sarana getok tular. Apalagi sudah banyak media lokal maupun nasional yang meliputnya.

Banyak pihak rumah sakit rujukan Covid-19 di luar Yogyakarta yang juga mendengar adanya gerakan kemanusiaan tersebut, termasuk RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Kebetulan mereka juga sangat membutuhkan peti mati, akibat langkanya pasokan yang terjadi di Klaten, dan meminta bantuan kepada teman-teman yang terlibat dalam gerakan.

Rombongan gerakan donasi peti mati berfoto bersama staf RSUP Klaten (Foto: Tom Blero)

Herlambang Yudho, selaku juru bicara gerakan, mengatakan sebenarnya kebutuhan peti mati untuk RS Sardjito dan RSA UGM, yang notabene adalah prioritas awal, masih belum mencukupi. Namun, setelah mempertimbangkan faktor kemanusiaan dan adanya konsep jogo tonggo yang diusung oleh Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP Kagama yang sekaligus Gubernur Jawa Tengah, akhirnya permohonan dari RSUP Klaten disanggupinya. Jogo tonggo adalah gerakan yang dibuat untuk saling menjaga tetangga saat pandemi Covid-19.

“Jogo tonggo bisa berupa apa saja. Intinya apa yang dibutuhkan tetangga, termasuk peti mati, ya harus kita bantu. Juga bisa berarti tetangga dalam arti luas. Meski secara teritorial Klaten sudah berada di wilayah provinsi Jawa Tengah, namun merupakan tetangga yang bersebelahan langsung dengan Yogyakarya.” jelas Herlambang.

Pada hari Minggu (11/7/2021) siang, Herlambang dan Arif Nurcahyo, komandan Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (PK4L) UGM, meluncur ke RSUP Klaten dengan menggunakan mobil milik PK4L UGM membawa 5 peti mati. Herlambang menjelaskan kenapa hanya menyumbang 5 unit. Selain memang stoknya terbatas, juga sebenarnya donasi yang diberikan adalah sekedar ‘pancingan’ agar gerakan swadaya peti mati bisa dijadikan pembelajaran bagi daerah lain.

Penyerahan peti mati secara simbolis kepada pihak RSUP Klaten (Foto: Tom Blero)

Rombongan sesampainya di RSUP Klaten, diterima oleh 4 orang staf rumah sakit. Penyerahan secara simbolis dilakukan oleh Arif Nurcahyo, dan diterima pihak rumah sakit yang diwakili oleh Widada, MM, Kasubag Umum RSUP.

Dr. Sista Sp. F. M.Sc., Kepala Instalasi Kedokteran dan Pemulasaran Jenazah, yang juga ikut dalam serah terima peti, mengatakan seperti rumah sakit rujukan Covid lainnya RSUP Klaten juga mengalami kesulitan dalam penyediaan peti mati. Sehingga jenazah yang sudah disucikan atau dimandikan, harus antri untuk bisa dimakamkan karena kelangkaan peti mati. Ia mewakili pihak rumah sakit mengucapkan terima kasih tak terhingga telah disumbang sejumlah peti mati.

Herlambang mengatakan saat ini sudah ada permohonan bantuan masuk dari beberapa rumah sakit di luar kota Yogyakarta juga. Namun, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kendala pembiayaan dan juga memperhitungkan kapasitas produksi menjadi pertimbangan yang harus dipikirkan bersama-sama. Ia justru berharap, gerakan donasi peti mati bisa secepatnya diduplikasi oleh pihak lain secara massal, sehingga kelangkaan peti mati bisa teratasi.